4 hari kerja dalam seminggu bagi karyawan bukan menjadi sebuah wacana lagi, beberapa negara sudah melakukannya. Alasan di balik pengurangan jam kerja ini adalah untuk meminimalkan tingkat stres di kalangan karyawan dan diharapkan bisa meningkatkan produktivitas.
Selama ini di Indonesia dan berbagai negara di belahan dunia lainnya menganut sistem 5-6 hari kerja. Itulah mengapa setiap hari Senin bagi karyawan adalah hari yang berat. Pasalnya, di awal minggu beban kerja menumpuk dan ini juga turut menyumbang stres pada karyawan.
Wacana 4 hari kerja sudah digaungkan beberapa tahun sebelumnya. Hingga saat ini sudah ada 180 perusahaan di dunia yang menerapkan sistem 4 hari kerja ini. Uji coba sistem ini sudah berlangsung kurang lebih enam bulan.
Salah satu perusahaan yakni Kickstarter di Brooklyn melalui Chief Strategy Officer, Jon Leland mengungkapkan bahwa 4 hari kerja ini ternyata memiliki dampak cukup positif. Walaupun jam kerja menjadi jauh lebih berkurang namun hal ini ternyata tidak mengganggu produktivitas karyawan.
Bagaimana dengan gaji, apakah diterima penuh atau ada pemotongan?
Sistem 4 hari kerja ini tidak memangkas gaji karyawan. Mereka tetap menerima gaji penuh setiap bulan layaknya bekerja 5-6 hari.
Sebenarnya awal mula sistem 4 hari kerja ini dari mana sih? Berikut ini ulasannya.
Awal Mula Sistem 4 Hari Kerja
Adalah sebuah perusahaan yang berasal dari New Zealand, Perpetual Guardian, membuat sebuah eksperimen wacana 4 hari kerja.
Andrew Barnes, founder Perpetual Guardian, mengungkapkan bahwa sistem kerja 4 hari ini bukan sekadar memiliki beberapa hari libur lebih banyak saja, tapi tentang bagaimana meningkatkan produktivitas, customer service standar, meeting personal, goal dari tim bisnis dan objektivitas.
Tepatnya tanggal 5 Maret 2018, Perpetual Guardian bekerja sama dengan University of Auckland dan Auckland University of Technology mulai menerapkan sistem 4 hari kerja ke 240 karyawan selama kurang lebih delapan minggu.
Saat ‘eksperimen’ ini dimulai, para karyawan mendapatkan satu hari libur tambahan, jadi total jam kerja mereka sebanyak 30 jam seminggu. Kendati demikian, gaji dan benefit tidak ada perubahan sama sekali. Selama ‘eksperimen’ dilakukan, karyawan diminta memberikan jumlah output yang sama seperti biasanya sehingga tidak ada pengurangan dari beban kerja.
Baca juga: 5 Tips Bagi Waktu antara Kerja Utama dan Sampingan Supaya Efektif
Hasilnya?
Ternyata 4 hari kerja memberikan dampak positif bagi karyawan. Komitmen bekerja mereka naik 20%, tingkat stres menurun sebesar 7% dan work life balance naik sebesar 24%. Tak hanya itu, satu hari libur tambahan membuat para karyawan lebih termotivasi memikirkan aktivitas apa yang bisa dilakukan selama akhir pekan. Mereka pun akhirnya bisa melakukan hobi yang selama ini tertunda karena beban pekerjaan dan terutama bisa memiliki banyak waktu untuk keluarga.
Eksperimen dari Perpetual Guardian ini bisa dikatakan sebagai embrio yang di kemudian hari diikuti oleh banyak perusahaan dunia. Apalagi sejak pandemi berlangsung, sistem 4 hari kerja pun bukan tidak sekedar wacana lagi tapi sudah mulai diterapkan.
Kelebihan Sistem 4 Hari Kerja
1. Efisiensi pengeluaran
Ternyata menerapkan sistem 4 hari kerja berpengaruh terhadap efisiensi pengeluaran dari perusahaan. Ini dibuktikan oleh perusahaan Microsoft Jepang yang menerapkan sistem ini mengakui terjadinya efisiensi pengeluaran seperti pemakaian listrik menjadi berkurang sebanyak 23%.
Di sisi lain, perusahaan yang menganut sistem upah harian, tentunya akan sangat menguntungkan. Biaya operasional terbesar, yakni gaji, bisa menurun.
2. Meningkatkan produktivitas
Salah satu peneliti eksperimen Perpetual Guardian, Jarod Haar mengatakan kreativitas karyawan meningkat, tingkat kehadiran di kantor pun naik, lebih disiplin waktu, tidak ada yang pulang lebih cepat serta ‘budaya’ istirahat lama di tengah jam kerja pun jauh berkurang.
3. Kesehatan mental terjaga
Sistem bekerja 4 hari memberi dampak positif ke karyawan di mana beban bekerja menjadi berkurang sehingga bibit-bibit stres bisa diminimalkan. Tak hanya itu juga, jika dulu karyawan sulit untuk melakukan me time, dengan sistem ini mereka bisa mewujudkannya. Waktu berkualitas bersama keluarga pun bisa tercipta.
Secara langsung kesehatan mental para karyawan pun terjaga dengan menerapkan sistem ini.
Lantas bagaimana dengan kekurangan dari sistem 4 hari kerja?
Baca juga: Tips Jaga Kesehatan Mental Selama Pandemi Covid-19
Kekurangan Sistem 4 Hari Kerja
1. Ketidakpuasan konsumen meningkat
Bekerja 4 hari tentunya akan memiliki dampak besar ke perusahaan pelayanan. Misalnya, bank, jika sebelumnya bisa menyetor atau ada masalah dengan kartu bisa ke kantor hingga hari Jumat, dengan sistem ini waktu konsumen menjadi terbatas.
Muncullah ketidakpuasan konsumen, tentunya hal ini sangat dihindari oleh perusahaan-perusahaan. Karena kepuasan konsumen akan produk mereka itu menentukan omzet juga.
2. Mengubah alur kerja
Waktu kerja yang singkat dalam seminggu, pimpinan perusahaan mesti menyiapkan strategi agar semua pekerjaan bisa selesai di hari keempat. Oleh karena itu detail pelaksanaan sistem ini harus diperhatikan. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengubah alur kerja sistem agar bisa lebih efisien.
Jika sistem 4 hari kerja diterapkan di mana waktu kerja menjadi singkat namun tidak diiringi oleh strategi manajerial untuk efisiensi maka akan berbuntut merugikan karyawan sendiri.
3. Beban kerja menjadi meningkat
Hal ini akan terjadi jika tidak ada strategi manajerial. Alih-alih ingin mengurangi beban karyawan, tetapi justru menambahnya. Apabila ingin melaksanakan 4 hari kerja maka harus dipikirkan alur yang jelas supaya tidak ada lembur selama empat hari.
4. Tidak disarankan untuk diterapkan pada sistem shift
Kerja dengan sistem shift sudah diatur dalam undang-undang. Nah, sistem 4 hari kerja tidak cocok untuk shift. Jika ingin diterapkan maka akan ada penambahan menjadi 10 jam kerja di masing-masing shift. Tak hanya itu, akan terjadi penumpukan juga di jam pergantian shift.
Baca juga: Rekomendasi Sarapan Praktis buat Orang Kantoran, Tak Sampai 30 Menit!
Apa bisa sistem 4 hari kerja diterapkan di Indonesia? Tentu saja.
Namun hingga saat ini perusahaan di Indonesia belum ada yang menerapkan sistem 4 hari kerja. Semoga ke depannya bakal ada dan tentunya mesti mempertimbangkan terlebih dulu kelebihan juga kekurangannya.