Tepat pada Selasa (4/1/2023), umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan. Perayaan Hari Raya Galungan sendiri merupakan salah satu hari besar bagi umat Hindu di Bali.
Seperti dikutip dari situs resmi pemerintahan Buleleng, Bali, Hari Raya Galungan adalah hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Hari raya ini juga menjadi hari di mana umat Hindu memperingati terciptanya alam semesta jagad raya beserta seluruh isinya.
Baca Juga: 9 Tradisi Natal dari Seluruh Penjuru Dunia yang Unik dan Masih Dilakukan Hingga Kini
Hari Raya Galungan lekat dengan Hari Raya Kuningan. Untuk tahun 2023, Hari Raya Kuningan jatuh pada tanggal 14 Januari 2023. Perayaannya pun biasanya diadakan setiap 210 hari sekali dengan menggunakan perhitungan kalender Saka Bali.
Perayaan ini pun sudah dilakukan secara turun-temurun sejak abad ke-8 Masehi, begitu juga dengan perayaan Kuningan. Nah, biasanya ada tradisi-tradisi unik yang dijalankan selama Hari Raya Galungan, misalnya pemasangan penjor yang menghiasi sepanjang jalan raya.
Di samping itu ada sejumlah tradisi unik Galungan. Apa saja itu? Simak informasinya berikut!
5 Tradisi Unik Saat Hari Raya Galungan
1. Parade Jempana
Parade Jempana merupakan salah satu tradisi saat perayaan Galungan dan Kuningan di Bali. Biasanya digelar di Desa Paksebali, Klungkung.
Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1500. Saat Parade Jempana berlangsung, penduduk setempat akan mengusung tandu (jempana) yang berisi sesajen dan simbol Dewata. Puncak perayaannya ada atraksi saling dorong antara warga yang membawa jempana sembari diiringi suara tabuhan gol baleganjur. Warga yang berpartisipasi biasanya dalam kondisi tidak sadar, namun setelah perang berakhir pemangku agama akan memercikkan air suci.
2. Ngelawang Barong
Ngelawang Barong merupakan tradisi mengarak barong bangkung dari rumah ke rumah sambil diiringi suara gamelan. Ngelawang sendiri berasal dari kata lawang yang berarti pintu. Barong sendiri merupakan lambang perwujudan Sang Banas Pati Raja yang melindungi manusia dari bahaya.
Sementara itu, tradisi Ngelawang Baro katanya berasal dari mitologi Dewi Ulun Dani yang berubah jadi raksasa demi membantu penduduk desa mengalahkan roh jahat.
3. Grebeg Mekotek
Grebek Mekotek adalah tradisi yang dilakukan untuk menolak bala. Tradisi ini rutin dilakukan oleh masyarakat Hindu di Desa Adat Munggu, Kecamata Mengwi, Kabupaten Tabanan, Bali. Biasanya tradisi ini dilakukan 10 hari setelah Hari Raya Galungan.
Tradisi Mekotek ini dulunya meruapakan acara penyambutan pasukan Kerajaan Mengwi yang menang dalam perang melawan Kerajaan Bambangan. Tradisi ini menggunakan kayu sepanjang 2,5 meter yang sudah dikupas kulitnya sebagai pengganti tombak. Masyarakat yang berpartisipasi dibagi menjadi beberapa kelompok dan saling tabrak dengan kelompok lainnya.
Baca Juga: 5 Tradisi Makan Bersama Masyarakat Indonesia Saat Lebaran
4. Memunjung
Memunjung merupakan tradisi mengunjungi dan membawa sesajen ke makam. Biasanya kegiatan ini dilakukan usai melaksanakan sembahyang di pura pada Hari Raya Galungan. Dalam praktiknya memunjung dilakukan keluarga secara bersama-sama dengan membawa sodan punjung ke rumahnya kembali.
Karena menurut kepercayaan umat Hindu, orang yang meninggal jika belom dilakukan Ngaben, maka arwah orang tersebut masih berada di bawah kendali Sang Hyang Prajapati. Pada saat memunjung, keluarga akan membawa makanan yang disukai orang tersebut semasa hidup.
5. Ngurek
Tradisi ini mirip-mirip dengan debus. Nguruk adalah tradisi di mana seseorang akan menggunakan senjata tajam untuk melukai diri saat berada dalam kondisi kerasukan. Tradisi yang juga dikenal sebagai Ngunying ini dipercaya sebagai manifestasi pengabdian pada Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha Esa).
Ngurek berasal dari kata urek yang berarti melubangi atau menusuk. Biasanya orang-orang akan menggunakan senjata, seperti keris, tombak, dan pisau untuk menusuk dirinya sendiri. Meski demikian, orang tersebut tidak akan merasa sakit karena telah diberi kekuatan oleh roh-roh para leluruh.