Samsung Tech Institute (STI) menyelenggarakan Uji Kompetensi Keahlian (UKK) di 30 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Inisiatif ini dilakukan untuk mengikuti perkembangan kebutuhan industri. UKK yang diselenggarakan sejak April 2021 tersebut diikuti oleh 1.000 siswa yang akan lulus tahun ini.
Perkembangan ekonomi global, teknologi informasi dan komunikasi berubah dengan cepat. Kondisi ini menuntut tingkat kompetensi yang mampu secara cepat pula mengantisipasi setiap perubahan. Termasuk tuntutan kecakapan bekerja.
Karakteristik dunia kerja dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan industri memberikan tantangan secara terus menerus pada dunia pendidikan. Terutama pendidikan vokasi, agar dapat menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang seimbang dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Di antaranya, kompetensi akademis (academic skills), penguasaan keterampilan khusus dalam bidang yang ditekuni (technical skills), serta khususnya employabilitas atau kecakapan bekerja (employability skills).
BACA JUGA : Marak Lagi, Waspadai Teknik Penipuan Jual Nama Bank !
“Selaku bagian dari dunia usaha dan industri, Samsung melalui program STI mengedepankan job-based learning yang tak cuma berupa teori tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa SMK, namun memberikan kesempatan secara langsung bagi siswa untuk mengasah dan mempraktikkan kompetensi tersebut di lapangan,” tutur Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia Ennita Pramono.
Sebelum mengikuti UKK, siswa program STI wajib melakukan praktik kerja lapangan (PKL) sebagai salah satu medium untuk menerapkan keterampilan dasar teknis. Saat PKL, mereka mendapatkan pembelajaran kecakapan bekerja sesuai kebutuhan pasar industri. Seperti kecakapan komunikasi, berpikir kritis, kolaborasi, etika dan teknologi. Kecakapan tersebut pun menjadi bagian dari spesifikasi kompetensi umum yang digunakan Samsung sebagai pedoman dalam pelaksanaan UKK.
“Siswa dituntut untuk mampu bekerja di bawah tekanan, menunjukkan integritas, juga kreatif dalam mengikuti UKK. Kemampuan untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah bahkan masuk ke dalam kategori Higher Order Thinking Skills dengan bobot penilaian sebesar 30%. Karena UKK tahun ini dilakukan secara daring, kemampuan siswa dalam memanfaatkan teknologi pun mutlak dimiliki,” ungkap Direktur PT Sugyo Indonesia Pito Sujatmiko, mitra Samsung dalam penerapan program ini.
BACA JUGA : Pembangunan Bendungan Tamblang Dipercepat Guna Dukung Produksi Pertanian
Ada beberapa penilaian pada UKK program STI selain kompetensi umum. Antara lain standar kompetensi minimum sesuai kelas kurikulum pendidikan perbaikan elektronika yang dipilih: Home Appliances (HA), Audio Video (AV), dan Hand Held Product (HHP).
Adapun standar kompetensi minimum yang menjadi ketentuan adalah pengetahuan dasar produk, elektronika dasar, kemampuan membaca skema diagram elektonika, serta angkat pasang komponen. Menerapkan komposisi sebanding antara teori dan praktik, kegiatan UKK yang merupakan syarat kelulusan bagi siswa SMK ini, diuji dan dinilai oleh para ahli dan akademisi mitra Samsung dari Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Otomotif dan Elektronika (BBPPMPV BOE) Kemendikbud-Ristek RI.
Konsistensi Samsung dalam membangun kompetensi siswa dengan program STI, sejalan dengan program link and match yang digaungkan pemerintah. Selain itu juga menjadi bukti nyata keunggulan dalam menjadikan SMK sebagai lembaga pendidikan yang mampu memenuhi permintaan tenaga kerja sesuai standarisasi industri.
“Kami berharap, sinergi yang terjalin sejak 2013, baik dengan pemerintah maupun SMK mitra, mampu menjawab kebutuhan dunia kerja dan membuat terobosan dalam meningkatkan daya saing sumber daya manusia. Sehingga di masa depan, keterserapan tenaga kerja lulusan SMK juga dapat bertambah dengan pesat,” tutup Ennita.
BACA JUGA : BLT UMKM Rp 2,4 Juta Dikabarkan Siap Turun Bulan Ini