Produk jamu dan suplemen herbal Indonesia makin diminati masyarakat di luar negeri, terutama di negara Nigeria. Kementerian Perdagangan (Kemendag) pun optimis ekspor jamu atay produk herbal diyakini akan meningkat dari tahun ke tahun.
Sebagai salah satu negara penghasil rempah terbesar di dunia, Indonesia terkenal dengan racikan jamunya. Bahkan, menurut data Badan Pusat Statistik yang diolah Kemendag, untuk kategori jamu dan suplemen herbal, Indonesia merupakan pengekspor jamu ke-18 di dunia.
Total nilai ekspor jamu Indonesia ke dunia pada tahun 2021 mencapai USD 41,5 juta atau meningkat 10,96 persen dibandingkan tahun 2019. Tren ekspor alat kesehatan Indonesia terus tumbuh sebesar 7,8 persen per tahun selama beberapa tahun terakhir (2016–2020). Dari sekian banyak negara peminat ekspor jamu Indonesia, Nigeria menjadi yang tertinggi.
Baca Juga: Volume Angkutan Barang Kereta Api Naik 6,7%
“Menurut data Trademap, di Nigeria, Indonesia merupakan salah satu penyuplai produk jamu ke15. Nigeria merupakan importir jamu terbesar di Kawasan Afrika Barat yang mencapai USD 1,3 juta di tahun 2020. Semoga tahun ini dan tahun yang akan datang, ekspor herbal ke Nigeria akan semakin meningkat,” ujar Kepala Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) Kemendag RI Heriyono Hadi Prasetyo mengutip dari siaran persnya.
Pernyataan dari Heriyono disampaikan dalam “Forum Bisnis dan Penjajakan Kesepakatan Dagang” (business matching) yang diselenggarakan ITPC Lagos beberapa waktu lalu. Forum tersebut mengambil tema “Natural Ingredients for Health Products”. Forum ini menampilkan eksportir dan produsen seperti jamu, suplemen herbal, serta perawatan natural kesehatan untuk pria dan wanita.
Selain Heriyono, forum tersebut turut menghadirkan narasumber Wakil Ketua Umum Bidang Industri, Investasi, Hak Cipta, dan Inovasi Asosiasi Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Indonesia (GP Jamu) Jony Yuwono. Empat importir produk jamu dan suplemen herbal yang berasal dari kota-kota pusat bisnis Nigeria yaitu Lagos, Kano, dan Enugu juga dihadirkan. ITPC Lagos memperkenalkan eksportir jamu dan suplemen herbal Indonesia dari provinsi Aceh, Bangka Belitung, Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Para pelaku usaha Indonesia yang mengikuti kegiatan ini di antaranya dari PT Petra Anugrah Tama, PT Lestari Jaya Bangsa, PT Herbacore, PT Gujati 59 Utama, Sinyo Babel, PT Razie Aceh, serta PT Mustika Ratu. Sebagian besar pelaku usaha merupakan UKM orientasi ekspor binaan PPEI (Razie Aceh, Lestari Jaya, Gujati, Sinyo Babel) dan anggota GP Jamu.
“Jamu dan suplemen herbal Indonesia merupakan produk yang sangat dicari masyarakat Nigeria, khususnya Nigeria bagian utara. Kami berharap ke depannya akan semakin banyak lagi UKM produk jamu dan suplemen herbal dari Indonesia yang masuk ke pasar Nigeria dan meningkatkan ekspor Indonesia ke Nigeria, termasuk UKM binaan PPEI,” ujar Heriyono.
Sementara itu, Jony Yuwono menyatakan produk jamu dan suplemen herbal Indonesia dibuat dengan menggunakan bahan-bahan alami yang sudah lolos uji kelayakan dan menggunakan teknologi terkini namun tetap warisan budaya turun temurun yang dilestarikan Indonesia.
Baca Juga: PPKM Darurat, Pelayanan Distribusi Paket JNE Tetap Berjalan Normal
“Forum Bisnis ini merupakan langkah awal yang baik untuk memperluas kerja sama bisnis yang sudah dikenal di Nigeria Bagian Utara menjadi ke seluruh negara bagian di Nigeria,” tuturnya.
Kepala ITPC Lagos Hendro Jonathan menjelaskan, Nigeria merupakan pasar yang menjanjikan bagi Indonesia dengan jumlah penduduk saat ini mencapai lebih dari 200 juta jiwa. “Kesadaran mengonsumsi minuman/makanan herbal juga mulai terbentuk di tengah masyarakat Nigeria. Peluang ekspor ini perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para pelaku usaha Indonesia,” imbuh Hendro.
Selama Forum Bisnis tersebut, lanjut Hendro, para peserta Nigeria sangat antusias menanyakan khasiat dari produk jamu dan suplemen herbal Indonesia yang dipresentasikan. Selain itu, buyer juga menanyakan seputar harga dan pengiriman pada sesi tanya jawab.
“Tujuan bisnis forum ini untuk menciptakan komunikasi yang intensif antara para buyer dengan eksportir jamu Indonesia. Diharapkan komunikasi ini dapat berlanjut hingga tercapainya transaksi dagang,” pungkas Hendro.
Baca Juga: Atasi Masalah Klasik, Pergerakan Logistik Diklaim Tumbuh 7 Persen