Kehidupan dunia adalah fana, tidak ada keabadian. Soeprapto kecil yang selalu terngiang akan wasiat sang ayah untuk ikut menyejahterakan rakyat Indonesia itu sudah mengabulkan harapan orang tuanya. Lewat perusahaan TIKI dan JNE telah memberi ribuan orang pekerjaan dan juga nafkah bagi keluarga karyawan tersebut.
Soeprapto Soeparno meninggal dunia dalam usia 81 tahun di Rumah Sakit VU Medisch Centrum, Amsterdam, Belanda. Ia meninggalkan seorang isteri, 6 orang anak dan 12 cucu. Jenazah almarhum dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta.
Baca juga : Tetap Tumbuh Saat Pendemi, JNE Raih The Best 5 Franchise Brands in Indonesia 2021
Sebelum keberangkatan liburan keluarga ke Belanda, kondisi kesehatan H. Soeprapto memang tengah kurang baik. Namun, demi membahagiakan isteri, anak dan cucu-cucunya yang sudah lama merancang liburan ke Belanda dan Perancis, ia pun turut serta dalam liburan tersebut. Selain itu memang tujuan ke Belanda adalah untuk mengunjungi teman-temannya semasa remaja yang bermukim di Negeri Kincir Angin.
“Karena alasan kesehatan, saya kala itu sempat menyarankan untuk membatalkan rencana ke Belanda. Namun, ada yang unik, entah mengapa, Pak Soeprapto tetap bersikukuh ke Belanda. Sebelumnya saya juga tanya, apakah ingin menengok cucunya di Amerika, beliau tetap ingin ke Belanda. Kami pun akhirnya berangkat ke Belanda pada 25 April 2015,” kenang M. Feriadi, putra kedua H. Soeprapto yang kini menjabat Presiden Direktur JNE.
Akhir April 2015 di Belanda sedang musim semi. Bunga tulip bermekaran. Udara mulai menghangat setelah musim salju berlalu. Setelah 4 hari di Belanda rombongan keluarga H. Soeprapto beranjak menuju Kota Paris, Perancis.
Setibanya di Negeri Napoleon tersebut, baru 3 hari berada di sana kesehatan H. Soeprapto menurun drastis. “Keluarga memutuskan membawa kembali ke Amsterdam dan masuk ke Rumah Sakit VU Medisch Centrum untuk menjalani perawatan,” tutur M. Feriadi.
Namun, takdir sudah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Sekitar hampir sebulan dirawat, pada Selasa 23 Juni 2015, H. Soeprapto meninggal dunia. Selanjutnya jenazah almarhum diterbangkan ke Tanah Air dan tiba di Bandara Soekarno Hatta, Kamis (25/6/2015) siang.
“Bapak Soeprapto meninggal dunia saat saya tengah berada di dalam pesawat menuju Belanda. Kami bersyukur dan berterima kasih kepada semua pihak, kami merasakan banyak bantuan dan kemudahan baik di Belanda maupun setibanya di Tanah Air dalam proses pemulangan jenazah almarhum,” tambah M. Feriadi. Selain sanak saudara dan keluarga, jajaran Direksi JNE kala itu juga turut menyambut kedatangan jenazah almarhum di Bandara Soekarno-Hatta.
Setibanya di Tanah Air, selanjutnya jenazah almarhum dibawa ke Yatuna, Kramat Jati, Jakarta Timur. Di yayasan yang terdapat Masjid Jami’ H. Soeprapto Soeparno tersebut telah menanti ribuan pelayat. Selama sekitar 2 jam, jenazah disemayamkan untuk didoakan dan dishalatkan.
“Atas nama keluarga, kami memohon dibukakan pintu maaf atas semua kesalahan-kesalahan almarhum. Dan semoga, kami sekeluarga yang ditinggalkan diberi ketegaran sepeninggal ayah kami,” ujar Yuniarto Ahmad Suprapto, putra Sulung, H. Soeprapto dalam sambutannya selesai shalat jenazah kala itu.
Selepas Ashar, jenazah kemudian dibawa ke TPU Karet Bivak untuk dikebumikan. Ribuan orang mengantar kepergian H. Soeprapto untuk selama-lamanya.
Di bawah rindangnya pohon kamboja yang teduh, pusara H. Soeprapto yang penuh taburan kembang dan linangan air mata kedukaan mendalam itu, seakan berkisah tentang perjalanan panjang pengusaha sukses nan dermawan kelahiran Gunung Manumbing, Bangka Belitung, putra Soeparno, seorang patriot pejuang kemerdekaan.
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (Al Fajr 27-30) *