Limbah makanan ternyata menyisakan persoalan sosial yang gawat. Di Jakarta saja, jumlah makanan yang terbuang totalnya sampai 1,4 juta ton sepanjang tahun 2020.
Apalagi, menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2020, 8,34 persen penduduk Indonesia juga tercatat masih kesulitan pangan.
Dampaknya terhadap kelestarian lingkungan juga kurang bagus. Limbah makanan yang tertimbun di tempat pembuangan sampah akan melepaskan gas metana (CH4) ke udara. Kabar buruknya, gas metana ini merupakan emisi gas rumah kaca yang 25 kali lebih cepat daripada karbondioksida (C02) dalam memicu proses pemanasan global. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat, 98 persen bencana alam di Indonesia dipicu oleh dampak perubahan iklim. Jadi, semakin cepat dampak perubahan iklim, semakin tinggi pula potensi bencana alam di Indonesia.
Kolaborasi di Hari Bumi
Kebetulan dekat dengan momentum Hari Bumi, Bank Pangan Indonesia (Foodbank of Indonesia atau FOI) mengajak beberapa pihak, termasuk JNE, Superindo dan Pemda Pasar Jaya, berkolaborasi untuk menggugah kesadaran masyarakat agar lebih cermat menyiasati kemubaziran pangan yang dikemas dalam bentuk konferensi pers di Pasar Tebet Timur, Senin kemarin (25/4). FOI merupakan sebuah organisasi sosial yang punya program mendistribusikan makanan bagi pihak yang membutuhkan.
Dalam acara tersebut, pedagang Pasar Tebet Timur sendiri mulai memberikan pangan segar yang tidak terjual untuk didonasikan ke FOI.
Sebagai lembaga pendistribusi makanan FOI telah membantu lebih dari 40.422 anak melalui 1.044 lembaga PAUD, SD dan Posyandu. JNE membantu distribusi program FOI agar menjangkau lebih banyak penerima manfaat.
Jadi baiknya, mulai sekarang, yuk kita konsumsi makanan secukupnya. Selebihnya, bagusnya kita donasikan saja. Bermanfaat bagi sesama, plus bisa ikut meringankan beban Bumi.
Baca juga:JNE Dukung Relawan Kaki Palsu, Pejuang Pendidikan dan Penggerak Lingkungan