Sebagai wujud cintanya kepada batik tulis yang sudah mendarah daging sebagai warisan budaya bangsa, di sela-sela kesibukannya sebagai kepala Kantor Perwakilan JNE Pasar Minggu, karyawan bernama Sukasno ini mempekenalkan desain motif batik terbarunya kepada ekspatriat dan public figure.
Setiap hari libur, Sukasno atau yang biasa akrab disapa Maskas terus mengembangkan usaha batik tulisnya. Usaha batiknya yang kini diberi brand ‘Maskas Batik’ tersebut, bukan semata karena ingin meraih keuntungan materi, melainkan sebagai wujud nyata kecintaan dan kepeduliannya kepada batik tulis agar tetap lestari dan tidak diklaim negara lain.
“Memang batik ini sudah mendarah daging dalam kehidupan saya. Sejak kecil saya dan keluarga tinggal di lingkungan perkampungan batik di Solo, Jawa Tengah. Jadi setelah bergabung di JNE, saya tetap mencintai batik. Sekitar tahun 2010 saya mulai merintis usaha batik dan Alhamdulillah sekarang terus berkembang,” ungkap Maskas saat berbincang dengan JNEWS, Kamis (9/6/2022).
Menurut Ksatria yang mulai bergabung di JNE sejak 2007 ini, untuk mengembangkan usaha batik yang dirintisnya, diantaranya dengan memperkenalkan batiknya kepada para pejabat negara, public figure dan yang terbaru ke para ekspatriat yang tinggal di Jakarta.
“Kemarin, saya perkenalkan motif baru dari Maskas Batik ke Kevin Evans, ekspatriat dari Australia. Dia sangat suka dengan batik tulis. Tentu saja bangga sekali batik tulis yang merupakan warisan budaya bangsa disukai bule,” ucapnya dengan nada senang. Selain ke para ekspatriat, batik tulisnya ejuga diperkenalkan kepada para tokoh atau public figure. Di antaranya mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Imam Besar Masjid Istiqlal K.H. Nasaruddin Umar, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan juga pejabat maupun publik figur lainnya.
Baca juga: Ragam Kisah Karyawan Saat di Tanah Suci
Ia merasa bersyukur, karena bisa membagi waktu antara pekerjaan pokok sebagai Kapala KP JNE Pasar Minggu, Jakarta Selatan dan menyalurkan hobi dan bakatnya membatik serta mempromosikannya ke berbagai pihak. Diantaranya para artis dan juga beberapa gubernur.
Terus melandainya wabah Covid-19, membuat Maskas Batik merasa optimis penjualannya akan meningkat, terlebih dengan motif dan desain baru yang lebih fresh dan kekinian seperti motif abstrak dengan dasar warna hitam.
Untuk pemasarannya, Maskas Batik sendiri menempuh berbagai cara seperti penjualan offline maupun online melalui media sosial yang pengirimannya menggunakan JNE.
“Meski Maskas Batik belum begitu besar, tetapi saya bersyukur sudah bisa berbuat nyata untuk terus ikut melestarikan warisan luhur bangsa Indonesia dan juga bisa mempekerjakan puluhan pengrajin batik di Yogyakarta. Itu memang tujuan awalnya, selain wujud melestarikan warisan budaya bangsa, juga ingin membantu warga yang membutuhkan pekerjaan,” pungkasnya. *