Film biopik Robert Oppenheimer telah tayang di seluruh bioskop dunia sejak tanggal 11 Juli 2023. Disutradarai oleh Christopher Nolan dan dibintangi oleh sejumlah aktor-aktris papan atas Hollywood seperti Cillian Murphy, Emily Blunt, Matt Damon, Robert Downey Jr, film ini mendapat respons positif dari penontonnya.
Barangkali jika tidak ada film biopik Robert Oppenheimer, publik tidak akan mengenal siapa ilmuwan terkenal dari kota New York ini. Hanya sedikit yang tahu bahwa beliaulah pencipta bom nuklir yang membumihanguskan kota Hiroshima dan Nagasaki di tahun 1945. Dunia tidak akan lupa kejadian sejarah yang terjadi pada masa Perang Dunia II tersebut, yang membuat Jepang menyerah tanpa syarat.
Namun, siapa sebenarnya Robert Oppenheimer?
Mengenal Profil Robert Oppenheimer
Dijuluki sebagai Bapak Bom Atom, beliau lahir di New York tanggal 22 April 1904 dengan nama lengkap Julius Robert Oppenheimer.
Lahir dari keluarga kaya raya, ayah Oppenheimer adalah seorang importir tekstil dan ibunya seorang pelukis. Beliau memiliki saudara kandung laki-laki yang juga ilmuwan fisika terkenal yaitu Frank Oppenheimer.
Sejak duduk di bangku sekolah, beliau sangat menyukai pelajaran ilmu pengetahuan, bahasa, dan matematika. Di antara teman-teman sekolah, Robert Oppenheimer dikenal sebagai pribadi yang tekun belajar, terlebih di pelajaran bahasa. Tak sekadar mempelajarinya, tapi beliau berusaha keras agar bisa menguasai bahasa tersebut secara fasih supaya memudahkannya membaca berbagai literatur.
Baca juga: Fakta Unik Google Doodles: Mengungkap Kisah-kisah Unik di Balik Logo Google yang Kreatif
Ketertarikan terhadap Ilmu Kimia dan Fisika
Di usia ke-18 tahun, Oppenheimer tertarik dengan ilmu kimia dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Universitas Harvard jurusan Kimia. Semasa belajar di Harvard, ada salah satu mata kuliah yang menarik perhatiannya yaitu Termodinamika. Mata kuliah inilah membuat Oppenheimer lantas mendalami fisika eksperimental.
Di tahun 1924, Robert Oppenheimer diterima di Universitas Cambridge, Inggris. Berada di universitas ini, Oppenheimer semakin mendalami ilmu fisika. Melihat ketekunannya semasa belajar dan cenderung ‘berlebihan’, teman-temannya menyebut apa yang dilakukan Oppenheimer akan merusak diri sendiri. Mengapa demikian? Oppenheimer kerap menghabiskan waktunya untuk merokok, tidak makan, tidak tidur untuk bekerja dan ‘menciptakan’ sebuah gagasan fisika.
Dari Cambridge, Oppenheimer melanjutkan studi untuk mendapatkan gelar PhD ke Universitas Gottingen, Jerman, yang dikenal sebagai pusat pengembangan mekanika kuantum dunia. Di universitas ini, beliau belajar di bawah bimbingan Max Born. Semasa kuliah di Jerman, ia bertemu dengan teman-teman yang memiliki minat sama seperti Wolfgang Pauli, Werner Heisenberg, Paul Dirac, Pascual Jordan, Edward Teller, dan Enrico Fermi.
Selama berada di Jerman, Oppenheimer telah menerbitkan banyak makalah dan memiliki kontribusi besar pada teori kuantum yang dikembangkan saat itu. Salah satu karya Robert Oppenheimer yang termasyur adalah pendekatan Born-Oppenheimer. Di tahun 1927, Oppenheimer berhasil mendapatkan gelar doktor dan juga menjadi profesor di berbagai universitas, seperti California Institute of Technology, Berkeley, serta University of California.
Setelah lulus, ia kembali ke tanah kelahirannya. Kecintaannya dengan ilmu fisika membuat Oppenheimer mendirikan sekolah fisika teoritis di Universitas Berkeley dan Institut Teknologi California. Selama kurang lebih tiga belas tahun Oppenheimer melakukan berbagai penelitian penting di bidang ilmiah termasuk teori medan kuantum, astrofisika, dan fisika nuklir.
Manhattan Project: Awal Mula Munculnya Bom Atom Ciptaan Robert Oppenheimer
Robert Oppenheimer menentang bangkitnya kekuasaan fasisme di masa itu. Kemudian disusul beredarnya informasi bahwa Nazi telah berhasil memisahkan inti atom dan mengembangkannya menjadi senjata nuklir pertama di dunia, membuat Oppenheimer bersemangat untuk bergabung ke dalam tim ilmuwan untuk mengembangkan senjata nuklir.
Di tahun 1941 untuk bisa menandingi kekuatan Jerman yang besar, Presiden Roosevelt membentuk sebuah proyek misi khusus dengan nama Manhattan Engineering District atau dikenal sebagai Proyek Manhattan. Secara langsung, Presiden menunjuk Robert Oppenheimer sebagai direkturnya.
Selain untuk menandingi kekuatan Nazi Jerman, surat dari Einstein kepada Presiden Roosevelt yang memberi tahu bahwa reaksi fisi dari nuklir bisa menghasilkan sebuah bom dengan daya ledak sangat kuat turut andil terciptanya proyek ini.
Awalnya Gagasan Proyek Senjata Nuklir
Walaupun Einstein tidak terlibat langsung dalam proyek ini, tapi suratnya itu membuat pemerintah Amerika Serikat sadar tentang potensi senjata nuklir. Inilah yang menjadi bagian penting dalam sejarah pengembangan senjata nuklir di Amerika Serikat dan dunia.
Dalam melaksanakan proyek ini, Oppenheimer mengembangkan bom atom dan rangkaian senjata lainnya di markas penelitian Los Alamos, New Mexico. Menjalankan proyek ini, Oppenheimer mengundang ahli fisika terkenal. Akhirnya terpilihlah 3000 orang yang menjalankan proyek Manhattan dan diketuai olehnya.
Proyek Manhattan berlangsung selama Perang Dunia II. Beberapa fisikawan terkenal dunia yang bergabung dalam proyek ini antara lain Richard Feynman, Hans Bethe, Enrico Fermi, John von Neumann, Ernest O. Lawrence, Emilio Segre, hingga Edward Teller. Tak hanya fisikawan saja, tetapi ahli matematika, insinyur, dan ahli lainnya turut serta menyumbangkan ilmu serta tenaga dalam pengembangan proyek ini.
Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki
Ada satu permintaan Oppenheimer sebagaimana dikutip dari pernyataan ahli sejarah, Alex Wellerstein terkait senjata ini. Robert Oppenheimer meminta agar bom atom ini tidak dijatuhkan di kota-kota besar. Sayangnya, hal itu tidak diindahkan.
Tepat pada tanggal 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan dua bom atom di dua kota besar Jepang, yakni Hiroshima. Kemudian disusul tanggal 9 Agustus 1945 di Nagasaki. Tercatat jumlah korban yang meninggal saat serangan itu antara 129.000 sampai 226.000 orang. Setelah dua bulan kejadian pemboman tersebut, Oppenheimer secara resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai direktur Laboratorium Los Alamos.
Selama rentang tahun 1947 hingga 1952, Oppenheimer menjabat sebagai penasihat Komisi Energi Atom Amerika Serikat. Berada di posisi ini dimanfaatkan Oppenheimer untuk mendorong terciptanya kontrol internasional dalam mencegah proliferasi senjata nuklir. Tak hanya itu saja, Oppenheimer mendesak untuk menghentikan perlombaan senjata antara Uni Soviet dan Amerika Serikat.
Keahlian Robert Oppenheimer dalam dunia fisika baik teori fisika dan mekanika kuantum membuatnya menjadi seorang ilmuwan terkenal sepanjang masa. Lantas, apakah ia pernah menyesal setelah kejadian pengeboman di tahun 1945?
Dari berbagai literatur, tidak ada yang menjelaskan secara gamblang bahwa ia menyesal. Namun, melihat apa yang dilakukan Oppenheimer hingga akhir hidupnya yang terus melobi untuk adanya kontrol internasional senjata nuklir dan energi atom menunjukkan, bahwa ia tidak ingin kejadian sama terulang.
Robert Oppenheimer menutup perjalanan hidupnya di usia 62 tahun tepatnya tanggal 18 Februari 1967 setelah menderita penyakit kanker tenggorokan di New Jersey.
Baca juga: Ini Dia 7 Kaisar Jepang yang Paling Terkenal akan Pengaruhnya
Harus diakui bahwa apa yang terjadi di tahun 1945 merupakan sebuah pembuktian dari dunia sains, karena seluruh teori yang ada dan prediksi dari para ilmuwan bisa dibuktikan secara nyata. Masa tersebut menjadi periode emas teori fisika.
Warisan Proyek Manhattan dan ilmu teori fisika dari Robert Oppenheimer terus dirasakan hingga saat ini. Ada banyak industri baru yang muncul dengan dasar sains khususnya teori fisika.