JNEWS – Labuan Bajo adalah sebuah destinasi yang menawarkan lebih dari sekadar keindahan alam. Tempat ini merupakan sebuah jendela yang memperlihatkan kekayaan budaya dan tradisi lokal yang telah terjaga selama berabad-abad.
Dikelilingi oleh perairan yang jernih dan pulau-pulau kecil, kawasan ini tidak hanya dikenal karena Komodo, hewan purba yang menjadi ikonnya, tetapi juga sebagai pusat pertemuan berbagai suku dengan warisan budaya yang unik.
Sejarah dan Suku yang Mendiami Labuan Bajo sehingga Kaya akan Budaya
Labuan Bajo, sebuah wilayah yang terletak di Pulau Flores, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, merupakan rumah bagi empat suku yang berbeda-beda. Suku tersebut yaitu Suku Manggarai, Suku Bajo, Suku Mbojo, dan Suku Bugis.
Keberadaan mereka di kawasan ini sudah tercatat sejak zaman sebelum Indonesia merdeka, menandakan kekayaan budaya dan sejarah yang lama terjalin di wilayah ini.
Nama Labuan Bajo sendiri memiliki asal-usul yang unik, menggabungkan kata ‘Labuan’ yang berarti pelabuhan dan ‘Bajo’ yang diambil dari nama Suku Bajo. Wilayah ini dikenal sebagai titik berlabuh kapal, baik kecil maupun besar, yang masuk ke Nusa Tenggara Timur melalui jalur laut.
Suku Bajo, dikenal sebagai suku pesisir yang hidup di atas perahu atau rumah panggung di laut, telah lama menjadikan penangkapan ikan sebagai cara utama untuk bertahan hidup. Kehadiran mereka di daerah ini berkaitan erat dengan masa ketika Kesultanan Gowa memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Pulau Flores.
Suku Bugis, yang juga memiliki keterkaitan dengan Kesultanan Gowa, dan Suku Mbojo, yang terkait dengan Kesultanan Bima, menambah keragaman budaya di Labuan Bajo.
Kesultanan Bima, dengan pengaruhnya yang merentang hingga Pulau Flores, membawa Suku Mbojo ke Bajo, menjadikan bahasa Suku Mbojo salah satu bahasa komunikasi di wilayah tersebut. Di sisi lain, Suku Manggarai merupakan suku asli dari wilayah daratan barat Flores, yang sekarang dikenal sebagai Labuan Bajo.
Keanekaragaman suku ini tidak hanya menjadikan Labuan Bajo kaya akan budaya, tetapi juga sejarah. Masing-masing suku membawa cerita, tradisi, dan cara hidup yang unik, menyatukan mereka dalam tapestri budaya yang melatarbelakangi kehidupan sehari-hari di sini.
Hal ini menjelaskan bagaimana Labuan Bajo, dengan latar belakang budaya dan sejarahnya yang kaya, menjadi salah satu destinasi yang menarik bagi wisatawan yang ingin mengalami keunikan dan keberagaman Indonesia.
Baca juga: Rute Perjalanan Pulau Komodo: Tip untuk Merencanakan Liburan yang Tak Terlupakan
3 Event Budaya dan Tradisi Unik di Labuan Bajo
Tak hanya alamnya yang spektakuler keindahannya, kekayaan budaya di sini juga sangat luar biasa. Setidaknya ada 3 event dan tradisi unik yang biasa dilakukan oleh masyarakat lokal yang sangat menarik perhatian.
1. Komodo Culture Festival
Setiap awal bulan November, Desa Komodo menjadi tuan rumah bagi Komodo Culture Festival, sebuah perayaan tahunan yang berfokus pada kekayaan tradisi lokal dan promosi wisata budaya.
Festival ini menampilkan berbagai kegiatan yang menarik, mulai dari pertunjukan seni tradisional, seperti atraksi kolokamba dan drama khas daerah, hingga permainan yang mengedukasi tentang sejarah Pulau Komodo dan satwa legendarisnya.
Menurut laman di Jadesta Kemenparekraf, atraksi kolokamba merupakann sebuah pertunjukan yang memperlihatkan perjuangan orang-orang Pulau Komodo dalam menghadapi perompak yang sering menyerang desa mereka dulu kala.
Selain itu, terdapat upacara ritual yang penuh dengan nilai budaya, dan berbagai lomba menarik yang berhubungan dengan keindahan bahari, termasuk lomba renang antarpulau dan perlombaan perahu motor.
Bagi yang berminat menghadiri, disarankan untuk memesan tiket dengan cepat melalui agen perjalanan resmi yang ditunjuk oleh panitia. Hal ini penting karena jumlah wisatawan yang diperbolehkan berkunjung dibatasi untuk menjaga kelestarian kawasan dan memastikan ketersediaan fasilitas yang memadai.
2. Tradisi Rumusmoso
Di Labuan Bajo, tradisi Rumusmuso merupakan cara unik dalam pembagian tanah ulayat, tanah yang dianggap milik bersama oleh anggota komunitas adat setempat. Proses ini menitikberatkan pada pembagian lahan secara adil, dengan memberikan prioritas kepada pemimpin adat dan keluarga mereka.
Namun, bukan hanya anggota komunitas yang bisa menerima bagian. Warga dari suku lain juga berkesempatan, dengan syarat tertentu. Salah satunya adalah membawa satu ekor ayam jantan dan Kapu Manuk Lele Tuak, minuman arak yang menjadi ciri khas lokal.
Salah satu momen penting dalam proses pembagian ini adalah Ritual Tente. Dalam ritual ini, sebatang kayu akan ditancapkan di titik tengah lahan yang akan dibagi, simbolisasi awal dari proses pembagian. Lahan yang dibagi biasanya lebih luas untuk pemimpin atau tetua adat, dengan luas lahan untuk warga biasa ditentukan berikutnya.
Uniknya, proses pembagian ini menggunakan ‘rumus moso’, yaitu teknik menghitung menggunakan jari tangan yang disesuaikan dengan jumlah penerima dan keturunan mereka. Ini adalah contoh menarik dari bagaimana tradisi dan kearifan lokal dipertahankan dalam pengelolaan sumber daya bersama.
3. Tradisi Kepok
Saat berkunjung ke Manggarai Barat di Flores, Nusa Tenggara Timur, pengalaman unik menanti di pintu masuk Labuan Bajo. Para wisatawan disambut hangat oleh warga lokal yang mengenakan pakaian adat. Mereka sedang menjalankan Tradisi Kepok, sebuah ritual penyambutan dengan membawa ayam jantan berwarna merah dan moke putih, minuman khas setempat.
Upacara ini khusus diselenggarakan untuk menyambut wisatawan yang datang berkunjung dari berbagai penjuru dunia yang datang ke Labuan Bajo. Para tetua adat dan wanita Manggarai Barat akan berpakaian songke dan destar menyambut di Dermaga Loh Liang. Pakaian tradisional ini juga menjadi suvenir yang menarik bagi wisatawan.
Ritual Kepok adalah bentuk penghormatan dan selamat datang yang tulus dari masyarakat Manggarai Barat kepada para tamu yang ingin menjelajahi keindahan Pulau Komodo. Melalui tradisi ini, masyarakat setempat menunjukkan rasa hormat dan kecintaan yang begitu dalam terhadap warisan budaya mereka.
Kehadiran tradisi ini menambah nilai unik bagi pengalaman wisata di Labuan Bajo. Tak hanya panorama alamnya yang memesona tetapi juga karena keramahan dan kehangatan warganya.
Baca juga: 10 Destinasi Wisata Indonesia yang Diakui sebagai Warisan Dunia UNESCO
Demikianlah di Labuan Bajo, keanekaragaman budaya dan tradisi terpampang nyata melalui kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Empat suku utama yang mendiami wilayah ini, yaitu Suku Manggarai, Suku Bajo, Suku Mbojo, dan Suku Bugis, masing-masing membawa warna tersendiri pada kanvas budaya Labuan Bajo.
Dari upacara adat yang kaya akan simbolisme hingga seni kuliner yang memanjakan lidah, setiap aspek kehidupan di sini adalah cerminan dari interaksi harmonis antara manusia dengan alam dan sesama.