JNEWS – Kota Pontianak adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Barat. Letak Pontianak strategis di persimpangan dua sungai besar, yaitu Sungai Landak dan Sungai Kapuas, yang merupakan delta Sungai Kapuas. Kapuas adalah sungai terpanjang di Indonesia, yaitu sekitar 1.143 km.
Sejarah pendirian Pontianak dimulai dari tepi sungai Kapuas. Karena itu, pembangunan Kota Pontianak di masa modern juga dipusatkan di sepanjang sungai dengan konsep waterfront city.
Sejarah Kota Pontianak
Sejarah Pontianak diawali dari Keraton Kadriah Pontianak, sebuah kerajaan Islam. Pendiri Kerajaan Pontianak adalah Syarif Abdurrahman. Ayah Syarif Abdurrahman adalah seorang pedagang dari Haldramaut bernama Al Habib Husin Al Qadrie. Al Habib menikah dengan saudara perempuan Sultan Matan.
Karena suatu kesalahpahaman, Al Habib dan keluarganya pindah ke Kerajaan Mempawah. Al Habib menjadi penasehat Raja Mempawah, Empu Daeng Menambon. Pada usia 18 tahun, Abdurrahman menikah dengan putri Opu Daeng Menambon yang bernama Utin Tjandramidi.
Syarif Abdurrahman muda gemar bertualang dan tak segan menyerang kapal-kapal asing, seperti kapal dari Perancis dan Tiongkok. Karena terkesan oleh keberaniannya, Raja Banjarmasin menikahkan Abdurrahman dengan anak perempuannya yang bernama Ratu Syahranum.
Abdurrahman yang ambisius meninggalkan Mempawah untuk membangun daerah kekuasaannya sendiri. Di tengah perjalanan, rombongan Abdurrahman mendapat pertolongan dari 7 orang suku Dayak dari gangguan makhluk halus. Nantinya orang-orang Dayak berdatangan ke Pontianak untuk bertani dari hadiah tanah dan bermukim di sekitar Sungai Durian hingga sekarang.
Di persimpangan Sungai Landak dan Kapuas, mereka menembakkan meriam. Di tempat jatuhnya meriam didirikan Masjid Jami’ pada tanggal 3 Oktober 1771. Setelah itu dibangunlah Keraton Kadriah di sekitarnya. Tanggal 3 Oktober tersebut dijadikan tanggal hari jadi Kota Pontianak. Abdurrahman  mengangkat dirinya sendiri menjadi Sultan Syarif Abdurrahman Al Qadrie.
Perkampungan di sekitar cikal bakal Pontianak tersebut dikenal dengan nama Kampung Dalam Bugis. Warganya terkenal cantik dan tampan dengan wajah khas Timur Tengah dari keturunan Abdurrahman dan pasukannya.
Ambisi Abdurrahman tak terbendung sehingga menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Pada saat itu Abdurrahman telah berhubungan dengan VOC karena pengangkatannya sebagai sultan disahkan oleh Residen Rembang Willem Adrian Palm. Abdurrahman juga mengembangkan perdagangan mulai dari hasil hutan hingga emas.
Pekerja Tiongkok berdatangan untuk mengolah emas hingga berhasil membawa produk-produk yang laku di pasar dunia dari pedalaman, seperti karet, kayu, rotan, lada, dan kopra. Ketika pedagang asing lainnya berdatangan, orang Tiongkok menjadi perantara dengan penduduk lokal. Diperkirakan inilah yang menyebabkan banyak warga suku Dayak yang berwajah cantik khas Tiongkok di pedalaman.
Selain orang Dayak dan Tiongkok, suku Melayu juga cukup besar di Pontianak. Suku Melayu berasal dari proses alami akibat interaksi perdagangan dengan orang Sumatra dan orang-orang Dayak yang beralih ke agama Islam.
Baca juga: Panduan Lengkap Berkunjung ke Pulau Derawan: Tip dan Trik untuk Wisatawan
Daya Tarik Kota Pontianak
Kota Pontianak dekat dengan negara-negara tetangga, yaitu Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Bahkan Pontianak berbatasan langsung dengan Negara Bagian Serawak, Malaysia. Ketinggian Pontianak hanya sekitar 0,1 hingga 1,5 meter dari permukaan laut sehingga mudah tergenang jika sungai meluap. Karena itu, konsep waterfront city dianggap paling sesuai.
Dengan segala keunikan etnis dan kondisi geografis, Pontianak memiliki banyak daya tarik, antara lain sebagai berikut.
1. Istana Kadriah Pontianak
Masyarakat dapat melihat sejarah Kota Pontianak dengan mengunjungi Istana Keraton Kadriah yang tak jauh dari kota. Istana ini menyimpan banyak peninggalan dari hubungan perdagangan dengan negara-negara asing dan peralatan peperangan. Untuk menuju istana ini bisa menggunakan berbagai angkutan darat dan speedboat dari Pelabuhan Senghie.
2. Tugu Khatulistiwa
Tugu Khatulistiwa terletak 3 km dari pusat Kota Pontianak, yang dibangun pda tahun 1928. Bangunan tugu telah mengalami beberapa kali renovasi dan mengalami koreksi letak.
Pada tahun 2005, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) menyatakan bahwa letak Tugu Khatulistiwa adalah 0 derajat, 0 menit, 3,809 detik lintang utara dan 109 derajat, 19 menit, 19,9 detik bujur timur. Sedangkan untuk posisi 0 derajat 0 detik dan 0 menit berada 117 meter ke arah Sungai Kapuas, yaitu di belakang sebuah rumah di Jl. Sungai Selamat, Siantan Hilir.
3. Festival Kulminasi Matahari
Pemerintah Kota Pontianak menyelenggarakan festival untuk menyambut kulminasi matahari di Tugu Khatulistiwa. Dikutip dari laman BRIN, kulminasi matahari adalah ketika matahari berada di puncak tertinggi pada titik edarnya mengelilingi bumi.
Festival ini dapat menjadi sarana edukasi dan memiliki potensi wisata. Berbagai pameran, pertunjukan dan lomba diadakan untuk menyambut hari tanpa bayangan tersebut.
4. Susur Sungai Kapuas
Susur sungai ini wajib dilakukan jika ke Pontianak agar kunjungan lengkap. Wisatawan dapat menyaksikan kehidupan masyarakat pesisir sungai menggunakan kapal wisata Tepian Senghie atau kapal wisata lainnya.
Baca juga: Legenda dan Berbagai Tradisi di Sungai Kapuas, Sungai Terpanjang di Indonesia
5. Hari Bakcang
Berdasarkan legenda, bakcang dilemparkan ke sungai sebagai bentuk simpati agar buaya tidak memakan Qu Yuan yang melompat ke Sungai Miluo, melainkan memakan bakcang. Bakcang adalah makanan khas Tionghoa berupa beras ketan dengan isian ayam cincang lalu dibungkus dengan bentuk segitiga.
6. Taman Alun-Alun Pontianak
Taman ini dilengkapi dengan kafe apung yang menyenangkan untuk bersantap bersama dan tempat-tempat duduk untuk menyaksikan sunset nan syahdu. Pengunjung dapat menyaksikan kapal yang lalu-lalang di Sungai Kapuas.
7. Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman
Wisatawan yang beragama Islam bisa menyempatkan diri untuk salat di masjid yang menjadi cikal bakal Pontianak ini. Arsitekturnya unik, yang dipengaruhi arsitektur Jawa Timur, Jawa Tengah, Melayu, dan Eropa.
8. Aloe Vera Center dan Orchid Center
Terletak tidak jauh dari pusat Kota Pontianak, sekitar 8,5 Km di Jalan Budi Utomo, Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara, Kalimantan Barat, Aloe Vera Center menjadi destinasi agro wisata pilihan.
Selain itu, Aloe Vera Center juga rumah bagi Orchid Center, tempat pembudidayaan anggrek beragam, termasuk anggrek hitam Kalimantan yang saat ini termasuk dalam kategori langka.
9. Rumah Betang dan Rumah Radakng
Keduanya sama-sama rumah adat Dayak, namun Rumah Betang lebih tradisional daripada Rumah Radakng.
Rumah Radakng dihuni oleh Suku Dayak di Kalimantan Barat, berstatus sebagai rumah adat terluas di Indonesia dan ikon penting Kota Pontianak, setelah Tugu Khatulistiwa. Dengan dimensi mencapai 138 meter panjang dan 7 meter tinggi, Rumah Radakng terletak di Jalan Sutan Syahrir, Kota Baru, Pontianak.
10. Wisata Kuliner
Kuliner yang wajib dicoba di Pontianak adalah chai kue, lek tau suan, burung punai, es lidah buaya, e skrim petrus, bubur pedas, dan pisang goreng pontianak. Sedangkan cumi pedas hanya ditemui di bulan Ramadan.
Akomodasi dan Transportasi Kota Pontianak
Untuk mencapai Pontianak, nyaris tidak ada kesulitan karena tersedia penerbangan dari bandara-bandara utama di Indonesia. Harga tiket pesawat dari bandara CGK Jakarta ke Bandara Supadio Pontianak sekitar Rp1.000.000. Transportasi dalam kota juga tidak masalah karena sudah banyak ojek online.
Sedangkan untuk akonomidasi, di Pontianak terdapat banyak pilihan hotel dari hotel murah hingga hotel berbintang. Seluruh akomodasi dan transportasi juga sudah bisa dipesan melalui OTA (Online Travel Agent).
Kota Pontianak merupakan kota dengan letak geografis, sejarah perdagangan internasional dan interaksi sosial yang sangat menarik sehingga patut dimasukkan dalam daftar rencana liburan. Wisatawan dapat belajar tentang makna hidup dalam keberagaman di kota ini.