JNEWS – Menyebut Yayasan Yatuna, ingatan akan melayang pada sosok pendiri JNE yakni almarhum H. Soeprapto Soeparno, terlebih di malam takbiran maupun di hari pertama Idul Fitri di mana ribuan orang datang ke Yatuna untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar H. Soeprapto Soeparno. Mereka adalah para anak yatim, tuna netra dan janda tidak mampu, serta masyarakat lainnya yang sudah lama mengenal kedermawanan H. Soeprapto semasa hidup.
Nun di tahun 1979, H. Soeprapto yang kala itu sudah memiliki perusahaan jasa pengiriman TIKI membeli sebidang tanah yang cukup luas di kawasan Kampung Makassar, Kramat Jati, Jakarta Timur. Kala itu tanah yang dibeli masih berupa hamparan tanah kosong, kebun dan sawah dengan pepohonanan yang rimbun. Akses jalan pun masih susah, belum bisa dilewati kendaraan.
H. Soeprapto yang lahir dan besar di Gunung Manumbing, Bangka Belitung, menyulap tanah tersebut menjadi petak-petak kebun, kandang hewan peliharaan, kolam ikan, aula pertemuan dan juga membangun musala. Begitu juga, ia membuka akses jalan dan jembatan agar dapat dilalui kendaraan dan bisa dipergunakan masyarakat umum. Ia pelihara berbagai hewan seperti kuda, kerbau, sapi dan ikan serta hewan lainnya.
Lambat laun, tanah yang dibeli semakin luas. Kalau sebelumnya ia yang berkeliling ke panti-panti asuhan maupun rumah penampungan tuna netra untuk memberikan sedekah rutin, mengingat semakin banyak yang disantuni, maka musala yang kecil dipugar dan dibesarkan menjadi masjid. Selain untuk ibadah warga sekitar, juga difungsikan untuk mengumpulkan orang-orang yang disantuni, tidak keliling lagi.
Baca juga:Â Senyum Ceria Puluhan Anak Yatim Saat Borong Belanjaan
Tahun demi tahun jumlah anak yatim, tuna netra dan janda miskin yang menjadi asuhan Yatuna semakin banyak, dan di tahun 1987 Yayasan Yatuna secara resmi didaftarkan untuk mendapatkan legalitas dari instansi yang berwenang. Kecintaan almarhun kepada anak yatim dan kaum duafa lainnya dilandasi pemahamannya akan makna yang terkandung dalam surat Al-Maun dan juga surat Al Baqarah ayat 261. Ini bisa dilihat dari ornamen tulisan di dinding bangunan yayasan tentang Surat Al-Maun dan surat Al-Baqarah ayat 261.
Keberadaan Yatuna sangat dicintai oleh H. Soeprapto. Saat mendirikan JNE pada November 1990 silam, acara syukuran sederhana di Yatuna dengan mengundang para anak yatim yang ikut mendoakan keberkahan JNE.
Setelah JNE berdiri dan merengkuh kesuksesan, Yatuna semakin dipercantik dengan penataan bangunan yang lebih bagus dan sering dipergunakan untuk berbagai acara maupun kegiatan JNE. Luas lahannya pun sudah sekitar 6 hektar dan kian banyak orang-orang yang disantuni. H. Soeprapto menyebut bahwa Yatuna sebagai ‘gunung mas’ atau menjadi tempat pusatnya amal kebaikan.
Sepeninggal H. Soeprapto pada 23 Juni 2015 silam, aktivitas Yatuna masih tetap berlangsung dan kini dilanjutkan oleh isteri almarhum yakni Hj. Nuraini Soeprapto yang dibantu oleh anak-anaknya termasuk Presiden Direktur JNE M. Feriadi Soeprapto sehingga Yatuna terus berkembang dan memberi manfaat serta kebaikan bagi masyarakat luas.
Baca juga:Â JNE Undang Kak Ros Mendongeng untuk Anak-anak di Bukber bareng Yatim
Kalau sekarang kita berkunjung ke Yatuna, terdapat banyak bangunan luas dan bagus seperti aula serbaguna, puluhan kamar tidur, lapangan untuk penyembelihan hewan kurban, masjid, kolam ikan yang masih tetap dipertahankan, taman yang asri dan sebagainya sehingga membuat betah untuk berlama-lama di sini sambil mengenang akan jasa-jasa pendiri JNE, (alm) H. Soeprapto Soeparno. *