JNEWS – Situ Patenggang atau Situ Patengan merupakan salah satu destinasi wisata alam yang populer di Ciwidey, Bandung Selatan. Keindahan Situ Patenggang memukau Franz Wilhelm Junghuhn sehingga mengabadikannya dalam bentuk lukisan pada tahun 1856. Junghuhn adalah seorang peneliti dari berkebangsaan Jeman – Belanda yang mempelajari Jawa dari sudut pandang botani dan geologi. Setelah 1,5 abad, banyak perubahan yang terjadi pada danau ini.
Sejarah Situ Patenggang
Secara geologis, danau ini terbentuk dari letusan Gunung Patuha yang terisi air. Dalam dokumen-dokumen resmi, Situ Patenggang disebut sebagai Situ Patengan. Nama tersebut diambil dari bahasa Sunda, yaitu pateangan-teangan, yang berarti saling mencari. Sedangkan situ artinya danau atau telaga.
Namun dalam pencarian jejak sejarah telaga ini lebih banyak diwarnai dengan kisah legendaris Ki Santang dan Dewi Rengganis yang menjalani kehidupan cinta LDR (long distance relationship). Karena kangen, mereka saling mencari dan akhirnya bertemu di sebuah batu besar yang dinamakan Batu Cinta.
Di Batu Cinta, Dewi Rengganis minta dibuatkan danau yang ada pulau di tengahnya. Permintaan tersebut dipenuhi oleh Ki Santang. Pulau kecil tersebut diberi nama Pulau Sasaka atau Pulau Asmara. Sedangkan danau tersebut diberi nama Situ Patengan, yang artinya saling mencari. Konon, pasangan yang mendatangi Batu Cinta akan mendapatkan cinta sejati seperti Ki Santang dan Dewi Rengganis.
Sementara dalam dokumen resmi yang dikutip dari Conservation, tercatat bahwa berdasarkan GB tanggal 11 Juli 1919 No. 83, Stb 1908, areal hutan Telaga Patengan seluas 86,18 hektare merupakan cagar alam dengan nama Cagar Alam Telaga Patengan. Namun berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 660/Kpts/Um/8/1981, status tersebut dianggap tidak tepat lagi sehingga statusnya berubah menjadi Taman Wisata Telaga Patengan.
Baca juga: Situ Bagendit: Panduan Wisata, Sejarah, dan Legenda di Balik Danau
Daya Tarik Wisata Situ Patenggang
Sebagai destinasi wisata alam, daya tarik utama situ ini adalah telaga yang berada di ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut. Selain itu, danau ini dikelilingi dengan perkebunan yang hijau. Tempat ini pernah terkenal karena menjadi lokasi syuting film My Heart.
Wisawatan dapat masuk ke area ini dengan membayar tiket reguler Rp30.000 per orang, tiket terusan A Rp50.000 untuk akses situ dan area glamping kecuali perahu, serta tiket terusan B Rp100.000 untuk akses situ, glamping, dan kawah.
Sedangkan daya tarik Situ Patenggang adalah sebagai berikut.
1. Mengunjungi Batu Cinta
Aktivitas yang harus dicoba adalah mengucapkan ikrar cinta di Batu Cinta agar langgeng seperti Ki Santang dan Dewi Rengganis. Sebagai kenang-kenangan, spot ini dapat digunakan untuk foto bersama pasangan.
2. Mengelilingi Telaga dengan Perahu atau Sepeda Air
Selain minta dibuatkan pulau dan danau, Dewi Rengganis juga minta dibuatkan perahu. Para gadis yang datang ke sini tidak perlu minta dibuatkan perahu juga, karena sudah tersedia dan dapat langsung dinaiki dengan biaya Rp30.000 per orang. Sedangkan harga sewa satu perahu sekitar Rp150.000 hingga Rp200.000. Di sini juga terdapat sepeda air berbentuk angsa dengan harga sewa Rp40.000 untuk 2 orang selama satu jam.
3. Bersantai atau Berkemah
Aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah bersantai bersama keluarga atau teman-teman dengan menggelar tikar dan membawa bekal. Jika tidak melakukan persiapan untuk berwisata di telaga ini, semua peralatan sudah disediakan untuk disewa, antara lain tikar, tenda, hingga kursi lipat. Sedangkan makanan dapat dibeli di sekitar telaga. Selama bersantai, wisawatan juga dapat memancing.
4. Menjelajahi Perkebunan
Di kawasan ini terdapat kebun teh dan kebun stroberi. Kebun Teh Rancabali berada di bawah pengelolaan PT Perkebunan Nusantara VIII. Dengan harga tiket Rp10.000, pengunjung dapat melakukan aktivitas tea walk dengan panjang jalur yang bervariasi. Jika lelah, terdapat gazebo untuk beristirahat. Sedangkan kebun stroberi dikelola oleh individu.
Akomodasi di Situ Patenggang
Udara yang sejuk dan bersih membuat banyak wisatawan memutuskan menginap di Patenggang. Ada pula yang memang merencanakan acara bersama-sama. Situ Patenggang juga dapat dijadikan tempat transit karena dekat dengan Wana Wisata Kawah Putih, Bumi Perkemahan Raca Upas, Pemandian Air Panas Ciwalini, hingga Agrowisata dan Taman Wisata Air Cimanggu.
1. Pinisi Resto
Resto ini sangat unik karena berbentuk kapal pinisi tetapi di darat. Untuk menuju ke resto ini, pengunjung harus melewati jembatan goyang yang dibatasi 10 orang sekali menyeberang. Menu yang dihidangkan adalah menu Nusantara. Yang menakjubkan di resto ini adalah pemandangannya. Tempat ini merupakan favorit pengunjung karena terletak di ketinggian sehingga akan mendapatkan latar belakang foto berupa telaga dan perkebunan yang memesona.
2. Vila
Banyak vila yang ditawarkan di sekitar Ciwidey dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari telaga. Jenis vila tersebut beragam, dari vila sederhana, vila yang seluruh bangunannya harus disewa hingga berupa resort.
3. Glamping
Ada beberapa glamping yang memadai di sekitar telaga lantaran udara dan pemandangannya sesuai untuk menikmati suasana eksklusif di tengah alam. Salah satunya adalah Glamping Lakeside Rancabali yang terletak di tepi telaga.
4. Penyewaan Tenda
Tenda yang ditawarkan cukup beragam dan dengan aturan yang fleksibel. Ada tenda yang hanya dibutuhkan untuk melindungi panas di siang hari atau menjaga privasi, ada pula tenda untuk menginap sehingga lebih tebal untuk melindungi tubuh dari hawa yang sangat dingin.
Dengan demikian, tenda tidak harus disewa seharian. Penyedia tenda juga siap mencarikan peralatan pelengkapnya seperti tikar, kursi lipat, lampu hingga kompor portable. Bahkan mereka akan membantu menatanya.
Baca juga: Rawa Pening: Keindahan dan Legenda Danau Alami di Cekungan Tiga Gunung
Dengan pemandangan yang indah dan hawa yang sejuk, tak heran jika Situ Patenggang Ciwidey menjadi favorit masyarakat Bandung. Agar lebih nyaman menikmati kedamaian alam, cari posisi yang agak jauh dari pintu masuk dan deretan orang yang berjualan atau asongan.