JNEWS – Upacara Ngaben, kalau bicara soal tradisi Bali, pasti jadi salah satu yang paling ikonik. Bukan cuma tentang membakar jenazah, tapi lebih ke perjalanan spiritual.
Ngaben adalah cara orang Bali melepas kepergian orang tercinta dengan penuh penghormatan dan doa. Bukan momen sedih, tapi lebih ke perayaan kehidupan dan harapan untuk roh agar sampai ke tempat yang lebih baik.
Setiap tahapannya punya cerita dan makna sendiri. Ada doa, musik, dan ritual yang bikin semuanya terasa sakral sekaligus penuh warna. Semuanya dirancang untuk membantu roh bebas dari dunia fana.
Ngaben bukan sekadar tradisi, tetapi merupakan cerminan betapa dalamnya filosofi hidup orang Bali soal kehidupan dan kematian. Menarik kan? Yuk, ikuti kisah selengkapnya.
Apa Itu Upacara Ngaben?
Dikutip dari situs Pemerintah Kabupaten Buleleng, upacara Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali. Tujuannya untuk menyucikan roh orang yang telah meninggal. Ritual ini juga berfungsi untuk mengantar dan mempercepat kembalinya unsur jasmani ke asalnya, yaitu Panca Maha Bhuta. Elemen dasar tersebut meliputi tanah, air, api, udara, dan eter.
Tanah, air, api, dan udara kita sudah kenal. Lalu, apa itu eter?
Eter dalam konteks Panca Maha Bhuta adalah elemen kelima yang melambangkan ruang atau kehampaan. Elemen ini dianggap sebagai tempat bagi elemen lainnya untuk ada dan berfungsi. Dalam filosofi Hindu, eter juga sering diasosiasikan dengan aspek spiritual, suara, dan energi yang menghubungkan manusia dengan alam semesta.
Dengan begitu, secara keseluruhan dan spiritual, upacara Ngaben berfungsi melepaskan roh dari ikatan duniawi. Ritual ini membantu roh mencapai alam atas dan bersiap untuk reinkarnasi. Tujuannya juga agar roh dapat mencapai moksha, yaitu pembebasan dari siklus kelahiran kembali.
Ada serangkaian ritual yang harus dilakukan dalam upacara ini. Termasuk di dalamnya—yang paling ikonik—pembakaran jenazah dalam wadah khusus yang biasanya berbentuk lembu atau bangunan berbentuk menara. Setelah pembakaran, abu jenazah biasanya dihanyutkan ke laut atau sungai sebagai simbol pengembalian unsur-unsur tubuh ke alam semesta.
Upacara ini mencerminkan keyakinan mendalam umat Hindu Bali terhadap siklus kehidupan, kematian, dan kelahiran kembali, serta pentingnya menjaga keseimbangan antara dunia fisik dan spiritual.
Baca juga: 8 Tradisi dan Upacara Adat Bali: Warisan Budaya yang Terjaga
Prosesi Upacara Ngaben yang Penuh Makna
Setiap tahap dalam upacara Ngaben punya makna mendalam yang mencerminkan siklus kehidupan, kematian, dan kelahiran kembali. Berikut adalah tahapan prosesi dalam upacara Ngaben yang penuh nilai dan filosofi.
1. Ngulapin
Setiap perjalanan spiritual dimulai dengan langkah awal. Dalam upacara Ngaben, Ngulapin menjadi tahap pembuka.
Ritual ini bertujuan memanggil roh (atma) almarhum yang mungkin masih berada di luar rumah atau tempat lain, agar kembali ke rumah. Dengan doa dan mantra suci, roh dipastikan hadir di lokasi upacara, menandai awal dari perjalanan menuju penyucian dan pelepasan dari dunia fana.
2. Nyiramin
Setelah roh dipanggil kembali, langkah berikutnya adalah menyucikan jasad almarhum melalui prosesi Nyiramin atau Ngemandusin.
Dalam tahap ini, jenazah akan dibersihkan secara menyeluruh sebagai simbol penyucian fisik dan spiritual, sehingga tubuh pun siap untuk ritual lanjutan. Bunga melati diletakkan di rongga hidung, dan belahan kaca ditempatkan di atas mata. Hal ini mencerminkan pengembalian fungsi tubuh ke elemen asalnya, sekaligus doa agar roh memperoleh tubuh yang lebih sempurna dalam siklus reinkarnasi.
3. Ngajum Kajang
Penyucian ini dilanjutkan dengan Ngajum Kajang. Aksara suci akan ditulis pada selembar kertas putih, atau kajang. Kertas ini disentuh oleh kerabat dekat sebagai tanda restu dan doa.
Ritual ini bukan sekadar simbol. Doa keluarga menyatu dengan roh dalam prosesi ini. Keikhlasan mereka semakin kuat untuk merelakan kepergian almarhum. Ritual ini juga membantu roh melanjutkan perjalanannya.
4. Ngaskara
Ketulusan doa keluarga diiringi dengan tahap penting berikutnya, yaitu Ngaskara. Dalam ritual ini, mantra suci dibacakan oleh pendeta untuk menyucikan roh dari dosa-dosa duniawi.
Dalam tahapan ini, harapan besar disematkan agar roh tidak hanya mencapai kedamaian, tetapi juga menjadi pelindung serta pembimbing spiritual bagi keluarga yang masih hidup.
5. Mameras
Jika almarhum memiliki cucu, tahap Mameras menjadi prosesi yang istimewa. Cucu, yang dianggap sebagai penghubung antar generasi, memiliki peran penting dalam mendoakan dan menuntun roh leluhur menuju kedamaian abadi.
Ritual ini mempererat hubungan spiritual antara yang hidup dan yang telah tiada, serta melambangkan penghormatan mendalam kepada leluhur.
6. Papegatan
Setelah kehadiran roh dihormati, tiba saatnya untuk melepaskan ikatan duniawi melalui prosesi Papegatan. Ritual ini mencerminkan keikhlasan keluarga dalam melepas almarhum, memungkinkan roh melanjutkan perjalanannya ke alam spiritual tanpa terikat oleh beban emosi atau rasa kehilangan.
Dengan dilakukannya tahapan ini, keluarga menunjukkan kesiapan untuk memberi kebebasan penuh kepada roh.
7. Pakiriman Ngutang
Keikhlasan tersebut kemudian diwujudkan dalam Pakiriman Ngutang, prosesi mengantar jenazah ke tempat kremasi, atau Setra. Jenazah disemayamkan di atas tempat khusus, seperti menara atau lembu, dan diarak dengan iringan musik tradisional.
Di beberapa titik, jenazah diputar tiga kali berlawanan arah jarum jam. Gerakan ini melambangkan pelepasan ikatan duniawi. Ritual ini juga bertujuan membingungkan roh jahat. Dengan begitu, roh dapat melanjutkan perjalanan ke alam yang lebih tinggi tanpa gangguan.
8. Ngeseng
Setibanya di Setra, jenazah memasuki tahap inti, yaitu Ngeseng. Proses pembakaran jenazah ini melambangkan pelepasan unsur-unsur fisik tubuh kembali ke alam semesta sesuai dengan ajaran Panca Maha Bhuta.
Ritual ini dipercaya akan membebaskan roh dari ikatan duniawi, mempersiapkan roh untuk perjalanan spiritual berikutnya. Abu yang dihasilkan dikumpulkan untuk ritual lanjutan.
9. Nganyud
Ritual lanjutan dari Ngeseng adalah Nganyud, yaitu penghanyutan abu jenazah ke laut atau sungai. Prosesi ini menjadi simbol pengembalian unsur tubuh ke alam semesta, sekaligus memastikan roh telah bebas dari keterikatan duniawi.
Dengan ritual ini, perjalanan roh diharapkan berjalan lancar menuju alam yang lebih tinggi atau mencapai moksha, yakni pembebasan sempurna.
10. Makelud
Sebagai penutup rangkaian upacara Ngaben, Makelud atau Ngaroras dilaksanakan 12 hari setelah pembakaran. Ritual ini bertujuan untuk melepaskan sebelas indria manusia, yang disebut Ekadasa Indriya, yang masih terikat dengan dunia fana.
Setiap hari satu indria dilepaskan melalui doa, hingga mencapai puncaknya pada hari ke-12 dengan penyucian penuh. Tahap ini juga menjadi momen bagi keluarga untuk memulihkan keharmonisan spiritual, mengakhiri duka, dan melanjutkan kehidupan dengan ikhlas.
Baca juga: Mengenal Gamelan Bali: Instrumen dan Makna di Baliknya
Upacara Ngaben bukan sekadar tradisi, tapi juga cerminan filosofi hidup masyarakat Bali. Setiap tahapnya penuh makna dan doa, dirancang untuk menghormati dan membantu roh dalam perjalanan menuju kedamaian.
Ritual ini juga mengajarkan pentingnya melepaskan dan merelakan, sambil tetap menjaga hubungan spiritual dengan leluhur. Ngaben adalah bukti bagaimana kearifan lokal bisa begitu kaya akan nilai dan pesan kehidupan.