JNEWS – Setiap merayakan Idulfitri, ada satu kalimat yang sering diucapkan yakni minal aidin wal faizin. Kalimat tersebut kerap diucapkan secara lisan saat bertemu sapa dengan keluarga, teman, tetangga hingga dituliskan di dalam kartu ucapan.
Apakah ada yang mengira, bahwa ucapan tersebut bermakna mohon maaf lahir dan batin? Ternyata bukan, lo!
Sejarah Minal Aidin wal Faizin yang Diucapkan Saat Lebaran
Ungkapan minal aidin wal faizin begitu melekat dalam tradisi perayaan Idulfitri di Indonesia. Bahkan ucapan ini lebih sering diucapkan dibandingkan salam khas Arab seperti Eid Mubarak. Banyak orang yang mengira bahwa kalimat tersebut memiliki arti “mohon maaf lahir dan batin”, tapi ternyata tidak.
Secara Etimologi
Minal aidin wal faizin merupakan kalimat petikan dari bahasa Arab. ‘Aidin berasal dari kata ‘aidu artinya kembali. ‘Aidin merupakan bentuk fail (pelaku) yang menjadi jamak mudzakkar salim.
Sementara, ‘aidin’ bisa diartikan orang-orang yang kembali. Lalu untuk ‘al faizina’ diambil dari kata kerja (fiil) faza. Sama seperti ‘al ‘aiduna’ , ‘al faizina’ juga menjadi jamak mudzakkar salim yang memiliki arti orang-orang yang menang.
Pengertian jamak mudzakkar salim adalah kata benda plural dalam bahasa Arab yang menunjukkan jenis laki-laki. Perubahan bentuknya dari kata tunggal ke jamak mengikuti aturan tertentu.
Jadi, arti kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia adalah “dari orang-orang yang kembali suci dan orang-orang yang menang.”
Dari pengertian tersebut, sayangnya masih ada yang menafsirkan bahwa kalimat tersebut memiliki makna minta maaf dan ada juga yang percaya bahwa itu bagian doa atau hadis Nabi Muhammad saw. Namun, faktanya adalah tidak sama sekali terkait dengan doa dari Rasulullah saw, juga tidak memiliki makna minta maaf.
Asal Muasalnya
Dikutip dari website Muhammadiyah, kalimat ini kali digunakan oleh seorang penyair Andalusia, penyair Spanyol, Shafiyuddin al-Huli. Penyair tersebut membawakan sebuah syair menceritakan tentang dendangan kaum wanita pada hari raya. Petikan dari salah satu syairnya adalah Ja’alna minal ‘aidina wal faizina (jadikan kami dari orang-orang yang menang dan orang-orang yang beruntung).
Dalam perkembangannya, ungkapan tersebut telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya umat Islam. Kendati tidak memiliki dasar hadis yang eksplisit, tapi esensinya tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Baca juga: 25 Ucapan Idul Fitri untuk Rekan Kerja, Sederhana tapi Penuh Makna
Ucapan Idulfitri Menurut Hadis
Ungkapan dari minal aidin wal faizin memang memiliki arti yang baik. Namun, ada ucapan Idulfitri yang mengakar dari hadis Nabi Muhammad saw.
Dalam berbagai riwayat hadis, Nabi kerap mengucapkan doa ini saat Idulfitri:
‘Taqabbal minna wa minkum, taqabbal ya karim.’
Artinya: Semoga Allah amal ibadah kami dan amal ibadah kalian semua.
Ada juga hadis mengucapkan selamat Idulfitri dengan kalimat ini yaitu:
Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan hari ‘ied (Idulfitri atau Iduladha), satu sama lain saling mengucapkan, “Taqobbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).” Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan. (Fath Al-Bari, 2:446)
Dalam perkembangan umat Islam, ucapan kedua inilah yang sering dipakai saat Idulfitri tiba. Ketika bertemu, saling berpelukan, memberikan salam, kalimat taqabbal minna wa minkum, taqabbal ya karim sering diucapkan.
Tapi, di negeri Arab, kalimat minal aidin wal faizin juga ada yang mengucapkannya walaupun tidak banyak. Oleh para ulama pun menegaskan, bahwa ucapan selamat untuk datangnya hari raya, tidak ada batasan selama maknanya baik, maka dibolehkan. Karena syariat tidak membatasinya dengan ucapan atau doa-doa tertentu.
Di tradisi Islam Indonesia, ungkapan tersebut juga sering ditambahi dengan permohonan maaf lahir dan batin. Adapun kalimat lengkap saat Idulfitri tiba yang diucapkan oleh umat muslim Indonesia adalah “taqabbalallahu minna wa minkum, minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin.”
Makna Ucapan Minal Aidin Wal Faizin
Kendati kalimat tersebut bukanlah hadis nabi, tapi tersimpan beberapa makna yang mendalam, terutama dalam konteks spiritual. Berikut maknanya.
1. Kembali ke Fitri yang Suci
Kalimat ini sering dikaitkan dengan kembali ke keadaan fitrah, atau kesucian manusia. Setelah menjalani Ramadan dengan penuh kesungguhan dan keberkahan, seorang muslim diharapkan bisa kembali bersih dari dosa-dosa, seperti bayi yang baru lahir. Ini sesuai dengan makna Idulfitri sebagai hari kemenangan spiritual setelah satu bulan berpuasa dan memperbaiki diri.
2. Kemenangan atas Diri Sendiri
Kemenangan dalam arti di kalimat ini juga bukan sekadar kemenangan dalam peperangan fisik, tetapi lebih pada kemenangan melawan hawa nafsu dan godaan dunia.
Ramadan adalah waktu bagi umat Islam untuk menahan diri dari makan, minum, dan perbuatan tercela. Dengan demikian, saat Idulfitri tiba, kemenangan sejati adalah keberhasilan mengendalikan diri dan menjadi pribadi yang lebih baik.
3. Harapan untuk Menjadi Lebih Baik
Ucapan ini juga mencerminkan doa dan harapan agar setelah Idulfitri, seseorang tidak kembali pada kebiasaan buruknya. Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang membangun kebiasaan baik yang seharusnya dipertahankan sepanjang tahun.
Dengan mengucapkan minal aidin wal faizin saat Idulfitri, sesama umat muslim pun saling mendoakan agar tetap konsisten dalam kebaikan.
4. Pererat Silaturahmi
Salah satu momen yang paling dinantikan saat Idulfitri tiba adalah bersilaturahmi dengan keluarga, tetangga hingga teman-teman. Ucapan minal aidin wal faizin akan selalu terucap dengan wajah semringah saat bertemu.
Ucapan ini pun secara langsung menjadi ‘jembatan’ untuk mempererat hubungan dan juga mencerminkan semangat kebersamaan.
Baca juga: Cara Praktis Bikin Ucapan Lebaran via WA
Setiap Idulfitri tiba, ucapan minal aidin wal faizin sudah menjadi bagian tidak terpisahkan. Walaupun tidak memiliki dasar hadis, tapi kalimat ini bisa diucapkan karena mempunyai arti dan makna yang baik.