JNEWS – Al-‘Ula merupakan destinasi wisata umrah terbaru yang terus dikembangkan oleh pemerintah Arab Saudi. Orang sering salah mengira Al-‘Ula sama dengan Madain Saleh padahal ada beberapa perbedaan, terutama letaknya. Namun demikian, masih banyak jemaah yang menghindari paket Al-‘Ula sebagai unsur kehatian-hatian. Karena itu, informasi lengkap tentang Madain Saleh perlu diketahui.
Perbedaan Madain Saleh dan Al Ula
Al-‘Ula berjarak 350 kilometer dari Kota Madinah. Jika naik mobil sewa, setidaknya diperlukan waktu 4 jam untuk sampai di Al-‘Ula. Sedangkan Madain Saleh adalah sebuah tempat yang berada di dalam wilayah Al-‘Ula. Madain Saleh adalah tempat yang diazab Allah sehingga Nabi Muhammad melarang umat-Nya berkunjung ke sana. Jadi, yang diazab bukan seluruh Al-‘Ula, melainkan sebagian saja, yaitu di bagian Madain Saleh.
Perbedaan lainnya adalah Madain Saleh memiliki banyak peninggalah bersejarah yang belum terjamah. Sedangkan bagian Al-‘Ula yang dibuka untuk pariwisata pada tahun 2019 berisi peninggalan zaman dahulu yang telah dipugar dan bangunan-bangunan baru yang fenomenal. Objek wisata unggulan Al-‘Ula adalah Elephant Rock (Jabal Al-Fil), Old Town dan Maraya (sebuah cermin raksasa).
Baca juga: Mengenal 5 Hotel Terbesar di Dunia dan Apa yang Ditawarkan
Riwayat Nabi Saleh dan Kaum Tsamud
Dahulu Madain merupakan tempat tinggal Kaum Tsamud, yang terkenal sebagai bangsa pemahat batu. Saat itu, Madain juga masih menjadi daerah yang subur sehingga masyarakatnya hidup berkecukupan dari hasil panen.
Namun bangsa Tsamud tidak mengakui keberadaan Allah Swt. dan memilih menyembah berhala. Lalu Nabi Saleh as. diutus untuk mengajak bangsa Tsamud memeluk Islam.
Namun kedatangan Nabi Saleh tidak disambut dengan baik, bahkan warga meminta berbagai pembuktian yang sulit. Salah satunya adalah mengeluarkan unta betina dari batu besar. Sebuah mukjizat terjadi sehingga unta itu benar-benar keluar. Susu dari unta tersebut diminum orang banyak. Sayangnya, warga kembali menantang larangan Nabi Saleh untuk tidak mengganggu unta itu dengan menyembelihnya.
Akhirnya azab datang. Gempa dan petir membinasakan tanah yang subur itu. Kisah Nabi Saleh dan Kaum Tsamud ini banyak disebutkan dalam Al-Quran, antara lain dalam Surat Al-A’raf dan Hud.
Madain Saleh Menjadi Situs Warisan Dunia Pertama di Arab Saudi
Madain Saleh, yang dikenal juga dengan nama Al-Hijr atau Hegra, diakui sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 2008. Ini adalah yang pertama kali bagi Arab Saudi.
Al-Hijr merupakan situs arkeologi terbesar dari perabadan Nabatea yang berada di selatan Petra, Yordania. Menurut UNESCO, ada 3 kriteria yang membuat Al-Hijr layak mendapatkan pengakuan ini, yaitu sebagai berikut:
1. Memiliki Nilai Universal yang Luar Biasa
Al-Hijr menjadi saksi pertemuan antara berbagai pengaruh dekoratif dan arsitektur Asyur, Mesir, Fenisia, dan Helenistik. Al-Hijr juga menjadi saksi kehadiran epigrafi dari beberapa bahasa kuno, yaitu Lihyanit, Thamud, Nabataean, Yunani, dan Latin.
Al-Hijr masih menyimpan peninggalan teknik pertanian Nabatea ketika masih merupakan lahan yang subur, yaitu berupa sumur-sumur yang masih berfungsi.
2. Titik Pertemuan Peradaban
Situs Al-Hijr berada di titik pertemuan antara berbagai peradaban di akhir zaman kuno, yaitu di jalur perdagangan antara Semenanjung Arab, Mediterania, dan Asia.
3. Menjadi Saksi Peradaban Kuno
Situs Al-Hijr merupakan sakti peradaban Nabatea, antara abad ke-2 dan ke-3 SM dan periode pra-Islam, dan khususnya pada abad ke-1 Masehi.
Bangunan-Bangunan Terpenting di Madain Saleh
UNESCO mencatat bahwa di Al-Hijr terdapat 111 makam monumental yang sebagian fasadnya dihias, 50 prasasti pra-Nabataean, beberapa gambar gua, dan sumur-sumur air. Di antara bangunan-bangunan tersebut, berikut ini adalah yang terpenting, yang dikutip dari Madain Project.
1. Jabal Al-Ahmar
Jabal Al-Ahmar atau Area C terletak di bagian tenggara yang berisi banyak makam dari tahun 16-61 Masehi. Ada tiga makam dengan gambar-gambar yang menonjol dan menunjukkan tahun 16 M dan 61 M tersebut. Makam-makam tersebut terdiri dari satu singkapan tunggal yang terisolasi dan berisi 19 makam yang terpotong. Pada fasadnya tidak ada ornamen ukiran.
2. Ad-Diwan
Ad-Diwan adalah sebuah ruangan persegi yang berisi tiga bangku batu yang berfungsi sebagai triclinium untuk pesta-pesta suci. Diwan sendiri adalah tempat untuk pertemuan keagamaan dan terdiri dari ruang persegi panjang yang diukir di batu berukuran 12,8 x 9,9 meter dengan tinggi 8 meter.
Al-Diwan artinya pengadilan. Pintu masuknya yang besar menunjukkan bahwa pesta-pesta tersebut meluas ke ruang terbuka di depannya.
3. Al-Siq
Al-Siq membentang dari Al-Diwan ke arah selatan dengan lebar sekitar 40 meter di antara dua permukaan batu yang membentuk lorong sempit dan dipenuhi banyak altar kecil. Dinding tebing bergerigi dari Siq tersebut menghiasi relung nazar untuk dewa-dewa Nabatea yang diukir di batu serta petroglif unta dan pedagang. Lorong tersebut mengarah ke Jabal Ithlib. Al-Siq mengingatkan pada Siq di Petra.
4. Qasr Al-Bint
Qasr Al-Bint atau Istana Putri adalah fasad makam terbesar di Al-Hijr dengan ketinggian 16 meter. Di atas pintu terdapat sebuah plakat yang menunjukkan bahwa makam ini berasal dari sekitar tahun 31 Masehi.
Makam ini terdiri dari deretan fasad yang indah yang menghasilkan pemandangan dramatis dari seberang. Di sisi timur terdapat dua makam yang terawat dengan baik.
5. Qasr Al-Farid
Qasr Al-Farid adalah sebuah makam yang belum selesai dan berdiri sendiri sehingga menjadikannya bagian yang paling ikonik dari Al-Hijr. Fasadnya yang belum selesai tersebut menampakkan bagaimana makam dibuat dari atas ke bawah.
6. Qasr Al-Sanea
Qasr Al-Sanea adalah salah satu makam pertama yang diukir di Al-Hijr. Makam ini memiliki fasad yang indah dengan lima anak tangga berundak dan prasasti di bagian atas pintu, serta relung di dalam struktur tempat mayat-mayat diletakkan. Makam ini merupakan salah satu makam yang paling terawat dan merupakan pengenalan terhadap elemen-elemen kunci dari makam Nabatea.
Baca juga: Masjid Agung Semarang: Sejarah dan Arsitekturnya yang Unik
Madain Saleh menyimpan banyak misteri tentang kejayaan Kaum Tsamud yang tiba-tiba ditinggalkan dan mewariskan banyak bangunan makam. Tak heran jika kemudian Al-Hijr atau Hegra dijuluki kota hantu atau kota sihir.
Sebagai situs kuno di Arab Saudi, tempat ini merupakan peninggalan bersejarah yang merupakan bagian dari momen penting dalam peradaban manusia.