JNEWS – Bayangkan ada sebuah pulau kecil yang letaknya jauh sekali dari mana-mana, bahkan butuh hampir seminggu naik kapal untuk bisa sampai. Namanya Tristan da Cunha, sebuah titik kecil di tengah Samudra Atlantik yang terdengar asing di telinga banyak orang.
Pulau ini dijuluki sebagai tempat paling terpencil di dunia. Namun, jangan salah, di sini tetap ada komunitas manusia yang tinggal lho.
Kisah tentang pulau ini adalah tentang bagaimana kehidupan bisa terus berjalan di sebuah sudut bumi yang begitu terisolasi.
Daya Tarik dan Keunikan Tristan da Cunha
Tristan da Cunha adalah salah satu tempat paling unik di dunia, dan keunikannya membuat banyak orang penasaran walaupun lokasinya sangat terpencil. Berikut beberapa daya tarik dan keistimewaannya.
1. Pulau Paling Terpencil yang Dihuni
Tristan da Cunha dikenal sebagai pulau berpenghuni paling terpencil di dunia. Lokasinya benar-benar jauh dari daratan mana pun, tepat di tengah Samudra Atlantik Selatan.
Dari Afrika Selatan butuh perjalanan laut sekitar 2.400 kilometer, dan dari Amerika Selatan lebih jauh lagi, sekitar 3.600 kilometer. Tidak ada bandara, jadi akses hanya bisa lewat kapal laut. Kapal pun tidak datang setiap hari, hanya beberapa kali dalam setahun. Perjalanan laut dari Cape Town ke pulau ini bisa makan waktu hampir seminggu.
Karena posisinya yang terisolasi, Tristan da Cunha seperti dunia kecil yang hidup sendiri, jauh dari hiruk-pikuk modernitas.
Baca juga: Mengenal North Sentinel Island: Pulau Terasing yang Menolak Peradaban Modern
2. Populasi yang Sangat Kecil dan Unik
Jumlah penduduk di pulau ini tidak lebih dari 300 orang. Mereka semua tinggal di satu desa kecil bernama Edinburgh of the Seven Seas.
Menariknya, sebagian besar penduduk merupakan keturunan dari tujuh orang pendiri pulau pada abad ke-19. Jadi banyak penduduk yang memiliki nama keluarga sama.
Kehidupan masyarakat di sini berjalan dengan sistem komunal. Tanah dibagi rata agar semua keluarga bisa bercocok tanam. Tidak ada sistem kepemilikan tanah pribadi seperti di banyak negara lain. Hubungan antarwarga juga sangat erat karena jumlah mereka yang sedikit, sehingga semua orang saling mengenal.
3. Pemandangan Alam yang Menakjubkan
Meski terpencil, Tristan da Cunha menyimpan pesona alam yang menakjubkan. Ada gunung berapi besar di sini bernama Queen Mary’s Peak, tingginya mencapai 2.062 meter. Dari kejauhan, gunung itu terlihat menjulang megah, dikelilingi hamparan hijau yang segar.
Di sekitar pesisir, terdapat tebing-tebing curam yang berhadapan langsung dengan samudra luas. Laut biru jernih, udara yang bersih, dan langitnya seakan lebih terang daripada tempat lainnya di bumi.
Tidak ada polusi, baik udara maupun suara. Hanya suara angin, debur ombak, dan kicau burung laut. Bagi yang menyukai alam liar, pemandangan seperti ini adalah daya tarik yang sulit ditemukan di tempat lain.
4. Kehidupan yang Sederhana dan Tradisional
Hidup di Tristan da Cunha bisa dibilang jauh dari modern. Tidak ada pusat perbelanjaan, restoran cepat saji, atau hiburan seperti di kota besar. Internet pun sangat terbatas, sehingga penduduk lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan sehari-hari.
Mata pencaharian utama mereka adalah menangkap lobster, yang kemudian dijual ke luar pulau sebagai sumber devisa. Selain itu, mereka bercocok tanam sayuran, beternak sapi, dan memelihara ayam untuk kebutuhan hidup.
Semua dilakukan dengan cara sederhana, tanpa teknologi modern berlebihan. Kehidupan seperti ini memang terbatas, tapi justru membuat masyarakatnya lebih mandiri dan menghargai kebersamaan.
5. Flora dan Fauna yang Langka
Tristan da Cunha juga menjadi rumah bagi banyak satwa yang tidak ditemukan di tempat lain. Salah satunya adalah burung petrel Tristan, spesies langka yang hanya berkembang biak di wilayah ini.
Di pesisir, ribuan penguin juga menjadikan pulau ini tempat singgah. Laut di sekitar pulau kaya dengan kehidupan, mulai dari anjing laut hingga beragam ikan yang menjadi sumber makanan warga.
Karena lokasinya yang sangat terpencil, ekosistem di sini relatif masih murni, belum banyak tersentuh manusia. Itulah sebabnya Tristan sering menjadi tujuan penelitian ilmuwan, terutama yang tertarik pada konservasi dan keanekaragaman hayati. Bisa dibilang, pulau ini seperti laboratorium alam yang terjaga dengan baik.
Panduan Berkunjung ke Tristan da Cunha
Kalau ada niat untuk singgah ke Tristan da Cunha, perjalanan yang ditempuh jelas bukan perjalanan biasa. Untuk memberi gambaran yang lebih jelas, berikut panduan praktis yang bisa dijadikan acuan sebelum memulai perjalanan panjang menuju pulau terpencil yang istimewa ini.
Persiapan Dokumen
Sebelum berangkat, kita tentunya harus menyiapkan dokumen perjalanan. Karena Tristan da Cunha merupakan wilayah seberang laut Britania Raya, wisatawan membutuhkan visa Inggris (UK visa) untuk masuk melalui Cape Town, Afrika Selatan. Nah, sementara itu, untuk masuk Afrika Selatan juga dibutuhkan visa. Jadi, setidaknya ada dua visa yang harus diurus, yakni visa Afrika Selatan dan UK Overseas Territories visa untuk Tristan da Cunha.
Semua dokumen sebaiknya diurus jauh-jauh hari karena prosesnya cukup memakan waktu. Jangan lupa paspor yang masih berlaku minimal 6 bulan.
Rute Perjalanan dari Indonesia
Dari Indonesia, perjalanan dimulai dengan terbang dari Jakarta (atau kota besar lain di Indonesia) menuju Cape Town, Afrika Selatan. Umumnya transit di Singapura, Doha, atau Dubai sebelum sampai ke Cape Town.
Total perjalanan udara bisa memakan waktu sekitar 20–25 jam, tergantung maskapai dan rute transit. Cape Town adalah pintu masuk utama sebelum melanjutkan perjalanan laut ke Tristan da Cunha.
Transportasi ke Pulau
Seperti yang sudah dijelaskan, tidak ada bandara di Tristan da Cunha, jadi satu-satunya cara menuju pulau ini adalah lewat laut. Dari Cape Town, wisatawan harus naik kapal kargo atau kapal suplai yang menuju Tristan. Kapal ini tidak beroperasi setiap hari, biasanya hanya beberapa kali dalam setahun.
Perjalanan laut memakan waktu sekitar 6 hari sekali jalan. Jadi, sekali pergi-pulang bisa butuh waktu hampir 2 minggu hanya di laut. Karena jadwal kapal terbatas, wisatawan harus booking tempat jauh-jauh hari melalui otoritas setempat.
Waktu Terbaik Berkunjung
Musim terbaik untuk berkunjung adalah antara Desember hingga Maret, ketika cuaca lebih bersahabat di wilayah Atlantik Selatan. Di luar bulan itu, laut bisa lebih ganas dan cuaca lebih dingin. Meski begitu, tetap harus siap dengan kondisi yang berubah cepat, karena Tristan punya iklim laut yang cukup ekstrem.
Akomodasi di Pulau
Tristan da Cunha tidak memiliki hotel komersial seperti di kota besar. Wisatawan biasanya akan ditempatkan di rumah-rumah penduduk (homestay) dengan fasilitas sederhana. Semua akomodasi dikelola oleh pemerintah pulau dan harus dipesan lewat Tristan da Cunha Island Council. Sebaiknya tidak berharap ada fasilitas mewah, karena kehidupan di sana sangat sederhana dan serba terbatas.
Aktivitas yang Bisa Dilakukan
Walaupun terpencil, ada beberapa hal menarik yang bisa dilakukan di pulau ini:
- Mendaki Queen Mary’s Peak, gunung berapi yang menjadi bagian terbesar dari pulau.
- Mengamati satwa liar, termasuk burung laut, penguin, dan anjing laut.
- Menjelajahi desa Edinburgh of the Seven Seas, satu-satunya permukiman di pulau.
- Menyelami kehidupan masyarakat lokal, belajar cara mereka bercocok tanam atau memancing lobster.
- Menikmati ketenangan alam, karena tidak ada kebisingan modern dan sinyal internet sangat terbatas.
Estimasi Biaya
Biaya perjalanan tentu tidak murah. Tiket pesawat Indonesia–Cape Town PP bisa mencapai Rp15–25 juta, tergantung musim. Perjalanan kapal dari Cape Town ke Tristan dan kembali bisa berkisar ribuan dolar, termasuk makan di kapal.
Biaya akomodasi dan izin tinggal di pulau juga harus dibayar, kisarannya USD 70–100 per malam. Jadi total biaya perjalanan bisa mencapai Rp70–100 juta atau lebih, tergantung durasi tinggal.
Baca juga: 7 Pulau Terindah di Dunia yang Harus Dikunjungi Sekali Seumur Hidup
Tristan da Cunha ini memang seperti dunia tersendiri, dengan aturan, kebiasaan, dan ritme hidup yang sangat berbeda dari kebanyakan tempat. Tidak ada bandara, tidak ada mal, bahkan internet pun nyaris tidak bisa diandalkan. Semuanya sederhana, tenang, dan jauh dari hiruk-pikuk modern.
Membayangkannya saja sudah cukup membuat penasaran, apalagi jika benar-benar bisa menjejakkan kaki di sana. Tertarik?