JNEWS – Sutaryo termasuk salah seorang Ksatria di JNE Cabang Utama Cikarang yang sudah bergabung di masa-masa awal JNE, tepatnya pada tahun 1993. Ia bangga dan tidak menyangka JNE akan besar seperti sekarang ini, padahal pada saat bergabung karyawannya hanya puluhan orang saja.
Jelang HUT JNE Ke-35 Tahun pada 26 November 2025, banyak karyawan yang sudah bergabung sejak awal JNE berdiri, dan mereka kini akan memasuki purna tugas, salah satunya adalah Sutaryo, yang sehari-hari bertugas di bagian finance JNE Cikarang.
“Saya bangga sekaligus sedih meninggalkan JNE. Bangganya JNE sudah besar seperti sekarang dengan puluhan ribu karyawan, padahal saat saya bergabung dulu di tahun 1993 jumlah karyawan tidak lebih dari 50 orang. Sedangkan sedihnya, JNE sudah seperti rumah kedua dan mau meninggalkan teman-teman yang sudah seperti keluarga sendiri juga,” ujar Sutaryo saat bertemu dengan JNEWS.
Dikisahkan ayah 3 anak ini, sebelum bergabung di JNE, ia bekerja di sebuah bank dengan gaji cukup lumayan untuk ukuran saat itu. Namun, ketika bergabung di JNE langsung merasa betah karena suasana kekeluargaan yang kental, terlebih dengan visi dan misi JNE untuk menjadi perusahaan terdepan di Indonesia.
“Ketika itu JNE masih di gedung Gelael Slipi Jaya. Begitu diterima bekerja saya langsung betah karena suasana kerja yang penuh kekeluargaan. Semua pekerjaan saya kerjakan, dari mulai membantu OB, mengantar paket dengan naik bis hingga mencatat invoice tagihan atau jumlah kiriman,” kenangnya.
Mengingat jumlah kiriman terus bertambah banyak dan kantor di Gelael sudah tidak memadai lagi, maka pada tahun 1995 pindah ke Tomang 3. “Di kantor baru Tomang 3 semuanya bekerja keras, terlebih kiriman inbound semakin banyak dan menumpuk. Saya lihat para pimpinan pun terkadang ikut mengangkat barang. Saya di bagian invoice sering pulang larut malam. Di meja kertas invoice yang ukurannya cukup besar semakin menumpuk yang harus saya selesaikan,” bebernya.
Baca juga: Logo HUT JNE dari Masa ke Masa
Seiring berjalannya waktu, perusahaan JNE makin maju berkembang, terlebih sekitar tahun 95-96 JNE belum mempunyai banyak pesaing. JNE juga kala itu membuat gebrakan dan terobosan menjalin kerja sama dengan para pemilik warung telekomunikasi (Wartel) untuk bermitra menjadi agen penjualan.
Singkat cerita, bertahun kemudian, Sutaryo menyaksikan masa kejayaan JNE di mana bisa membangun gedung megah yakni JNE Tomang 9 dan 11 yang difungsikan sebagai kantor pusat.
Karena dirinya tinggal di kawasan Jonggol, Jawa Barat, sementara kantornya di Tomang, Jakarta Barat, Sutaryo merasa kejauhan. “Pada tahun 2010 saya pindah ke JNE Cabang Bekasi, dan kemudian pada tahun 2019 pindah ke JNE Cikarang, saat JNE Cikarang menjadi kantor cabang utama hingga sekarang,” terang Sutaryo.
“Selama 32 tahun mengabdi di JNE, saya rasakan semuanya kenangan manis. Suasana kerja yang penuh dengan kekeluargaan, menjunjung tinggi nilai spiritual dan juga toleransi beragama yang terjaga dengan baik. Sosok pendiri JNE yang sekaligus menjadi panutan, (alm) Pak Haji Soeprapto yang selalu memberi contoh untuk dekat kepada Sang Pencipta akan saya bawa ke kehidupan setelah pada Oktober ini saya purna tugas,” ucapnya.
Baca juga: Pecah Telur, Karyawan Angkatan Pertama JNE di Tanah Papua Berangkat Umrah
“Terima kasih JNE. Semoga ke depannya semakin jaya. Untuk teman-teman yang masih di JNE, jangan berhenti belajar, terus bekerja keras agar JNE semakin besar dan memberikan manfaat kepada masyarakat luas,” pungkasnya. *












