Program pemberdayaan berupa pelatihan menjahit dan desain grafis yang disponsori perusahaan jasa pengiriman dan logistik JNE berhasil membantu para alumnusnya bertahan pada masa pandemi. Pelatihan yang diselenggarakan oleh Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Sumut dan juga didukung Ikatan Pengusaha Muslimah (IPEMI) Sumut ini terbukti telah melahirkan wirausaha pemula.
Saat ini, pelatihan menjahit masuk angkatan keenam dan pelatihan desain grafis sudah empat angkatan. Pelatihan digelar selama tiga bulan dengan kuantitas pertemuan tiga kali dalam sepekan ini telah menghasilkan puluhan alumnus dan sebagai bentuk upaya JNE dukung UMKM di Indonesia.
Peserta pelatihan angkatan pertama, Ridho Prawira mengaku program pemberdayaan telah membantunya menemukan pekerjaan baru. Sebelumnya, ia bekerja sebagai agen perjalanan wisata.
Baca Juga: Hadir di Pulau Terluar, Upaya JNE Merajut Kebahagiaan Masyarakat Kepulauan Meranti
“Saat pandemi seperti ini bisnis travel tidak jalan. Tapi saya tak lama menganggur. Saya coba melamar lowongan desainer grafis di perusahaan katering dan diterima. Sekarang saya bertugas mengelola media sosialnya, membuat company profile dan materi promosi seperti spanduk atau flyer,” tuturnya, pekan lalu.
Ridho memuji program pelatihan yang diselenggarakan IZI Sumut. Menurutnya, pelatihannya sangat tepat sasaran dan pembelajarannya efektif.
“Ada modul sehingga pelatihannya terarah. Dan setiap pertemuan kami diberikan semacam pekerjaan rumah. Pada pertemuan terakhir, ada juga training kewirausahaan dari JNE,” tuturnya.
Tak disangka, keterampilan desain grafis yang ia dapatkan dari program pemberdayaan, membuka ladang rejeki yang baru dan dapat diandalkan selama pandemi.
“Saya dan beberapa teman satu angkatan pelatihan yang sekarang bekerja di percetakan juga jadi freelance. Kami sering berbagi pekerjaan jika ada pekerjaan desain. Saling berbagi rejeki lah,” ujarnya.
Ramadani, warga Medan Sunggal, juga percaya diri menjadi wirausaha setelah mengikuti pelatihan menjahit. Sebelumnya, ia bekerja sebagai asisten seorang penjahit.
“Karena pandemi, tempat bekerja saya sebelumnya sudah tutup. Tapi, sebelum usaha itu tutup, saya sudah terima pesanan menjahit. Kalau enggak ikut pelatihan menjahit, entah apa lah yang saya kerjakan sekarang. Mungkin ikut kerja dengan orang lain juga,” katanya.
Setelah mengikuti pelatihan selama tiga bulan, akhirnya Ramadani memberanikan diri menjadi penjahit dengan modal kerja satu unit mesin jahit dan mesin obras yang didapat dari program pemberdayaan.
Baca Juga: Tiga Dekade, JNE Antarkan Kebahagiaan dari Hulu hingga Hilir
Ia juga mengajak dua penjahit dari tempatnya pernah bekerja untuk bermitra. Selain itu, ia juga dibantu dua pemasang payet.
Tak lama menjadi penjahit, ia mendapat pekerjaan besar membuat 400 helai mukena yang akan dibagikan untuk kaum dhuafa. Ia pun semakin mantap menjalani pekerjaan baru sebagai penjahit.
Pemesanan sempat sepi saat memasuki masa pandemi. Perekonomian keluarga pun sempat goyang karena suami yang biasa bekerja sebagai sopir antar-jemput anak sekolah terkena pemutusan hubungan kerja.
“Tapi sekarang sudah mulai ramai. Apalagi menjelang Natal sekarang ini. Sibuknya minta ampun. Hari ini saya keliling-keliling kota mengantar jahitan,” ujarnya sambil tertawa.
Staf IZI Sumut, Friskal Efendi mengatakan, program pemberdayaan memiliki misi untuk memampukan para mustahik (golongan penerima zakat).
“Harapan kami, program ini dapat membuat orang jadi “M to M”, dari mustahik menjadi muzakki (orang yang wajib membayar zakat). Orang yang kurang mampu menjadi mampu, sehingga nantinya mereka dapat membantu orang lain dengan memberikan zakat,” katanya.
Marketing Langit
Kepala Cabang Utama JNE Sumut Fikri Alhaq Fachryana mengatakan, pelatihan menjahit dan desain grafis sejalan denngan program ekonomi masyarakat yang telah lama dilakukan perusahaan jasa kurir itu.
“Secara teknis, JNE sangat terbantu dalam melaksanakan program program CSRnya. Secara strategis, JNE tentu mendapatkan keuntungan dalam hal kekuatan keberkahan. Dalam istilah JNE ini adalah “marketing langit”. Dengan banyaknya manfaat yang bisa diberikan JNE kepada masyarakat, maka JNE mendapat keberkahan,” ujarnya.
Selain program di atas, kata Fikri, JNE mendukung pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dengan menyediakan JNE Community Development Center berupa fasilitas ruangan pelatihan untuk UMKM di Medan, Deliserdang, Binjai, Langkat, Tebingtinggi, Pematangsiantar, Asahan, Samosir, dan Sibolga.
JNE aktif memfasilitasi UMKM melalui berbagai komunitas seperti Forum Bisnis dan Wirausaha Medan (FORBIS), mengadakan Seminar Digital Marketing di seluruh kota/kabupaten di Sumut bekerjasama dengan Dinas Koperasi dan UMKM setempat. JNE juga memiliki layanan dan tarif khusus pengiriman untuk UMKM.
Berbagai program pemberdayaan ekonomi masyarakat ini turut menjadikan JNE terus bertumbuh kuat pada usianya yang ke-30 tahun.
“Saat ini, alhamdulillah, JNE masih memimpin secara pasar di Medan dan Sumatera Utara. Capaian ini karena masyarakat Sumatera Utara telah memberikan kepercayaan kepada JNE dan atas peran para relasi terbaik kami, pemerintah, komunitas, dan perguruan tinggi,” ujarnya.
Baca Juga: Perluas Pasar Hingga ke Pelosok Tanah Air dengan JNE, Rendah Hj Fatimah Bertahan di Tengah Pandemi