Apa itu COP 29 dan Pengaruhnya untuk Perubahan Iklim?

kofenrensi perubahan iklim (COP29) berlangsung di Azerbaizan

JNEWS – COP29 adalah Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ke-29 sehingga disebut sebagai COP29. Tahun ini COP29 diadakan di Baku, Azerbaijan, dari tanggal 11 hingga 22 November 2024.

Setiap tahun, Presidensi COP akan dirotasi di antara lima kawasan, dan tahun ini giliran Eropa Tengah dan Timur. Presidennya adalah Mukhtar Babayev, Menteri Ekologi dan Sumber Daya Alam Azerbaijan.

COP 29 sangat penting bagi kelangsungan populasi manusia di planet bumi karena dampak dari perubahan atau krisis iklim  mulai terasa secara global. Penyelenggaraan COP29 menitikberatkan pada realisasi pendanaan dari negara-negara kaya untuk negara-negara berpendapatan rendah akibat perubahan iklim yang salah satunya dipicu oleh masifnya pembangunan dan industri besutan negara-negara maju atau kaya tersebut.

Hal ini didorong oleh masalah keadilan, sebab banyak negara maju dan kaya dari pembangunan ekonomi yang mencemari lingkungan akibat menggunakan batu bara, minyak bumi dan gas yang tidak ramah lingkungan.

Baca juga: Mengenal Biodiesel, Energi Ramah Lingkungan untuk Campuran Solar

COP29 juga disebut sebagai ‘COP Keuangan’ karena pada pertemuan puncak tentang perubahan iklim ini diharapkan akan disetujui tentang pendanaan iklim global. Selain membahas isu pendanaan perubahan iklim, dalam COP29 juga dibahas dan dinegosiasikan isu-isu penting seperti pertanian, sistem pangan, hak atas tanah, kesehatan dan pekerjaan yang ramah lingkungan.

Sementara itu, delegasi dari Indonesia dalam COP29 dipimpin oleh Hashim Djojohadikusumo yang menjadi utusan khusus Presiden RI Prabowo Subianto. Dalam paparannya, Hashim menegaskan bahwa pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi lebih dari 8% per tahun dan memastikan pembangunan yang hijau, tangguh dan inklusif bagi seluruh rakyat Indonesia. “Visi ini menentukan misi kami untuk mengurangi emisi gas rumah kaca menuju nol pada tahun 2060 atau lebih cepat dan menghindari 1 miliar ton emisi karbon dioksida,” ujarnya.

Ia juga menyebut langkah-langkah pengurangan emisi Indonesia dilakukan mulai dari peralihan pembangunan dari berbasis bahan bakar fosil ke pembangunan berbasis energi terbarukan dengan tambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 75% dari energi terbarukan. Tambahan listrik tersebut akan disalurkan ke seluruh pulau-pulau utama dan terpadat di Indonesia lewat 70.000 kilometer jalur transmisi pintar yang akan dibangun.

“Energi bersih yang terjangkau akan disediakan untuk mempercepat pertumbuhan, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, memastikan ketahanan pangan, dan mengentaskan kemiskinan demi kemakmuran rakyat dengan tetap menyeimbangkan pertumbuhan, lingkungan dan keberlanjutan,” tandas Hashim. *

Exit mobile version