JNEWS – Pernah mendengar istilah apa itu La Nina dan El Nino saat berita membahas cuaca ekstrem? Dua fenomena ini sering jadi sorotan karena bisa memengaruhi iklim di banyak negara, termasuk Indonesia.
Keduanya terjadi secara alami di Samudra Pasifik, tapi dampaknya terasa sampai ke daratan yang jauh dari sana. Meski namanya terdengar rumit, sebenarnya konsepnya bisa dijelaskan dengan sederhana dan mudah dipahami.
Apa Itu La Nina dan El Nino? Ini Definisinya
La Nina dan El Nino merupakan dua fenomena alam yang sama-sama terjadi di Samudra Pasifik, namun memiliki efek yang berlawanan. Keduanya berhubungan erat dengan perubahan suhu permukaan laut dan arah angin di wilayah tersebut. Perubahan ini memengaruhi pola cuaca di banyak belahan dunia, termasuk Indonesia.
Untuk memahami apa itu La Nina dan El Nino, cukup dibayangkan sebagai interaksi antara suhu air laut dan angin yang saling memengaruhi sehingga cuaca di berbagai wilayah ikut berubah.
Dikutip dari situs BMKG, La Nina adalah kondisi ketika suhu permukaan laut di bagian tengah dan timur Samudra Pasifik menjadi lebih dingin dari biasanya. Sebaliknya, El Nino adalah kebalikan dari La Nina. Fenomena ini terjadi ketika suhu permukaan laut di wilayah yang sama justru lebih hangat dari biasanya.
Secara sederhana, El Nino dan juga La Nina dapat digambarkan sebagai pembawa efek cuaca yang berlawanan. La Nina membawa curah hujan berlebih, sedangkan El Nino memanjangkan musim kering. Keduanya adalah fenomena alam yang wajar, tetapi dampaknya dapat signifikan terhadap kehidupan manusia dan lingkungan.
Baca juga: Apa Itu Kemarau Basah? Mengenal Fenomena Cuaca yang Bikin Bingung Banyak Orang
Mekanisme Terjadinya La Nina dan El Nino
Mekanisme terjadinya La Nina dan El Nino berawal dari perubahan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik. Dalam kondisi normal, suhu air di bagian barat Pasifik, yang berada dekat Indonesia, lebih hangat dibanding bagian timur yang berada di dekat Amerika Selatan.
Perbedaan suhu ini terjadi karena arah angin yang bertiup dari timur ke barat. Air hangat terkumpul di wilayah barat, sementara air di timur menjadi lebih dingin akibat naiknya air laut dari lapisan bawah. Fenomena ini dikenal sebagai upwelling. Pemahaman tentang proses ini menjadi dasar untuk mengerti apa itu La Nina dan El Nino secara ilmiah.
Pada fenomena La Nina, suhu permukaan laut di bagian tengah dan timur Pasifik menjadi lebih dingin dari biasanya. Pendinginan ini dipicu oleh angin pasat yang bertiup lebih kuat ke arah barat. Angin tersebut mendorong lebih banyak air hangat menuju wilayah Indonesia dan Australia, sehingga air dingin dari kedalaman laut di bagian timur naik ke permukaan dalam jumlah besar.
Sebaliknya, El Nino muncul ketika suhu permukaan laut di bagian tengah dan timur Pasifik lebih hangat dari normal. Pada kondisi ini, angin pasat melemah atau bahkan berbalik arah. Akibatnya, air hangat yang biasanya terkumpul di barat bergerak ke tengah atau timur Pasifik.
Perubahan ini adalah salah satu ciri penting dalam memahami apa itu La Nina dan El Nino dan bagaimana dampaknya terhadap cuaca global.
Hubungan antara suhu laut dan sirkulasi atmosfer sangat erat. Perubahan suhu memengaruhi pola angin, sementara perubahan angin ikut mengatur distribusi suhu laut. Fenomena ini bekerja seperti sistem yang saling terhubung, yaitu perubahan satu elemen akan memengaruhi elemen lainnya.
Untuk memahaminya, kita bisa membayangkan sebuah kolam besar yang ditiup angin dari satu sisi. Air yang terdorong akan menumpuk di satu bagian, sementara bagian lain akan terisi air dingin dari bawah. Perbedaan sederhana ini mampu memicu perubahan cuaca di berbagai wilayah dunia.
Dampak La Nina dan El Nino di Indonesia
Dampak fenomena La Nina dan El Nino di Indonesia cukup besar karena letak geografis yang berada di wilayah tropis dan dikelilingi laut. Perubahan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik langsung memengaruhi pola angin dan curah hujan di wilayah ini.
Karena itu, pemahaman tentang apa itu La Nina dan El Nino penting, karena keduanya bisa menentukan seberapa ekstrem musim hujan atau musim kemarau yang akan terjadi.
Saat La Nina berlangsung, suhu permukaan laut di sekitar Indonesia menjadi lebih hangat dari biasanya. Udara yang lembap lebih mudah terbentuk, sehingga awan hujan muncul lebih sering. Akibatnya, curah hujan meningkat tajam, bahkan di luar musim hujan normal.
Kondisi ini dapat memicu potensi banjir, tanah longsor, dan genangan di daerah rawan. Sektor pertanian bisa diuntungkan karena pasokan air berlimpah, tetapi juga berisiko rusak jika hujan terlalu deras dan berkepanjangan.
Sebaliknya, El Nino membawa dampak yang berlawanan. Suhu permukaan laut di sekitar Indonesia menjadi lebih dingin, sementara air hangat berpindah ke bagian tengah dan timur Pasifik. Akibatnya, awan hujan sulit terbentuk, dan curah hujan menurun drastis. Musim kemarau menjadi lebih panjang dan kering.
Kondisi ini memicu kekeringan, menurunkan hasil panen, dan meningkatkan risiko kebakaran hutan serta lahan. Inilah salah satu alasan mengapa apa itu La Nina dan El Nino perlu dipahami, terutama oleh sektor pertanian dan kehutanan.
Dampak keduanya juga terasa di sektor perikanan dan kelautan. Pada La Nina, perairan Indonesia yang lebih hangat dapat mengubah pola migrasi ikan, bahkan memengaruhi jumlah tangkapan nelayan. Sedangkan saat El Nino, berkurangnya hujan dan perubahan arus laut dapat mengurangi kesuburan perairan, sehingga hasil tangkapan menurun.
Baca juga: Jas Hujan yang Bagus untuk Anak-anak yang Menggemaskan
Memahami apa itu La Nina dan El Nino membantu melihat bahwa cuaca ekstrem bukanlah hal yang terjadi tiba-tiba tanpa sebab. Kedua fenomena ini adalah bagian dari siklus alam yang wajar, namun dampaknya bisa sangat besar bagi kehidupan sehari-hari.
Dengan mengetahui cara kerjanya, masyarakat bisa lebih siap menghadapi perubahan musim, baik saat curah hujan berlebih maupun saat kemarau panjang. Kuncinya adalah selalu mengikuti informasi dari sumber resmi dan menyesuaikan langkah antisipasi sesuai kondisi yang terjadi.