Kontroversi dan Tantangan Artis Korea: Perjuangan di Balik Sorotan Publik dan Tekanan Industri

Artis Korea tengah berkibar di seluruh dunia. Tiket konser artis KPop selalu habis. Mereka juga berkolaborasi dengan artis-artis internasional lainnya, seperti Cold Play, Justin Bieber, John Legend, Dua Lipa dan sebagainya. Sementara, drama-drama artis Korea lainnya bisa di-streaming di berbagai layanan dengan berbagai bahasa subtitle, ditonton jutaan orang setiap harinya.

Namun di balik itu, ada kerja super keras, tekanan industri yang luar biasa, mempertahankan image hingga cancel culture. Faktanya, banyak artis Korea yang diam-diam memiliki masalah kesehatan mental. Beberapa di antara mereka memilih mengakhiri hidupnya. Sebagian lagi bisa kembali bersinar setelah redup, bahkan setelah menghadapi berbagai kontroversi.

Beberapa kontroversi dan tantangan sebagai artis Korea, baik dari berita media maupun pengakuan sang artis sendiri, akan dibahas di bawah ini.

Kontroversi dan Tantangan sebagai Artis Korea

artis Korea - Sulli
Sumber: Dispatch

Tragedi Sulli

Tingkat bunuh diri di Korea Selatan memang tinggi. Namun, khusus untuk industri hiburan, kenyataan tersebut sangat memprihatinkan karena rata-rata dilakukan oleh artis muda berprestasi yang masih memiliki harapan panjang. Mereka antara lain Kim Jonghyun (mantan penyanyi utama boyband SHINee), Jeon Tae Soo (adik artis Ha Ji Won), Jeon Mi Seon (peraih banyak penghargaan), dan Sulli.

Kematian Sulli, yang memiliki nama asli Choi Jinri, banyak mengundang perhatian karena semasa hidupnya terlampau sering mendapat kritikan dari penonton. Sebelum meninggal, Sulli sempat memberikan pengakuan tentang kondisi mentalnya di sebuah acara. Dua bulan setelah Sulli tewas, Goo Hara sahabatnya melakukan tindakan yang sama.

Kisah Sulli telah difilmkan dengan judul Persona: Sulli, yang terdiri dari 2 bagian, yaitu film pendek dengan judul 4: Clean Island, yang dibintangi Sulli, dan sebuah film dokumenter berdasarkan wawancara Sulli dengan judul Dear Jinri. Dear Jinri akan ditayangkan perdana di Festival Film Busan pada bulan Oktober 2023. Setelah itu, film ini dikabarkan akan tayang di Netflix.

Baca juga: 9 Lagu BTS Paling Asyik yang Menghiasi Berbagai Drama Korea

Tempaan Fisik dan Mental

Umumnya para artis Korea mulai merintis impian mereka sejak kecil. Di usia belasan, mereka harus terpisah dengan keluarga untuk mengikuti pemusatan latihan seni. Orang tua mereka juga harus membayar mahal biaya pendidikan tersebut.

Jika melihat variety show tentang kompetisi grup band dan dancer di televisi, akan terlihat betapa keras mereka berlatih. Sering kali mereka tidak tidur hingga pagi untuk berlatih gerakan baru. Padahal mereka bukanlah para pemula. Yang tidak kuat, harus segera mengubur impian tersebut sebelum terlambat dan depresi, bahkan bisa-bisa malah terjerat narkoba.

Mereka juga harus menghadapi diet yang sangat ketat agar memiliki visual langsing sempurna, pun harus kuat menghadapi penggemar fanatik yang sering tak tahu batas, hingga cyberbullying dari netizen. Sulli merupakan bukti nyata akibat dari akumulasi latihan keras dari sejak berumur 11 tahun, kerasnya jalan meniti karier di industri hiburan dan bullying dari netizen. Akhirnya pertahanan mental Sulli ambruk di usia 25 tahun.

Persaingan Bias

Dikutip dari Kpop Chart, Bianca Zhou yang pernah bergabung dengan SM Entertainment dan YG Entertainment memberikan pengakuan, bahwa rasa insecure para anggota grup sangat tinggi. Perasaan tersebut muncul karena ada tradisi bias di kalangan penggemar. Bias adalah istilah untuk anggota grup yang paling difavoritkan.

Meski grup tersebut sudah debut sekalipun, masih ada saja anggota yang insecure. Kekompakan grup tersebut bisa rusak jika ada anggota yang insecure karena merasa penggemarnya paling sedikit. Banyak hal yang dilakukan oleh artis yang insecure, antara lain operasi plastik berkali-kali, diet yang terlalu ketat, dan sebagainya, yang kemudian mengganggu jadwal latihan. Banyak artis yang akhirnya dikeluarkan dari grup karena hal itu.

Cancel Culture

Secara garis besar, cancel culture adalah budaya penolakan massal. Maksud budaya ini sebenarnya baik, yaitu agar artis menjaga sikap mereka. Seorang artis itu harus selalu profesional dalam pekerjaan dan bisa menjadi panutan dalam keseharian.

Namun di sisi lain, sebagai manusia biasa yang tak bisa 100% luput dari kesalahan. Termasuk seorang artis. Kesalahan sedikit bisa mengakibatkan seluruh karier yang dengan susah payah dibangun itu hancur seketika.

Contohnya Jay Park yang pernah mengeluarkan kata-kata yang menyinggung industri KPop ketika masih bergabung dengan 2PM. Akhirnya Jay Park keluar dari 2PM dan kabur ke Amerika. Contoh lain adalah Kim Sae Ron yang ditangkap polisi karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. Di Korea Selatan, ini merupakan kesalahan fatal meski tak ada korban tertabrak. Kim Sae Ron dikenai hukuman denda dan kehilangan kariernya.

Sempurna Luar Dalam

Ketenaran para artis Korea harus dibayar mahal dengan penampilan sempurna luar dalam. Salah satu jalur cepat menuju populer adalah KPop. Namun ada 3 syarat untuk direkrut agensi, yaitu suara, dance, dan visual.

Diperlukan seorang pekerja keras yang luar biasa untuk bisa memiliki 3 syarat tersebut. Itupun masih harus bersaing dengan kandidat lain yang sama sempurnanya. Maka tak heran jika banyak yang depresi karena memiliki satu kekurangan, misalnya visual atau tampilan fisik kurang mendukung.

Salah satu cara untuk menyembunyikan ketidaksempurnaan yang akhirnya malah jadi tren adalah penggunaan masker. Umumnya artis Korea mengenakan masker ketika turun dari pesawat atau tempat publik lainnya. Masker tersebut digunakan untuk menutupi muka “bantal” setelah penerbangan panjang dan untuk menghindari berbagai virus yang dapat mengganggu jadwal mereka yang padat. Artis Korea hanya mau difoto atau direkam ketika penampilan mereka benar-benar siap.

Tata krama para artis juga mendapat perhatian serius. Contohnya IU yang dipuji-puji karena menyapa artis-artis yang lebih senior tanpa peduli masih populer atau tidak. Sebaliknya Lee Seung Gi mendapatkan banyak kritikan karena tidak memberikan fan service terbaiknya ketika berada di Amerika Serikat.

Baca juga: Korean Beauty: Rahasia Perawatan Kulit yang Memikat dari Produk Korea Online

Demikianlah kontroversi dan tantangan yang dihadapi oleh artis Korea, baik dalam hal media sosial, masalah kesehatan mental, atau masalah lainnya. Memang tidak ada yang gratis di dunia ini, termasuk untuk memperoleh kepopuleran. Artis-artis Korea harus membayar lebih demi mendapatkan kepopuleran yang mereka inginkan.

Pembahasan ini bukan bermaksud untuk mendiskreditkan para artis Korea yang disebutkan, ataupun menggeneralisasi stereotype yang kurang baik pada industri hiburan, terutama yang berasal dari Korea Selatan. Artikel ini sekadar mengulas dan menggarisbawahi, bahwa selalu ada dua sisi dalam segala hal, dan kita harus siap dengan keduanya saat ingin melakoninya.

Semoga para artis Korea dapat mengatasi segala tantangan tersebut dengan baik, sehingga kita, para penggemarnya, tetap bisa menjadi saksi kiprah mereka yang luar biasa, dan bisa mencontoh upaya kerja keras pantang menyerah mereka.

Exit mobile version