JNEWS – Setelah tren mobil listrik yang diklaim ramah lingkungan dan sangat irit dari segi biaya, melalui berbagai penelitian dan inovasi kini ditemukan bahan bakar hidrogen sebagai sumber energi yang bersih dan tidak menghasilkan emisi saat digunakan.
Para pakar energi di seluruh dunia tidak henti mengadakan penelitian, setelah bahan bakar yang berasal dari fosil dinilai tidak ramah lingkungan. Dan setelah booming kendaraan listrik atau vehicle electric (VE), kini ditemukan bahan bakar hidrogen hijau.
Hidrogen hijau diproduksi melalui proses elektrolisis air yang menggunakan energi terbarukan. Gas hidrogen dianggap layak menjadi kandidat bahan bakar kendaraan karena hanya menghasilkan emisi berupa air. Berbeda dengan pembakaran energi fosil yang mengeluarkan emisi gas beracun ataupun gas rumah kaca.
Dalam hal ini pada beberapa waktu lalu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meluncurkan Peta Jalan Strategi Nasional Hidrogen guna mendorong terbentuknya ekosistem pemanfaatan hidrogen hijau di Tanah Air.
Salah satu sektor yang menjadi sasaran adalah transportasi. Pemerintah turut berencana membangun sistem transportasi hijau yakni perpaduan kendaraan berbasis baterai listrik dan hidrogen di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Walau begitu, pengembangan hidrogen masih menuai pro dan kontra lantaran kelayakan teknis dan ongkosnya yang belum terjamin. Namun, hidrogen hijau dalam penggunaannya dapat menekan kadar emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan kendaraan.
Kendaraan dengan bahan bakar hidrogen pun hanya membutuhkan waktu 3-5 menit untuk proses isi ulang hingga penuh. Ini jauh lebih cepat dari isi ulang daya baterai pada kendaraan listrik yang perlu waktu 20 menit – 1 jam untuk DC fast charging atau 4-10 jam untuk home charging.
Baca juga: Perbandingan Sepeda Listrik dan Sepeda Konvensional: Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing
Menurut Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo, hidrogen adalah sumber energi yang bersih dan tidak menghasilkan emisi saat digunakan. Hidrogen juga adalah sumber energi yang berlimpah. Ini dapat diproduksi dari berbagai sumber, termasuk air, biomassa dan gas alam. Kemudian, hidrogen jug dapat disimpan dengan mudah. Ini dapat disimpan dalam bentuk gas cair atau terkompresi yang membuatnya mudah diangkut dan digunakan.
Memanfaatkan hidrogen terbukti lebih hemat dibandingkan menggunakan sumber energi berbasis fosil. Pemanfaatan hidrogen di Indonesia menjadi keniscayaan setelah diresmikannya Pilot Project Hydrogen Refueling Station (HRS) Senayan.
“Perbandingan harga penggunaan BBM dengan hidrogen, 1 km menggunakan BBM biayanya adalah Rp1.300. Kalau kita menggunakan EV home charging biayanya sekitar Rp350-400 per 1 km, kalau menggunakan ultra fast charging Rp 550 per km. Jika kita menggunakan hidrogen biayanya hanya sekitar Rp 276 per km,” ujar Darmawan saat meresmikan Pilot Project (HRS) dan Green Hydrogen Plant (GHP) PLTP Kamojang pada Rabu (21/2.2024).
Kelebihan selanjutnya, kebutuhan BBM dalam negeri dipenuhi melalui impor sehingga dapat menggerus devisa negara. Sedangkan hidrogen, seratus persen menggunakan produk dalam negeri dan ramah lingkungan. *