Bali, pulau yang dikenal sebagai Pulau Dewata, memiliki banyak pesona yang memikat hati. Salah satu daya tarik yang membuat Bali sangat khas dan unik adalah keanekaragaman budayanya, yang tercermin dalam berbagai aspek, salah satunya melalui baju adat Bali. Pakaian tradisional ini tidak hanya menggambarkan identitas budaya Bali tetapi juga menceritakan sejarah dan filosofi yang mendalam.
Baju adat Bali memiliki berbagai jenis, yang masing-masing memiliki keunikan dan simbol tersendiri. Dari penggunaan bahan, detail bordir, hingga aksesoris yang digunakan, semua menggambarkan filosofi dan nilai-nilai luhur yang dipegang oleh masyarakat Bali.
Seperti umumnya pakaian adat di Indonesia, busana adat Bali juga mengenal beberapa tingkatan. Tingkatan tersebut berhubungan dengan acara yang diselenggarakan. Selain itu, Gubernur Provinsi Bali juga mewajibkan para pendidik dan peserta didik untuk mengenakan pakaian adat Bali pada hari-hari tertentu. Sebagai pulau yang dikenal secara global, menarik untuk mengetahui jenis-jenis baju adat Bali.
4 Jenis Baju Adat Bali
Secara adat, ada 3 tingkatan busana adat Bali, yaitu Payas Agung, Payas Madya, dan Payas Nista. Ada satu lagi tambahan pakaian adat Bali yang lebih fleksibel untuk dipakai para pendidik dan peserta didik dalam beraktivitas di sekolah-sekolah. Berikut penjelasan tentang baju adat Bali tersebut.
1. Baju Adat Bali Payas Agung
Busana adat Bali termasuk rumit karena banyaknya ketentuan dan aksesori yang dikenakan. Payas Agung merupakan tingkatan paling rumit tapi hasilnya paling mewah. Dahulu Payas Agung dikenakan oleh golongan Triwangsa, yaitu Brahmana, Ksatriya, dan Wesia. Sekarang Payas Agung dikenakan oleh pengantin-pengantin yang menggelar pernikahan dengan tema adat Bali, termasuk yang berasal dari luar golongan Triwangsa.
Ketentuan, aksesori, dan cara pemakaian busana Payas Agung berbeda tiap daerah. Misalnya Payas Agung Badung, Buleleng, Karangasem, dan sebagainya. Selain itu, ada banyak modifikasi yang telah dilakukan tanpa meninggalkan adat. Modifikasi tersebut semata-mata untuk memudahkan pemakaian dan memberi kenyamanan pada pemakainya.
Busana dan akesoris Payas Agung wanita terdiri dari:
- Angkin prada untuk dada dan selendang untuk disampirkan di bahu.
- Kain tapih dan kamen yang diikat dengan sabuk toros atau setagen untuk tubuh bagian bawah.
- Sanggul atau pusung untuk rambut.
- Hiasan rambut sebagai lambang Tri Mukti, yaitu cempaka putih untuk Brahma, cempaka kuning untuk Siwa dan kenanga untuk Wisnu.
- Aksesori berupa petitis dan tajug untuk kepala bagian depan, garuda mungkur untuk kepala bagian belakang, kalung, pending atau ikat pinggang, subang cerorot, gelang naga satru dan ali-ali atau cincin.
- Untuk riasan wajah menggunakan srinata atau hiasan di dahi dan gecek di pelipis.
Busana dan aksesori Payas Agung untuk pria terdiri dari:
- Kacut atau celana dan 2 buah kain songket atau prada berukuran 2,5 hingga 3 meter. 2 kain ini menutup sampai dada.
- Setagen yang ditutup dengan umpal untuk mengikat kedua kain. Sebagai penutup adalah baju yang mirip beskap Jawa dengan hiasan benang emas.
- Destar atau udeng emas untuk ikat kepala. Bagian depan udeng dihias dengan bunga pucuk rejuna atau pucuk emas.
- Aksesoris berupa anting-anting atau rumbing, kalung badong, gelang kana, bros, gelang naga satru dan keris atau kadutan.
Baca juga: 9 Ragam Baju Adat Jawa yang Harus Diketahui
2. Baju Adat Bali Payas Madya
Dahulu Payas Madya juga dikenakan oleh golongan Triwangsa, yaitu Brahmana, Ksatriya dan Wesia. Secara umum, busana adat Bali Payas Madya hampir sama dengan Payas Agung tapi ada beberapa penyederhanaan. Selain itu, Payas Madya juga digunakan untuk sembahyang di pura.
Berikut perbedaan busana dan aksesoris Payas Madya dengan Payas Agung antara lain:
- Pada hiasan rambut wanita tidak menggunakan petitis.
- Udeng pria bisa menggunakan emak atau perak yang disepuh emas.
- Yang pria menggunakan kemeja putih, sedangkan yang wanita mengenakan kebaya putih.
- Pria tidak membawa keris.
Pada dasarnya hanya ada 3 hal yang diwajibkan dalam baju adat Payas Madya, yaitu:
- Kamben, yaitu selembar kain yang di lilitkan di bagian bawah tubuh.
- Kacrik, yaitu selendang yang diikatkan di pinggang wanita.
- Udeng, yaitu ikat kepala pria.
3. Baju Adat Bali Payas Nista atau Payas Alit
Dahulu Payas Nista dikenakan oleh orang kebanyakan, yang disebut jaba atau sudra. Busana dan kelangkapan baju adat Payas Nista adalah yang paling sederhana dibandingkan Payas Agung dan Payas Madya. Busana Payas Nista digunakan untuk kegiatan gotong royong atau ngayah dan sembahyang harian.
Busana dan aksesoris Payas Nista untuk wanita terdiri dari:
- Baju, tidak harus kebaya.
- Kain sesenteng.
- Sabuk atau setagen prada diganti dengan kain tenunan Bali.
- Kamen.
- Selendang
- Tatanan rambut Payas Nista lebih sederhana. Kadang sebagian dibiarkan terurai.
- Tidak menggunakan petitis pada hiasan rambut.
Busana dan aksesoris Payas Nista untuk pria terdiri dari:
- Baju atasan, umumnya berwarna putih bersih.
- Selempot.
- Sabuk prada diganti dengan kain tenunan Bali.
- Udeng menggunakan kain songket Bali.
- Kain untuk bagian bawah juga menggunakan songket Bali.
- Tidak membawa keris.
4. Baju Adat Bali Sesuai Keputusan Gubernur
Dikutip dari laman Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional, dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali disebutkan bahwa tenaga kependidikan / peserta didik wajib mengenakan busana adat Bali pada hari Kamis, Purnama, Tilem, dan Hari Jadi Provinsi Bali.
Adapun tata cara berbusana adat Bali yang baik menurut aturan tersebut adalah:
- Perempuan mengenakan kebaya, kamen, selendang dan rambut ditata rapi.
- Laki-laki menggunakan udeng, kemeja atau safari, kampuh, selendang, dan kamen.
Baca juga: Bali Dinobatkan sebagai Destinasi Terpopuler Kedua di Dunia
Demikianlah beberapa jenis baju adat Bali berikut penjelasan beserta aksesori dan keunikannya. Meski memiliki banyak ketentuan dan aksesori, masyarakat Bali mencintai dan berusaha mempertahankan baju adat tersebut.