Mengenal Ragam Baju Adat Batak, dari Ulos hingga Gorga

JNEWS – Beberapa waktu lalu, masyarakat melihat dan mengagumi kecantikan artis Jessica Mila dalam balutan baju adat Batak di hari pernikahannya. Dalam berbagai kesempatan penting, masyarakat Batak mengenakan baju adat sebagai penghormatan terhadap budaya dan adat istiadat Batak. Baju adat ini membuat pemakainya tambah berwibawa dan memesona.

Masyarakat di luar Sumatra Utara mengenal ulos sebagai bagian dari baju adat Batak. Ragam baju adat masyarakat Batak tidak hanya tentang ulos, melainkan dipengaruhi oleh banyak unsur mengingat suku Batak terdiri dari banyak subetnis.

Ulos sebagai Inti Baju Adat Batak

Mengenal Ragam Baju Adat Batak, dari Ulos hingga Gorga

Ulos dibuat dengan proses tenun tradisional dan ada pula yang menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan satu lembar ulos. Jenis benang yang digunakan terbuat dari kapas. Di tempat-tempat penenunan tradisional, pewarnaan benangnya dilakukan secara alami. Tekstur ulos hasil tenun tradisional terasa tebal dan adem.

Dikutip dari Fitinline, secara harfiah ulos diartikan sebagai selimut yang menghangatkan dan melindungi tubuh dari udara dingin. Ulos lahir dari kebutuhan melindungi diri masyarakat zaman dulu yang pekerjaan utamanya adalah berladang. Lambat laun, ulos menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat Batak yang tidak terpisahkan.

Pepatah Batak mengatakan, ijuk pangihot ni hodong, ulos pangihot ni holong. Artinya, jika ijuk adalah pengikat pelepah maka ulos adalah pengikat antar sesama. Dalam hubungannya dengan baju adat Batak, ulos digunakan sebagai bahan busana dari atas hingga bawah, termasuk tutup kepala.

Jenis ulos sangat banyak dan masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda. Contohnya:

  1. Ulos sibolang, antak-antak dan bolean untuk acara dukacita.
  2. Ulos ragi hotang dan bintang mahatur untuk acara sukacita.
  3. Ulos padang ursa untuk selendang atau kain gendongan.
  4. Ulos mangiring untuk anak pertama yang baru lahir
  5. Ulos pinan lobu-lobo sebagai selendang yang indah.
  6. Ulos Batak pinuncan yang merupakan ulos paling mahal tapi dapat digunakan untuk acara sukacita dan dukacita.
  7. Ulos gorga yang merupakan simbol kebenaran orang Batak.

Berbeda dengan ulos lain, motif gorga belum lama diperkenalkan sebagai ulos dan langsung memiliki banyak peminat. Sebenarnya gorga adalah ragam hias ukir berupa ornamen pada bagian atap luar rumah adat Batak Toba. Motif ini didominasi warna merah, putih dan hitam. Gorga lebih banyak digunakan sebagai motif batik khas Batak.

Baca juga: 10 Tradisi dan Budaya di Danau Toba: Merayakan Kekayaan Tradisi Batak

Ragam Baju Adat Batak

Umumnya, baju adat pria bagian atas mengenakan ande-hande, sedangkan bagian bawah mengenakan singkot. Sedangkan penutup kepalanya disebut tali-tali, bulang-bulang atau detar.

Baju adat wanita mengenakan baju haen hingga dada, sementara bagian punggung ditutup dengan hoba-hoba. Jika penutupnya berupa selendang maka disebut ampe-ampe. Tutup kepala wanita disebut saong.

Namun praktiknya, setiap wilayah di Sumatra Utara memiliki nama perlengkapan baju adat Batak yang berbeda dan ciri khas yang unik tapi indah. Persebaran itu juga memengaruhi motif ulos dan hiasan yang digunakan karena adanya percampuran dengan motif Melayu, Minangkabau, Aceh dan lainnya.

Berikut adalah ragam baju adat Batak yang menarik untuk diketahui.

1. Batak Toba

Biasanya pengantin Batak Toba menggunakan busana lengkap seperti di atas, tetapi ditambah dengan berbagai perhiasan emas, seperti bros, kalung atau anting-anting. Umumnya bros digunakan wanita untuk mempercantik bagian kain yang berbentuk V di dada. Jenis ulos yang digunakan busana adalah ragi hotang. Untuk penutup kepala pria menggunakan ulos bintang maratur. Selain itu, pengantin wanita mengenakan sortali sebagai mahkota.

2. Batak Karo

Batak Karo berada di perbatasan dengan Aceh. Pengaruh Aceh tampak pada busana pria yang mengenakan baju atasan lengan panjang dan celana panjang di balik kain gatip yang dililitkan di pinggang. Pengantin wanita Karo menambahkan banyak aksesori berwarna emas. Ciri khas baju adat Batak Karo yang paling mencolok adalah penggunaan kain uis dan dominasi warna merah, termasuk sebagai kain gatip dan penutup kepala.

3. Batak Simalungun

Ulos di kalangan masyarakat Batak Simalungun disebut kain hiou. Hiou artinya rasa tanggung jawab. Busana tersebut dilengkapi aksesori berupa penutup kepala pria yang disebut gotong, sedangkan untuk perempuan disebut bulang. Sementara kain sampingnya disebut suri-suri yang didominasi warna merah dan kuning emas.

4. Batak Mandailing

Busana adat Batak Mandailing mirip dengan Batak Toba, tetapi dengan aksesori yang berbeda. Wanita Mandailing menggunakan bulang daloam di kening dengan bahan dasar emas yang melambangkan kemuliaan dan kemasyarakatan. Hiasan kepala ini mendapat pengaruh dari kebudayaan Minangkabau. Sedangkan pria Mandailing menggunakan penutup kepala bernama ampu yang didominasi warna hitam yang mencerminkan hal-hal magis dan emas yang melambangkan kebesaran.

5. Batak Pakpak

Batak Pakpak memiliki kain khas bernama oles. Baju adatnya mendapat pengaruh budaya Melayu dengan nama merapi-api yang menggunakan warna dasar hitam. Para pria menggenakan pakaian borgata dengan atasan lengan panjang dan bagian leher bulat yang dihiasi manik-manik api-api. Bagian bawahnya mengenakan celana panjang dibalut sarung yang disebut oles sidosdos.

Sedangkan pakaian atas wanita memiliki leher segitiga dan juga dihiasi dengan manik-manik api-api. Sementara sarung yang dililitkan disebut oles perdabaitak.

6. Batak Sibolga

Baju adat batak Sibolga merupakan baju adat etnis Pasisi yang merupakan hasil interaksi antara Batak Toba, Silindung dan Humbang sehingga mendapat pengaruh Minangkabau dan Melayu. Mereka merapat ke daerah pesisir untuk memudahkan pertukaran hasil pertanian dengan hasil laut.

Busana adat Sibolga mirip dengan baju adat Mandailing. Para wanita mengenakan hiasan rambut bernama sanggu gadang, yaitu semacam mahkota yang menutup rambut yang disanggul. Sedangkan para pria mengenakan saluki ikek mahkota. Penutup kepala pria Sibolga berbeda dengan Mandailing karena ikek-nya mendatar, sedangkan ikek Mandailing vertikal.

7. Batak Samosir

Samosir adalah sebuah pulau di tengah Danau Toba. Dahulu Batak Samosir disatukan dengan kelompok Batak Toba. Namun lambat laun subetnis Batak Samosir sering dibicarakan terpisah dari subetnis Batak Toba. Baik baju adat pria maupun wanita Batak Samosir fokus pada pemakaian ulos tanpa tambahan kain lain. Mereka hanya menambahkan sedikit hiasan kepala.

8. Batak Angkola

Pada zaman dahulu, Raja Angkola mengenakan ampu sebagai hiasan kepala yang bentuknya mirip dengan ampu Raja Mandailing. Sampai sekarang ada kemiripan antara baju adat Angkola dan Mandailing. Hanya saja baju adat Angkola dominan warna merah.

Baca juga: 6 Film Batak Terbaik yang Wajib Ditonton

Suku Batak memiliki busana adat yang amat beragam dan terkenal sangat berkomitmen menjaga kekayaan budaya tersebut. Keberadaan baju adat Batak dipengaruhi oleh interaksi dengan alam, antaretnis dan antar subetnis. Baju adat merupakan hasil sejarah panjang perjalanan manusia yang harus dilestarikan.

Exit mobile version