Baju Adat Maluku: Jenis, Keunikan, dan Makna di Baliknya

JNEWS – Jika diperhatikan, baju adat Maluku terlihat simpel dan modern. Tidak banyak ornamen atau aksesori yang dikenakan untuk melengkapi baju adat tersebut. Namun ada beberapa jenis baju adat untuk tiap acara adat Maluku yang berbeda sehingga perlu diketahui ciri khas dan perbedaannya.

Bentuk baju adat Maluku ini tidak lepas dari pengaruh pendidikan Belanda pada permulaan abad ke-17, meski masih sebatas pada sekolah-sekolah agama. Ada pula pengaruh Portugis yang cukup kental. Sekolah-sekolah berbahasa Melayu baru masuk pada abad ke-2. Umumnya pakaian adat Maluku tersebut terdiri dari celana dan kemeja untuk pria serta kebaya longgar dan rok untuk wanita.

Jenis-Jenis Baju Adat Maluku

Selain baju adat yang secara umum dikenal sebagai ciri khas masyarakat Maluku, ada juga jenis-jenis baju adat yang secara khusus identik dengan daerah tertentu di Maluku.

Berikut adalah jenis-jenis baju adat Maluku yang sering dikenakan, yang dikutip dari laman Pemkot Ambon.

1. Baju Cele Kain Salele

Pakaian yang diakui secara umum sebagai baju adat Maluku adalah baju cele. Bahkan anak-anak sekolah menggunakan seragam baju cele pada hari tertentu. Ciri khas baju cele adalah motif geometris berupa kotak-kotak kecil. Baju cele dikenakan bersama sarung dengan warna senada. Biasanya warna yang dipilih adalah merah cerah dengan benang warna emas.

Baju cele dapat dikombinasikan dengan kain pelekat yang di-salele (disarungkan) dari luar sampai batas lutut. Untuk wanita, tak lupa mengenakan lenso (sapu tangan) yang diletakkan di pundak. Aksesori yang dipakai berupa konde bulan yang dikuatkan dengan tusuk konde bernama haspel dari emas atau perak.

Baca juga: Daftar Nama Rumah Tradisional Indonesia Lengkap dari 38 Provinsi

2. Baju Nona Rok

Baju yang feminin ini membuat para wanita Maluku tampak cantik dan anggun. Baju ini terdiri dari kebaya brokat berwarna putih lengan panjang dengan kancing depan, serta rok yang dijahit dengan lipit kecil. Biasanya motif rok berupa bunga-bunga kecil warna merah atau oranye. Karena kain brokat tembus pandang, maka wanita Maluku mengenakan pakaian dalam bernama cole dengan hiasan bordir.

Pelengkap yang digunakan adalah sepatu pantofel, kaus kaki putih, pending (ikat pinggang dari perak), haspel, sisir konde, dan bunga ron. Baju adat Maluku ini biasanya dikenakan oleh pendeta, guru, dan orang-orang terpelajar lainnya.

3. Baniang Putih dan Kebaya Dansa

Umumnya, baju ini dikenakan para pria di pesta adat. Namun pejabat pemerintah Maluku juga terlihat beberapa kali mengenakannya di acara resmi.

Baniang putih dikenakan di bagian dalam kebaya dansa. Bentuknya berupa baju lengan panjang dengan leher bulat dan kancing putih. Sedangkan kebaya dansa berbentuk seperti kemeja atau jas tapi tanpa kancing. Sebagai pasangan, para wanita mengenakan pakaian rok.

Baju Adat Maluku: Jenis, Keunikan, dan Makna di Baliknya

4. Kebaya Putih Tangan Panjang dan Kain Silungkang

Baju adat Maluku ini terdiri dari kebaya brokat putih yang ditangkupkan dengan peniti emas. Sementara kancing emasnya digunakan untuk merapatkan bagian tangan kebaya. Cole yang digunakan hanya sebatas sikut dengan hiasan renda. Bagian bawah mengenakan kain silungkang berwarna merah dengan hiasan benang warna emas.

Perlengkapan yang dikenakan adalah canela (selop) dengan hiasan kembang berwarna emas, kaus kaki putih, konde dan tusuk konde (karkupeng). Busana ini dikenakan oleh wanita-wanita dari keluarga guru, pendeta, dan kerajaan.

5. Kebaya Hitam Gereja

Kebaya lengan panjang ini terbuat dari kain brokat hitam dengan motif cele. Kain sarung untuk bagian bawah juga terbuat dari kain brokat yang sama. Pelengkap yang dikenakan adalah canela hitam, kaus kaki putih, konde bulan, haspel, dan lenso.

6. Manteren Lamo dan Kimun Gia

Manteren lamo (busana pria) dan kimun gia (busana wanita) merupakan baju adat Maluku yang dikenakan Sultan dan Permaisuri dari Kerajaan Ternate dan Tidore. Manteren Lamo terdiri dari jas merah dengan 9 kancing perak besar dan celana panjang berwarna hitam. Warna merah melambangkan keperkasaan. Pelengkap yang digunakan adalah penutup kepala (destar).

Sedangkan kimun gia terdiri dari kebaya satin berwarna putih, kain songket dan ikat pinggang berwarna emas. Aksesoris yang dikenakan, antara lain konde, selendang merah dengan bordir benang emas dan permata.

7. Baju Koja

Baju koja dikenakan oleh pemuda dan pemudi dari kalangan bangsawan Maluku yang didominasi warna hijau dan kuning. Para pemuda memakai jubah warna hijau yang panjang melebihi lutut dan dipadu dengan celana panjang warna hitam atau putih. Bagian dalam baju mengenakan kain songket warna kuning. Pelengkap yang digunakan adalah penutup kepala atau toala polulu dan selendang merah.

Para pemudi mengenakan kebaya dan kain songket dengan warna yang senada dengan busana pemuda. Aksesoris pemudi lebih banyak, antara lain alas kaki (tarupa), anting, rantai emas (taksuma) dan tentu saja mahkota yang imut.

8. Busana Mustiza atau Basumpa

Busana ini dipengaruhi oleh budaya Portugis dan merupakan syarat dalam upacara adat antar pakaian sebelum pernikahan dari keluarga calon mempelai pria ke calon mempelai wanita. Tradisi ini disebut Maso Minta. Sebagai balasan, keluarga calon pengantin wanita akan memberikan celana panjang dan baniang. Kedua busana akan dikenakan pada upacara pernikahan.

Mustiza atau mestizen berarti campuran. Ciri khas baju ini adalah mistiza yang bentuknya seperti huruf U dengan panjang sekitar 60 cm untuk bagian depan hingga belakang baju. Mistiza berwarna merah dengan hiasan benang berwarna emas.

Baca juga: Pesona Kota Ambon: Dari Sejarah hingga Surga Bawah Lautnya

Baju adat Maluku mencerminkan desain yang simpel tapi justru membuat tampilan para pria makin gagah dan para wanita makin anggun. Kain-kain silungkang, songket dan berbagai motif lainnya memberikan kesan mewah. Warisan Maluku ini menambah semarak kekayaan seni dan budaya Indonesia.

Exit mobile version