JNEWS – Sebagai pintu gerbang kegiatan perekonomian dan pariwisata, simpul jaringan transportasi udara, bandara juga menjadi representasi kekayaan budaya serta keindahan alam Indonesia. Sejumlah bandara di Indonesia memiliki desain bangunan yang unik serta daya tampung besar sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
Bagi sebagian orang, pesawat merupakan transportasi penting karena bisa tiba di tempat tujuan dalam waktu yang lebih ringkas dibandingkan transportasi lainnya. Bandara sebagai tempat persinggahan pesawat merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan agar perjalanan udara bisa berjalan dengan lancar. Tak sekadar berfungsi sebagai tempat transit, bandara juga menjadi cerminan dari identitas suatu daerah.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, pembangunan infrastruktur yang masif berhasil ‘memoles’ wajah bandar udara di Indonesia. Berbagai bandara tampil dengan wajah baru dengan memadukan unsur modernitas dengan kekayaan budaya lokal, sehingga menciptakan bangunan yang tak hanya fungsional saja tapi juga estetik dan mengagumkan.
Desain arsitektur yang unik dan inovatif ini tidak hanya membuat perjalanan udara menjadi lebih menyenangkan, tetapi juga menjadi magnet bagi wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke kota-kota di Indonesia.
7 Bandara di Indonesia dengan Arsitektur Ikonik, Perpaduan Modernitas dan Budaya Lokal
Dari Sabang sampai Merauke, banyak bandara di Indonesia memiliki karakteristik desain yang berbeda-beda. Ada yang mengadopsi desain modern minimalis, ada pula yang lebih mengedepankan sentuhan tradisional. Namun, semua memiliki satu kesamaan, yaitu keinginan untuk memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi para pengguna jasa pesawat terbang.
Berikut ini ulasan bandara di Indonesia yang terkenal dengan arsitektur ikoniknya.
1. Bandara Internasional Sultan Hasanuddin – Sulawesi Selatan
Bandara di Indonesia kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan ini dinamai dengan nama salah satu pahlawan nasional yang berasal dari provinsi tersebut, yakni Sultan Hasanudin. Luas total area bandara ini adalah 381 hektare. Dengan luas tersebut, menjadikannya sebagai salah satu bandara terbesar di Indonesia.
Bandara Sultan Hasanuddin melayani penerbangan domestik dan internasional untuk Makassar dan sekitarnya. Bandara ini memiliki kapasitas penumpang hingga 15 juta per tahun.
Bandara ini memiliki arsitektur modern yang terinspirasi dari kekayaan alam dan juga budaya dari tanah Sulawesi Selatan. Arsitektur khas bangunan bandara ini berbentuk setengah lingkaran bak gulungan ombak di laut. Hal ini selaras dengan nenek moyang suku Bugis yang terkenal sebagai pelaut andal dengan kapal Pinisi-nya yang khas.
Sebelum memasuki bangunan bandara, wisatawan akan disambut dengan patung Sultan Hasanuddin beserta tulisan “Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin”. Di pintu masuknya ada miniatur kapal Pinisi. Di bagian dalam bandara, ruang tunggunya dilengkapi taman-taman kecil yang bisa dijadikan spot foto.
2. Bandara Ngurah Rai – Bali
Bandara Ngurah Rai, Bali menjadi salah satu bandara terbesar di Indonesia dengan luas 269 hektare dan memiliki arsitektur yang unik. Desain bandara ini mengusung gaya arsitektur yang futuristik, simpel, hemat energi, dan efisien. Kendati demikian, tetap mengadopsi arsitektur budaya Bali di bagian interior dan eksteriornya.
Sebagai bandara di Indonesia yang tersibuk urutan ketiga, arsitektur tradisional Bali bisa dilihat di penggunaan gapura, tiang atau saka yang menggunakan bata merah. Hal ini bisa terlihat di beberapa sisi bangunan bandara yang bisa dilihat langsung oleh para wisatawan yang datang.
Menariknya lagi, ada lubang-lubang pencahayaan dibuat dengan pola silang menggunakan batu bata ekspos dengan warna terakota. Dinding dari bata ini disusun dengan pola tertentu yang akan menimbulkan efek permainan cahaya di dalamnya.
Baca juga: 5 Cara Beli Tiket Pesawat Online dan Offline Termudah
3. Bandara Komodo – Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur
Bandara Komodo merupakan gerbang awal perjalanan untuk menikmati wisata Pulau Komodo yang populer hingga mancanegara. Bandara ini terletak di sisi timur Pulau Flores, dan membutuhkan waktu sekitar 10 menit berkendara ke Labuan Bajo.
Dikutip dari website Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, Bandara Komodo Labuan Bajo memiliki terminal penumpang seluas 13.366 m2 yang dapat memuat penumpang hingga 1.100.000 per tahunnya.
Adapun desain dari bandara ini merefleksikan keunikan rumah tradisional NTT dan anatomi tubuh Komodo. Tak hanya itu saja, bandara ini memadukan unsur-unsur lokal seperti pola tenun Manggarai dan atmosfer alami kepulauan Komodo dalam desain arsitektur dan interiornya. Setiap sudut Bandara Komodo memancarkan keindahan dan keaslian budaya Indonesia, khususnya Nusa Tenggara Timur.
4. Bandara Tjilik Riwut – Palangka Raya, Kalimantan Tengah
Bandara Tjilik Riwut di Palangka Raya memiliki luas terminal 29.124 meter persegi. Luas ini enam kali lipat lebih besar dari terminal sebelumnya. Menjadi bandara terbesar di Kalimantan Tengah, sebelumnya bandara ini bernama Bandar udara Panarung.
Daya tarik utama dari bandara di Indonesia satu ini terletak pada desain terminal barunya yang bernuansa modern warna putih dan mengadopsi bentuk paruh burung Enggang khas Kalimantan Tengah untuk desain atapnya.
Bagi suku Dayak di Kalimantan Tengah, burung Enggang merupakan salah satu burung sakral dan dipercaya sebagai perwujudan dari Panglima Burung, sehingga pantang untuk diburu apalagi dimakan. Seiring waktu, burung ini menjadi langka dan salah satu satwa yang dilindungi pemerintah.
Arsitektur bandara yang terinspirasi dari burung Enggang menunjukkan penghormatan terhadap suku Dayak sekaligus sebagai upaya pemerintah dalam mengenalkan burung khas ini pada masyarakat Indonesia serta mancanegara.
5. Bandara Internasional Minangkabau – Sumatra Barat
Bandara Internasional Minangkabau (BIM) yang terletak di Kabupaten Padang Pariaman merupakan bandara pertama dan satu-satunya di Indonesia yang menggunakan nama etnis. Bandara yang dibangun pada tahun 2001 ini memiliki luas 482 hektare dan menggantikan Bandara Tabing yang sebelumnya menjadi gerbang udara utama Provinsi Sumatra Barat.
Minangkabau tentunya tidak lepas dari rumah gadang. Ikon daerah tersebut dijadikan inspirasi bangunan Bandara Internasional Minangkabau yang jaraknya 23 km dari pusat Kota Padang. Hal ini bisa dilihat dari arsitektur bangunan bandara yang mengadopsi bentuk rumah gadang.
Di bagian depan bangunan bandara di Indonesia ini, ada tanda yang bertuliskan “Minangkabau International Airport” serta penempatan jam gadang di samping kirinya. Memasuki bagian dalam gedung, ada atap bagonjong, atap khas yang biasa dimiliki oleh rumah gadang. Simbol ini secara langsung menunjukkan kekuatan budaya lokal dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
6. Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) – DI Yogyakarta
Yogyakarta International Airport (YIA) terletak di Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 538 hektare, tapi khusus untuk bangunan bandara luasnya 219.000 m2, atau 10 kali lipat lebih luas dari area Bandara Adisutjipto. Bandara ini adalah salah satu terbesar dan termegah yang ada di Indonesia.
Landasan pacu YIA dibangun 4 meter di atas permukaan laut serta berjarak sekitar 400 meter dari bibir pantai. Menariknya, bandara ini dirancang untuk tahan gempa dan tsunami.
Bandara di Indonesia satu ini memiliki arsitektur modern dan futuristik tapi tetap menonjolkan unsur tradisional serta corak Yogyakarta yang khas. Hal ini bisa dilihat dari beberapa ciri khas dari arsitektur YIA, yaitu:
- Atap bandara memiliki motif kawung
- Area kedatangan memiliki miniatur kolam taman sari
- Area pengambilan bagasi memiliki tiang-tiang dalam bentuk tetanduran dengan motif batik
- Pintu masuk dan keluar penumpang dihiasi ornamen batik dan bahasa Sanskerta
- Ada lukisan dan ukiran khas Jawa di berbagai sudut bandara
- Ada karya seni seperti patung Hamemayu Hayuningrat dan patung Bedhaya Kinjeng Wesi
Tak hanya estetik, tapi keseluruhan bangunan bandara ini bisa dikatakan sebagai surga bagi para penggiat dan pencinta seni.
7. Bandara Banyuwangi – Jawa Timur
Disebut sebagai bandara hijau pertama di Indonesia, Bandara Banyuwangi Bandara dibangun di atas tanah seluas 125,5 hektare yang terletak di Desa Blimbingsari, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Desain dan konsep eco-green menjadi ide rancangan Andra Matin dalam membangun bandara internasional ini. Interior bagian dalam bandara didominasi furnitur kayu berwarna cokelat tua yang konon berasal dari kayu bekas.
Konsep desainnya didominasi oleh kisi-kisi kayu. Desain ini mengadopsi tradisi rumah adat suku Using atau Osing, suku asli Banyuwangi. Beralih ke bagian atap bangunan, oleh sang arsitek diberi tanaman rumput Jepang sehingga keseluruhannya berwarna hijau.
Dulunya, bangunan bandara ini adalah lahan perkebunan. Jadi, di sekitar bandara masih banyak pohon hijau dan tanaman-tanaman. Pemandangan semakin serasi, karena di dalam terminal juga dibangun taman hijau agar suhu ruangan tetap sejuk.
Sejalan dengan konsep hijaunya, bandara ini meminimalkan penggunaan AC dengan memanfaatkan sirkulasi udara secara alami. Tak hanya itu saja, ada konservasi air dan sunroof untuk pencahayaan alami bandara saat siang hari.
Baca juga: Pulau Merah: Permata Tersembunyi di Ujung Banyuwangi
Bandara di Indonesia tak hanya berfungsi sebagai gerbang penghubung antar satu kota maupun negara, tapi juga sebagai medium melestarikan budaya lokal. Dengan revitalisasi yang dilakukan secara masif, semoga fasilitasnya bisa ditingkatkan dan memberikan kenyamanan bagi para penumpang pesawat.