Tekad kuat dan soliditas mengantarkan “Batik Maskas” menjadi pemain batik nasional. Yang membanggakan, usaha yang bermarkas di Jalan Pulo No 117, RT 002/011 Leuwinanggung, Jawa Barat tersebut tidak goyah dihantam badai pandemi Covid-19.
Batik khas Depok yang tengah naik daun ini sebenarnya dibangun dengan modal kecil. “Modal awal saya keyakinan. Kalau secara rupiah sangat minim, karena menciptakan ide dan gagasan yang sangat simple. Pengerjaannya pun tradisional,” kata Sukasno.
Sukasno bersama rekan-rekannya yang peduli budaya lokal menginisiasi pengembangan produk ini 11 tahun lalu. Tentu saja mengalami berbagai kendala, terutama akibat permodalan yang kurang memadai.
Tapi, kekompakan dan tekad bulat mendongkrak produksi maupun pemasarannya. “Produk kita baru bisa diterima masyarakat setelah sekitar satu tahun. Kita mengembangkannya melalui riset dan kuisionari dari mulut ke mulut, selain pendekatan dengan publik figur,” katanya.
Kini, Batik Maskas telah memiliki hak paten yang terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM RI. Menariknya, pewarnaannya yang berani mengikuti tren yang berkembang dan tidak mudah ditiru. “Tidak bisa diproduksi massal atau seperti pabrikan. Produk kami berbeda dengan batik lain, tidak mudah diduplikasikan atau ditiru karena pengerjaannya dilukis dan ditulis,” papar Sukasno.
Supaya tetap mendapat tempat di hati masyarakat, corak Batik Maskas mengikuti tren dan perkembangan alam sekitarnya maupun kemajuan teknologi yang sangat pesat. Alhasil, usaha ini mampu menyerap tenaga kerja lokal di mana proses produksinya melibatkan 20 hingga 25 seniman dan penduduk setempat.
Sukasno berharap usaha ini menjadi kebanggaan nasional yang mampu berkompetisi dalam persaingan global. “Kami optimis, secara bertahap produk kami mampu meningkatkan kualitas,” tutupnya.