JNEWSÂ – Batik Semarang merupakan salah satu dari deretan batik pesisir pantai utara Jawa yang memiliki ciri khas unik. Meski tidak sepopuler batik Cirebon, Pekalongan atau Lasem, eksistensi batik khas Semarang ini tidak bisa diabaikan.
Bahkan Semarang juga memiliki Kampung Batik yang menjadi surga belanja bagi para pencinta batik. Namun, perjalanan batik di Ibu Kota Jawa Tengah ini harus melalui banyak peristiwa yang menarik untuk diketahui.
Sejarah Batik Semarang
Dikutip dari laman Universitas Diponegoro, cikal bakal batik Semarang sudah ada sejak proses pembentukan Kota Semarang pada pertengahan abad ke-16. Pendapat tersebut diperkuat dangan keberadaan dua kampung pendukung utama kerajinan batik, yaitu Kampung Batik di kawasan Bubakan atau Jurnatan dan Kampung Pedamaran sebagai tempat perdagangan damar yang merupakan bahan pewarna batik.
Nama Bubakan tercantum dalam Serat Kandhaning Ringit Purwo naskah KGB No. 7. Dalam serat tersebut diceritakan, bahwa Ki Pandan Arang I telah menetap di Pulau Tirang pada tahun 1476. Kemudian Ki Pandan Arang mendirikan sebuah pemukiman di pesisir pantai yang diberi nama Bubakan. Bubakan berkembang menjadi pusat pemerintahan Semarang kuno.
Sedangkan nama Jurnatan muncul ketika Ki Pandan Arang I menjabat sebagai juru nata (pejabat kerajaan) di bawah pemeritahan Kerajaan Demak. Daerah Jurnatan menjadi penyedia kebutuhan sandang bagi para pejabat, pegawai dan masyarakat kota. Bahan sandang yang dihasilkan masyarakat Jurnatan berupa batik sehingga disebut Kampung Batik.
Masa kejayaan batik Semarang terjadi pada awal abad ke-20 yang tercatat dalam laporan pemerintah kolonial Belanda. Koloniaal Verslag mencatat bahwa pada tahun 1919 ada 25 industri batik dengan 58 tenaga terampil dan 176 pekerja kasar di Semarang. Pada tahun 1925, jumlah industri batik meningkat tajam menjadi 107 perusahaan dengan 491 tenaga terampil dan 317 tenaga kasar sebagai akibat terhentinya pasokan bahan pakaian dari India dan negara lain karena meletusnya Perang Dunia I.
Pada masa kejayaan itu ada 2 nama terkenal yang membuat 59 motif batik, yaitu Nyonya Oosterom dan Nyonya Von Franquemont.
Kerajinan batik Semarang menyentuh titik nadir pada masa penjajahan Jepang. Pada tanggal 17 Oktober 1945, Kampung Batik dibakar oleh tentara Jepang sebagai akibat dari peristiwa Pertempuran 5 Hari. Sebanyak 300 rumah di Kampung Batik ludes terbakar. Setelah itu hanya sedikit industri batik yang bertahan, antara lain ASACO dan Tan Kong Tien Batikerij milik Tan Kong Tien yang menikah dengan salah satu keturunan Sri Sultan Hamengku Buwono III, yaitu Raden Ayu Dinartiningsih.
Batik khas Semarangan kembali diangkat secara serius pada tahun 2006 dan menjadi seragam resmi di instansi-instansi pemerintah di Kota Semarang.
Baca juga: Pesona Batik Pekalongan: Sejarah dan Kecantikan Warisan Indonesia
Motif Batik Semarang
Dalam hasil penelitian Prof Dewi Yuliati dari UNDIP menyebutkan bahwa tidak ada motif baku pada batik Semarang. Namun ciri khas batik dari Semarang ini dapat dikenali dari motif-motif naturalis dan realistik, antara lain sebagai berikut:
- Burung merak yang melambangkan keindahan dan perlindungan keluarga.
- Burung bangau sebagai simbol panen dan kemakmuran.
- Ayam jago sebagai simbol kejantanan.
- Kupu-kupu sebagai lambang keindahan, kesuburan dan harapan untuk memperoleh kedudukan yang tinggi.
- Ikan dan laut sebagai simbol maritim.
- Daun asam sebagai awal penamaan Semarang.
- Pohon Bambu sebagai simbol kemudahan hidup.
- Bukit sebagai simbol perkotaan.
Ciri khas batik dari Semarang lainnya adalah warna-warna cerah seperti kebanyakan batik pesisir, yaitu merah, oranye, ungu, dan biru. Meski tidak ada motif baku, tetapi beberapa motif yang diciptakan sudah dipatenkan, antara lain motif tetenger kutho, legenda Banyumanik, dlorong asem baris, motif kuliner bandeng presto, motif pesona Tugu Muda dan masih banyak lagi.
Panduan Belanja Batik Semarang
Setelah mengetahui sejarah panjang batik Semarang, memiliki batik motif Semarangan akan menularkan semangat kewirausahaan pengrajin batik di Semarang yang pernah mengalami masa kejayaan.
Berikut adalah tempat-tempat untuk belanja batik di Semarang sepuasnya.
1. Kampung Batik
Tentu saja tempat bersejarah ini tidak boleh dilewatkan. Di dalamnya masih banyak perajin batik yang terampil dengan hasil yang berkualitas tinggi. Pengunjung akan langsung disambut dengan nuansa batik sejak dari pintu masuk kampung. Dekorasi sepanjang jalan dan rumah penduduk dihiasi dengan mural motif batik. Selain membeli batik di kios-kios warga, pengunjung juga dapat belajar membatik.
Kampung Batik beralamat di Jl. Batik, Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur.
2. Batik Benang Ratu
Benang Ratu menjual batik dengan harga yang murah tetapi kualitasnya tidak murahan. Pemiliknya mengatakan bahwa harga murah bisa dicapai karena mereka membuat sendiri batik tersebut alias langsung dari pabrik. Benang Ratu berusaha menyerap beberapa segmen dengan mematok harga normal dan harga premium. Konsumen juga dapat memesan kain motif pilihan sendiri dengan panjang minimal 2.000 meter.
Batik Benang Ratu ada di beberapa tempat, yaitu di Jl. Majapahit, Jl. Indraprasta, dan Jl. Ngesrep Timur.
3. Batik Benang Raja
Benang Raja memiliki slogan Eceran dan Grosir harga pabrik sehingga mampu menjual produk batik dengan harga awal yang murah hingga premium. Namun pemiliknya menjamin kualitas tetap terjaga. Benang Raja juga memproduksi berbagai aksesori dari batik, seperti dompet, tas, sajadah, dan sebagainya.
Batik Benang Raja beralamat di Jl. Mayjend DI Panjaitan dan memiliki cabang hingga ke sepuluh kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
4. Margaria Batik Semarang
Sebenarnya Margaria merupakan grup usaha yang berasal dari Yogyakarta. Namum masyarakat juga dapat menemukan batik khas Semarang di sini karena Margaria menyesuaikan dengan muatan lokal. Margaria terkenal dengan batik-batik berkualitas tinggi atau premium. Pembeli akan mendapatkan koleksi terbaik di sini.
Margaria Batik cabang Semarang beralamat di Komplek Ruko Mal Ciputra, Jl. Gajah Mada.
5. Putri Batik
Batik Putri menyediakan pakaian pria dan wanita dengan bahan premium dengan banyak pilihan warna dan model. Di sini batik tulis didesain menjadi busana yang elegan dan modern, serta memiliki jahitan yang rapi. Pengunjung akan mendapatkan busana yang menawan untuk ke kantor, resepsi, dan acara resmi lainnya.
Putri Batik beralamat di Ruko Mal Ciputra, Jl. Anggrek Raya.
6. Batik Jayakarta
Batik Jayakarta banyak menghadirkan batik bercorak tradisional, mulai busana hingga bahan kain. Pengunjung juga dapat membeli perlengkapan busana Jawa lainnya, seperti blangkon. Batik juga dikembangkan ke produk lain, seperti sarung bantal, tas wanita, kipas dan masih banyak lagi.
Batik Jayakarta beralamat di Jl. Perintis Kemerdekaan, Srondol Wetan, Banyumanik.
Baca juga: Motif Batik Tradisional yang Tidak Pernah Luntur: Keindahan dalam Klasik
Batik Semarang memiliki sejarah panjang dan kaya dengan keanekaragaman motif. Perajin dan pengusaha batik mendapatkan kebebasan untuk menciptakan motif sehingga terus berkembang bersama zaman.