Batik, Simbol Kolaborasi dan Harmoni Serta Penggerak Ekonomi Kreatif

batik menjadi salah satu penggerak ekonomi kreatif

Ketua WBI Foundation, Ibu Yanti Airlangga Hartarto memberikan penjelasan tentang pameran batik dalam rangka HUT ASEAN.

JNEWS – Menjadi salah satu bentuk seni dan kerajinan yang telah diakui oleh UNESCO, batik telah lama menjadi salah satu warisan berharga budaya bangsa Indonesia dan semakin berpotensi menjadi penggerak ekonomi kreatif yang menjanjikan.

Batik tidak hanya sekedar melambangkan identitas budaya, namun juga mampu menawarkan peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional. Dalam rangka memperingati HUT Ke-57 ASEAN, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI bekerja sama dengan Warisan Budaya Indonesia (WBI) Foundation mempersembahkan “Batik Kolaborasi Persembahan Indonesia untuk ASEAN” beberapa waktu lalu. Acara tersebut turut mengundang para perwakilan dari negara-negara sahabat guna melihat lebih dekat keindahan batik kolaborasi yang nantinya akan menghiasi Gedung Pusat ASEAN di Jakarta.

“Ini adalah acara batik yang disempurnakan oleh para pembatik kita yang luar biasa, membentuk bunga dari sebelas negara anggota ASEAN yang dijadikan dalam satu kain batik. Itu melambangkan persatuan, kolaborasi dan harmoni yang akan dipersembahkan kepada ASEAN,” ungkap Ibu Yanti Airlangga selaku Ketua WBI Foundation.

Dibuat secara khusus oleh para perajin batik Indonesia sebagai simbol persatuan yang solid antarnegara ASEAN, batik kolaborasi ini memiliki tiga motif yakni Batik Lumbon Sewelas Nagari, Batik Udan Liris Sewelas Nagari, serta Batik Sekar Jagad Sewelas Nagari. Batik kolaborasi dibuat menggunakan motif batik klasik yang dipadukan dengan kekayaan flora yang ada di negara anggota ASEAN yang masing-masing memiliki bentuk, warna, dan keunikan yang berbeda satu sama lain, namun menyatu dalam harmonisasi yang indah.

Motif batik tersebut juga memiliki makna filosofi yang indah bagi persatuan, kolaborasi dan harmoni antarnegara anggota ASEAN. Pembatik senior Nur Cahyo dipilih untuk mengerjakan batik kolaborasi tersebut.

Baca juga: Mengoleksi Batik Solo: Tip Memilih dan Merawat Kain Batik

Nur Cahyo merupakan penerus usaha batik turun temurun yang sudah dikenal di Pekalongan, Jawa Tengah. Pembatik lainnya yang juga dilibatkan yaitu Azmi Alqamad Aqsa, seorang pembatik dari kalangan generasi muda yang memiliki keinginan untuk mengajak generasinya masuk ke dalam industri batik Tanah Air.

Acara WBI memberi ruang kepada desainer-desainer Indonesia yang banyak menggunakan kain wastra untuk mempromosikan karya-karyanya. Kesempatan ini sekaligus memberi peluang pada UMKM, karena lewat karya-karya para desainer, pengrajin bisa menyalurkan produk mereka dan mengembangkan berbagai teknik wastra agar selalu dapat mengikuti selera pasar. Transformasi ini telah membuka pintu bagi batik Indonesia untuk bersaing di pasar global dan menarik perhatian konsumen dari berbagai belahan dunia.

Melalui upaya inovatif dan kolaborasi antara pemerintah, pengrajin, desainer, hingga pelaku industri, batik dapat menjadi motor penggerak ekonomi kreatif yang bermanfaat. Selain itu, pengembangan rantai pasokan dan sistem distribusi yang efisien sangat penting untuk memastikan produk batik dapat dijangkau oleh pasar dengan harga yang kompetitif. *

Exit mobile version