Batik Solo: Sejarah dan Tempat Terbaik untuk Membelinya

JNEWS – Solo selain dikenal sebagai kota yang kental dengan budayanya, kerajinan batiknya pun termasyhur hingga mancanegara. Batik Solo memiliki ciri khas motif yang berbeda dengan batik dari kota lainnya. Bahkan di balik motif tersebut tersimpan filosofis yang mendalam tentang kehidupan.

Batik dari kota Solo dikenal juga sebagai batik keraton. Ciri khas dari batiknya adalah pola tradisional, ukuran, dan warna. Umumnya warna dari batik Solo adalah cokelat dan sedikit kekuningan. Sedangkan ukuran pola geometrisnya kecil.

Motif batik inilah yang menjadi daya tarik utama. Dalam penggunaannya, beberapa motif tidak bisa dikenakan sembarangan, misalnya motif batik truntum. Motif ini adalah simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama terasa berkembang (tumaruntum). Karena filosofis di baliknya, kain ini biasanya dikenakan oleh orang tua pengantin di hari pernikahan.

Menilik Sejarah Batik Solo

Batik Solo: Sejarah dan Tempat Terbaik untuk Membelinya

Kekayaan motif batik Solo membuatnya kerap dicari dan dipelajari oleh pencinta wastra Nusantara. Apabila ditarik ke belakang, kerajinan batik dikenal oleh masyarakat Solo dan sekitarnya sejak Kesultanan Pajang. Sayangnya, pusat kerajaan ini lenyap karena gempuran dari Mataram Islam di masa Sultan Agung dan wilayahnya dikosongkan.

Dikutip dari website resmi Pemerintah Kota Surakarta, dalam beberapa catatan sejarah, ada yang mengatakan bahwa kerajinan batik melalui banyak perkembangan cukup pesat di masa Kerajaan Mataram Islam yang pernah menduduki Kota Solo.

Adapun batik Solo yang dikenal hingga saat ini muncul setelah terjadinya perjanjian Giyanti di tahun 1755. Perjanjian tersebut difasilitasi oleh VOC tersebut membagi Kerajaan Mataram Islam menjadi dua, yakni Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Ketika terjadi pemecahan wilayah tersebut, semua barang-barang kerajaan termasuk busana batik dibawa ke Yogyakarta. Karena peristiwa tersebut, Paku Buwana IV memutuskan untuk membuat sendiri busana keraton yang baru. Busana yang baru tersebut diberi nama Gagrak Surakarta yang berarti gaya Surakarta.

Sejak pembuatan Gagrak Surakarta, corak batik Solo pun mengalami banyak perubahan. Motif batik mulai berkembang tetapi tetap memiliki ciri khas tersendiri. Adapun ciri khas utama seperti motif geometris berukuran kecil ternyata mengikuti pakem batik Mataram. Selain itu, warna batik Solo pun cenderung ke warna gelap.

Dalam perkembangannya, batik Solo terbagi menjadi dua yakni motif batik dari Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran.

Motif batik yang berasal dari Keraton Kasunanan yang terkenal, di antaranya parang barong, parang curiga, parang sarpa, ceplok burba, ceplok lung kestlop, candi luhur, srikaton, dan bondhet. Umumnya untuk batik Solo dari Kasunanan Surakarta memiliki motif khusus dan melambangkan akan sesuatu. Seperti sawat (sayap atau ekor garuda) yang melambangkan mahkota raja, geni (api) sebagai nyala api, naga (ular besar) sebagai perlambangan angin atau angkasa, meru (gunung dalam mitologi Hindu) untuk kebesaran atau keagungan.

Sedangkan motif batik yang berasal dari Pura Mangkunegaran cukup beragam, yaitu buketan pakis, sapanti nata, ole-ole, wahyu tumurun, parang kesit barong, parang sondher, parang klithik glebag, seruni, dan liris cemeng.

Kedua motif batik Solo yang berasal dari Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran membuat perkembangan batik di kota ini semakin menggeliat. Pembuatan batik pun menjalar keluar lingkungan keraton yang kemudian dikelola dan diperdagangkan oleh para pedagang batik.

Para pedagang ini mengambil ragam hias batik keraton dan memodifikasinya mengikuti selera pasar. Teknik pembuatan batik pun mengalami kemajuan. Teknik cap yang di awal menggunakan cap dari kayu kemudian beralih ke tembaga.

Industri batik Solo berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan munculnya Kampung Batik Laweyan dan Kampung Batik Kauman. Oleh pemerintah setempat, kawasan Kauman dan Laweyan ditetapkan sebagai sentra batik dan destinasi wisata kota Surakarta.

Geliat batik Solo terus menunjukkan tren positif. Perusahaan batik mulai bermunculan dan memiliki nama besar di kancah nasional. Sebut saja Batik Keris yang didirikan tahun 1920, Batik Bondronoyo yang kemudian berganti nama menjadi Batik Semar lahir di tahun 1947 hingga Batik Danar Hadi di tahun 1967.

Baca juga: Arsitektur Keraton Solo: Jendela Menuju Warisan Budaya Jawa

Rekomendasi Tempat Membeli Batik Solo

Menemukan tempat yang menjual batik Solo tidak terlalu sulit. Hampir di tiap sudut kota akan tampak toko yang menjual batik. Namun, ada beberapa tempat yang terkenal di kalangan wisatawan dan kerap dikunjungi untuk membeli batik terbaik dari kota Surakarta.

1. Kampung Batik Laweyan

Kampung Batik Laweyan merupakan pionir dalam perkembangan batik Solo. Di kampung ini ada beberapa tempat yang bisa dipilih untuk membeli kain batik, blouse, kemeja baik untuk laki-laki, perempuan hingga anak-anak.

Dikutip dari website Kampoeng Batik Laweyan, gerai batik yang berada di kampung ini antara lain Batik Marin Laweyan, Batik Putra Laweyan, Batik Mahkota, Laweyan, Batik Puspa Kencana, Batik Cempaka. Gerai batik tersebut lokasinya tidak berjauhan, jadi bisa sambil berjalan kaki sambil menikmati ketenangan kampung ini.

Alamat: Jl. Sidoluhur, Laweyan, Jawa Tengah.

2. Kampung Batik Kauman

Berkunjung ke Kampung Batik Kauman Solo, wisatawan akan merasa seperti berada di zaman lampau. Gaya arsitektur khas Jawa dan Belanda bisa terlihat jelas di bangunan-bangunannya. Inilah yang menjadi daya pikat dari kampung ini. Setiap rumah dan sudut kampung memancarkan aura klasik yang masih terjaga.

Di kampung ini wisatawan bisa membeli batik Solo di berbagai gerai, salah satu yang terkenal adalah Batik Gunawan Setiawan. Selain menghadirkan aneka kerajinan batik, di tempat ini wisatawan bisa melihat pengrajin yang tengah membatik.

Alamat: Jl. Trisula III No.1, Kauman, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

3. Pasar Klewer

Pasar Klewer merupakan salah satu pusat jual beli batik yang terkenal di Solo. Pasar ini telah ada sejak tahun 1971 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto.

Pasar ini tidak pernah sepi oleh pengunjung baik wisatawan maupun pedagang dari berbagai daerah. Letaknya sangat strategis yakni di tengah kota dan berhadapan dengan Masjid Agung Keraton Surakarta.

Di sini wisatawan bisa membeli berbagai jenis batik mulai dari batik tulis, batik cap, kain batik printing dengan aneka model. Selain bisa membeli grosir, bisa juga membeli eceran. Harganya relatif terjangkau dan bisa ditawar.

Alamat: Jl. DR. Radjiman No.5A, Gajahan, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

4. Pusat Grosir Solo (PGS)

Pusat Grosir Solo (PGS) letaknya strategis di pusat kota. Tidak jauh dari Balai Kota dan juga Pasar Klewer. Di PGS, wisatawan bisa menemukan banyak gerai yang menjual batik Solo. Fasilitas dari tempat ini cukup memadai dan lengkap. Mulai dari eskalator, tempat makan, parkir cukup luas, hingga toilet.

Tiap akhir pekan, bus-bus dari luar daerah berjejer rapi parkir di dekat PGS. Harga di PGS pun relatif terjangkau dan masih bisa ditawar. Selain batik, ada pedagang juga menjual aksesori, jilbab, blouse, kemeja, dan pakaian anak-anak.

Alamat: Jl. Mayor Sunaryo No.1, Kedung Lumbu, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta.

5. House of Danar Hadi

House of Danar Hadi merupakan salah satu merek terkenal yang menjadi bagian dari perkembangan batik Solo. Danar Hadi memiliki sejumlah cabang hampir di seluruh Indonesia. Di tempat ini, ada banyak batik kualitas premium yang bisa ditemukan. Desain dan potongannya pun sangat modern mengikuti yang lagi tren.

Apabila ingin berbelanja sambil mempelajari sejarah perkembangan batik dan Danar Hadi, bisa mampir ke cabang di Slamet Riyadi. Di cabang ini, terdapat Museum Danar Hadi, gerai untuk belanja, dan Soga Resto untuk mencicipi lezatnya masakan tradisional hingga western.

Alamat: Jl. Slamet Riyadi No.261, Sriwedari, Laweyan, Surakarta.

Baca juga: Uniknya Batik Semarang: Sejarah, Motif, dan Panduan Belanja

Batik Solo akan terus lestari walaupun perkembangan mode terus berganti. Kelestarian warisan budaya ini terus dijaga dengan menghadirkan beragam event yang melibatkan batik seperti Solo Batik Carnival setiap tahun. Tentu saja, ini menjadi oase agar batik terus dikenal dan menjadikannya bagian dari gaya fashion di berbagai kalangan.

 

Exit mobile version