Kopitiam vs Coffee Shop Modern: Apa Bedanya?

JNEWS – Ngopi sekarang sudah jadi bagian gaya hidup banyak orang. Tapi seperti halnya masalah hidup yang berbeda-beda, kesukaan nongkrong juga bisa saja beda. Ada yang lebih suka nongkrong di coffee shop dengan suasana modern dan estetik, ada juga yang memilih kopitiam yang sederhana tapi penuh cerita budaya. Dari sini sering muncul pertanyaan soal beda kopitiam dan coffee shop, karena meski sama-sama tempat ngopi, pengalaman yang dirasakan jelas tidak sama.

Dua-duanya adalah bentuk sebuah kalcer, sama-sama jadi pilihan untuk menikmati secangkir kopi yang enak. Namun, kalau diperhatikan, keduanya sebenarnya punya perbedaan yang cukup mencolok. Dari cara penyajian, suasana, sampai nilai budaya yang dibawa, kopitiam dan coffee shop berdiri di jalannya masing-masing.

Beda Coffee Shop dan Kopitiam, Lebih Oke yang Mana?

Coffee shop dan kopitiam sama-sama punya daya tarik, tapi jelas berbeda dari segi suasana, menu, sampai nilai budaya yang ditawarkan. Kalau masih bingung dengan beda kopitiam dan coffee shop, membandingkannya satu per satu bisa jadi cara paling mudah.

Untuk tahu mana yang lebih cocok buat kamu, ada baiknya kita lihat dulu perbedaan keduanya secara lebih detail.

Beda kopitiam dan coffee shop

1. Menu Minuman dan Makanan

Kalau bicara soal menu, kopitiam punya karakter yang sangat khas dan erat dengan budaya Tiongkok–Melayu. Kopinya biasanya bukan espresso seperti di coffee shop modern, tapi kopi robusta lokal yang diseduh dengan cara tradisional. Misalnya pakai kain saringan atau sock filter. Inilah salah satu contoh nyata dari beda kopitiam dan coffee shop yang langsung terasa begitu mencicipi minumannya.

Rasa kopi kopitiam juga lebih pekat, agak pahit. Banyak juga yang suka dicampur dengan susu kental manis sehingga lebih creamy dan manis. Ada juga variasi kopi dengan tambahan margarin atau mentega, yang bikin rasanya lebih gurih.

Untuk pilihan lain, ada teh tarik, milo, horlicks, atau minuman klasik lain yang akrab di Asia Tenggara. Makanannya pun khas peranakan, seperti roti kaya toast dengan selai srikaya, telur setengah matang, nasi lemak, mi goreng, sampai bubur ayam.

Sedangkan di coffee shop modern yang berakar dari budaya Barat, menunya lebih ke arah internasional. Ada cappuccino, latte, flat white, atau minuman manual brew seperti pour over dan cold brew. Makanan pendampingnya juga ala Western, misalnya croissant, muffin, sandwich, atau brunch menu seperti avocado toast.

Jadi kalau mau cari sarapan cepat dengan cita rasa lokal, kopitiam lebih pas. Sementara itu, kalau mau gaya ala kafe Barat, coffee shop modern jawabannya.

Baca juga: Mengenal Kopi-Kopi Termahal di Dunia dan Asal Usulnya

2. Suasana dan Interior

Kopitiam umumnya punya suasana yang sederhana, sesuai dengan akar budaya Tiongkok–Melayu yang kental dengan nilai kebersamaan. Interiornya biasanya berupa meja kayu atau plastik panjang dengan kursi bulat kecil. Umumnya kedai kopitiam akan dipenuhi oleh obrolan antar pelanggan. Jadi, suasananya akan terasa lebih hangat dan membumi.

Nah, di sinilah letak jelasnya beda kopitiam dan coffee shop, karena coffee shop modern menaruh perhatian besar pada desain interior dan suasana. Hampir semua coffee shop modern dibuat dengan desain rapi, lampu hangat, kursi empuk, dan dekorasi yang bikin betah. Umumnya juga disediakan Wi-Fi, colokan listrik, dan musik santai yang mendukung pengunjung untuk kerja lama atau nongkrong bareng teman.

Jadi, kalau di kopitiam orang lebih fokus pada makan-minum dan ngobrol, di coffee shop modern pengunjung bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk kerja atau nongkrong.

3. Harga dan Target Pengunjung

Harga di kopitiam jelas lebih terjangkau. Satu cangkir kopi hitam manis biasanya cukup dengan uang belasan ribu, bahkan di beberapa tempat bisa di bawah sepuluh ribu. Makanan seperti roti srikaya atau nasi lemak juga punya harga ramah kantong, cocok untuk sarapan cepat sebelum kerja.

Target pengunjung kopitiam adalah orang-orang yang butuh tempat praktis, mulai dari pekerja kantoran, sopir taksi, ibu rumah tangga, sampai keluarga yang mampir sarapan.

Nah, bagian ini juga menunjukkan beda kopitiam dan coffee shop, karena coffee shop modern berada di kelas harga yang lebih tinggi. Satu gelas latte bisa berkisar antara Rp25.000 sampai Rp60.0000, tergantung lokasi dan brand. Makanannya juga relatif lebih mahal, karena dijual dengan konsep lifestyle, bukan sekadar pengganjal perut.

Target pengunjungnya lebih ke anak muda, mahasiswa, pekerja kantoran, hingga komunitas kreatif yang mencari tempat nyaman untuk nongkrong atau kerja.

Jadi, kopitiam bisa dibilang menjual kebutuhan ngopi harian khas Tiongkok–Melayu, sedangkan coffee shop modern lebih menjual pengalaman ngopi dan gaya hidup ala Barat.

4. Filosofi dan Budaya

Di banyak kota, terutama Singapura, Malaysia, dan sebagian Indonesia, kopitiam menjadi ruang bagi orang-orang untuk bersosialisasi. Orang tua terbiasa berkumpul di sana setiap pagi, membaca koran, ngobrol soal politik, atau bertukar kabar dengan tetangga. Ada ubsur kebersamaan, keterhubungan dengan komunitas, dan tradisi turun-temurun didapatkan dari kedai kopitiam.

Sedangkan coffee shop modern lebih tentang gaya hidup urban. Coffee shop modern identik dengan identitas diri, kenyamanan, dan citra estetik. Nongkrong di coffee shop modern sering dianggap bagian dari tren, terutama bagi generasi muda yang ingin menunjukkan diri lewat tempat yang dikunjungi.

Baca juga: Merebus Air untuk Penyeduh Kopi dan Teh: Rahasia di Balik Suhu yang Sempurna

Dengan demikian, beda kopitiam dan coffee shop terletak pada rasa, suasana, dan nilai budaya yang ditawarkan. Kopitiam lebih akrab dengan tradisi Tiongkok–Melayu yang hangat, sementara coffee shop modern membawa nuansa Barat yang nyaman dan estetik.

Mana yang lebih cocok, semuanya kembali pada selera. Yang jelas, keduanya sama-sama bisa jadi tempat terbaik untuk menikmati secangkir kopi sesuai kebutuhan masing-masing.

Exit mobile version