Semakin tingginya penggunaan internet, berjalan lurus dengan ancaman serangan siber itu sendiri. Meski demikian, penggunaan internet sendiri tidak diiringi oleh kesadaran akan keamanan siber. Masih banyak dari pengguna internet, terlebih di Indonesia, yang belum sadar akan bahaya serangan siber atau cyber attack.
Chairman and Co-Founder Indonesia Cyber Security Forum (ICSF), Ardi Sutedja menilai bahwa masyarakat Indonesia masih belum begitu memahami pentingnya keamanan siber atau dengan kata lain tingkat pemahaman terkait hal tersebut masih rendah. Literasi digital di kalangan masyarakat Indonesia masih belum merata.
“Bayangkan 64 persen penduduk Indonesia sudah menggunakan internet untuk berbagai tujuan. Tetap saja soal keamanan siber Indonesia yang paling jelek dan paling buruk. Kita baru sadar bahwa terlambat untuk mempelajari hal ini, yang seharusnya sudah sejak lama dan harus menjadi isu nasional,” ujarnya dalam sebuah webinar bertajuk “Understanding Mobile Threat Landscape, Recent Trend and 2021 Outlook” yang digelar oleh Telkomsel beberapa waktu lalu.
Ancaman kejahatan siber ini, lanjut Adri, menyerang berbagai sektor, mulai dari pemerintahan, pelaku industri, hingga level individu. Adri pun menyebutkan berbagai macam ancaman serangan siber yang terjadi apabila individu tersebut belum sadar pentingnya keamanan siber.
Baca Juga: Kacamata Cerdas Huawei, Bisa Handsfree dan Bikin Tampilan Makin Gaya
1. Serangan malware
Sama seperti manusia, perangkat elektronik juga rentan disusupi oleh virus. Salah satu virus yang menyerang perangka elektronik adalah malware. Pada umumnya, malware ini diciptakan untuk mencuri data hingga merusak software dan sistem operasi. Malware sendiri kini telah berkembang, bukan hanya menyerang PC, tapi juga perangkat smartphone.
Malware ini biasanya masuk melalui berbagai macam cara, seperti misalnya penggunaan WiFi publik yang tidak hati-hati dan sembarangan dalam menginstal aplikasi di smartphone. Aplikasi yang dimaksud biasanya diinstal tidak dari layanan penyedia aplikasi yang resmi, seperti Google Play Store atau Apple App Store.
2. Serangan Phising
Serangan siber berikutnya yang masih marak adalah phising. Secara garis besar phising merupakan upaya penipuan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data pribadi penting. Biasanya dalam melancarkan serangan phising, hacker menggunakan metode mengirim email yang mengatasnamakan pihak tertentu.
Dalam email tersebut hacker akan mencantumkan sebuah tautan yang memancing korbannya untuk mengklik tautan tersebut. Sebagai contoh email yang mengatasnamakan perbankan. Nantinya ketika tautan tersebut diklik, korban akan dibawa ke sebuah situs yang dibuat mirip dengan situs resmi dan meminta korban untuk melakukan login. Ketika login itulah, secara tidak sadar korban sebenarnya memberikan kredensial mereka kepada hacker.
3. Serangan Smishing
Ada metode serangan baru yang digunakan oleh hacker, yakni smishing. Pada dasarnya smishing ini mirip-mirip dengan metode phising, di mana tujuannya adalah melakukan penipuan untuk mengambil informasi dan data penting. Hanya saja, alat yang dipergunakan untuk menyerang bukan menggunakan email, melainkan pesan SMS.
Biasanya pertama-tama mereka harus mengetahui nomor ponsel korbannya. Selanjutnya, hacker akan mengirim SMS dengan menyamar sebagai pihak tertentu yang isinya merupakan tautan berbahaya berisi malware.
Baca Juga: HP Basah Karena Kehujanan? Simak Tipsnya Berikut Ini!
4. Ancaman di Tengah Internet of Things (IoT)
Di era digital seperti saat ini, Internet of Things ternyata juga memiliki celah tersendiri dan rentan terhadap serangan siber. Hal ini karena saat ini sudah banyak beredar perangkat pintar, baik di rumah maupun di tempat kerja.
Salah satu perangkat yang rentan serangan siber menurut Adri adalah kamera pengawas atau CCTV yang terkoneksi dengan perangkat elektronik lainnya, seperti PC. Karenanya, untuk menghindari hal semacam ini, pengguna perlu mengelola perangkatnya sebaik mungkin dan juga memperbarui keamanan.
5. Serangan Ransomware
Ancaman Ransomware juga diprediksi masih akan terjadi dan tetap berbahaya di tahun 2021. Sekadar informasi, ransomware adalah jenis malware yang menjangkit PC dan akan melakukan enkripsi yang kode atau kata sandinya hanya diketahui oleh pelaku. Jika sudah terenkripsi maka PC tersebut tidak akan bisa dipakai oleh penggunanya sendiri.
Pelaku peretasan nantinya akan meminta uang tebusan kepada korban jika ingin datanya dikembalikan. Salah satu cara untuk mengantisipasi ransomware adalah dengan melakukan pencadangan data.
Baca Juga: Jangan Panik Gaes! Begini Cara Melacak HP yang Hilang