JNEWS – Memotret setiap sudut keindahan alam di sebuah lokasi wisata akan memberikan sensasi tersendiri bagi penyuka fotografi, apalagi hal itu dilakukan bersama-sama dengan komunitasnya. Kini, seiring banyaknya penyuka potografi wisata tersebut semakin populer.
Bersama rombongan dari komunitas fotografi, JNEWS pun sampai di kaki Gunung Papandayan, Jawa Barat, saat hari masih gelap. Cuaca berkabut dan hawa dingin melebur dalam indahnya alam pegunungan. Sebentar lagi Subuh menjelang. Beberapa pemandu penduduk lokal mendatangi kami dan menawarkan jasa mereka untuk memandu pendakian. Tepat pukul 04.00 WIB kami pun memutuskan untuk mendaki agar bisa mengejar pemandangan matahari terbit (sunrise) di puncak gunung.
Selain membawa berbagai peralatan fotografi seperti tripod, lensa berbagai ukuran, lampu flazz, juga ikut serta beberapa model untuk dijadikan objek bidikan kamera di tengah indahnya pemandangan alam gunung.
Gemericik air dari sungai kecil yang mengalir di sisi jalur pendakian dan suara hembusan angin yang menerpa tebing-tebing, seolah menjadi teman setia selama pendakian. Kontur tanah Papandayan yang landai telah membentuk jalur pendakian menjadi sedikit lebih mudah didaki.
Setelah hampir lebih satu jam, pendakian sudah mencapai bibir kawah. Dari titik ini bau belerang sudah terasa menyengat hidung. Di sepanjang area kawah yang terlewati, seiring pagi yang mulai terang, pemandangan indahnya lubang kaldera yang menyembulkan asap berwarna-warni benar-benar sangat menakjubkan.
Dari lokasi yang tak begitu jauh tempat kami berdiri, tampak danau dengan air yang berwarna kebiru-biruan akibat letusan Kawah Nagrak. Efek bias yang terjadi menambah fenomena alam yang indah mempesona.
Sembari menyeruput bandrek, minuman khas Garut yang telah disediakan, kami tak lupa mengeluarkan kameranya masing-masing untuk membidik pemandangan indah tersebut.
Baca juga: 10 Tempat Wisata di Jakarta dan Sekitarnya yang Cocok untuk Fotografi Urban
Setelah puas menikmati asap yang berwarna-warni dan melambung tinggi pendakian kami dilanjutkan. Bergerak melipir kawah, melewati tanjakan terjal berbatu, membawa para komunitas fotografi ke Gunung Salju, sebuah nama yang diberikan oleh penduduk lokal untuk lokasi tersebut.
Dinamakan Gunung Salju, karena seluas mata memandang hanya kombinasi antara hamparan endapan debu vulkanik pasca letusan tahun 2002 yang bercampur dengan vegetasi suwagi yang mati mengering.
Titik ini merupakan tempat yang pas untuk memotret lautan kaldera Papandayan seutuhnya. Asap belerang yang membumbung tinggi ke angkasa dengan latar belakang perbukitan yang mengepung Kota Garut menjadikannya serupa bayang lukisan dengan dimensi yang maha indah.
Sementara di sebelah timur, cahaya kuning kemerah-merahan mulai muncul dari balik sisa-sisa awan malam yang gelap. Hal itu menandakan tak lama lagi sang mentari akan terbit. Tentu saja, momen inilah yang kami-kami tunggu. Pemandangan sunrise di atas puncak Gunung Papandayan semakin menambah keindahan dan eksotisme, sulit dilukiskan dengan kata-kata.
Puas menikmati dan mengabadikan sunrise, kami pun beralih fokus ke para sosok model yang berparas geulis (cantik) dengan kebaya dan samping (sarung) khas Pasundan yang melekat di tubuhnya. Mata kamera kami pun siap jepart-jepret membidik. Sambil berlenggak-lenggok dan memeragakan barbagai gaya, model tersebut menjadi objek bidikan lensa kamera kami, menambah lengkap indahnya alam Papandayan. *
Baca juga: 10 Aplikasi Edit Fotografi yang Bisa Bikin Foto Sebagus Hasil Fotografer Pro