JNEWS – Masa Pendemi adalah masa dimana ekonomi telah terpuruk dari segala sektor bisnis diantaranya jual-beli, makanan, kesehatan bahkan sosial masyarakat yang sempai terhenti atau bisa dikatakan mati suri. Hampir saja masuk di tahun ketiga, Pandemi telah membunuh kita dari berbagai sektor. Dari sini lah kita bisa banyak belajar bagaimana bisa meningkatkan kemampuan survive (bertahan hidup) dan bangkit bersama. Imbas terburuk yang juga dirasakan oleh pelaku UMKM dan ekpedisi pengiriman. UMKM dan EKPEDISI adalah pasangan yang saling terkait. UMKM yang mempunyai produk untuk dijual kepada para pelanggan harus dialihkan semuanya lewat jalur pengiriman. Akses kontak fisik ditutup secara ketat. Para pelaku UMKM pun dituntut banyak perihal aturan ketika pandemi COVID-19 berlangsung. Nyawa para pembisnis seolah kembang kempis antara hidup atau mati.
Saya sendiri yang bekerja di ekpedisi selama pandemi berlangsung pun harus benar-benar ekstra menjaga kesehatan secara optimal. Apalagi banyak sekali teman kerja yang tumbang secara bergantian ditambah lagi ada juga yang sudah tervonis positif COVID sehingga harus beristirahat bahkan ada juga yang terpaksa karantina untuk beberapa minggu. Kondisi di tempat bekerja yang sudah tidak kondusif namun pekerjaan di dunia ekpedisi bukanlah bisnis kebanyakan yang bisa libur atau tutup seenaknya. Pengiriman paket harus tetap berjalan. Manajemen juga berusaha keras untuk melakukan sterilisasi tempat dan juga memberikan suplemen kesehatan bagi karyawan yang masih bekerja. Taruhan nyawa menjadi label bagi setiap karyawan. Dunia ekpedisi bukan hanya mengirim barang kemudian diterima oleh pelanggan.
Tapi banyak faktor kenapa ekpedisi itu tetap berlangsung saat pandemi berlangsung. Pertama, ekspedisi termasuk salah satu tonggak terkuat bagi para UMKM, berapa banyak UMKM yang dirugikan bahkan keluarga mereka yang butuh makan dari hasil usahanya. Apakah mereka harus banting stir menjadi seorang karyawan perusahaan, apa bisa?. Bisa jadi ada pengiriman obat-obatan bagi para pasien di rumah sakit yang silih berganti. Kedua, ekspedisi bukan hanya sebagai alat transportasi pengiriman. Sebut saja JNE, dimana tempat saya bekerja. Banyak program sosial di sini, sebut saja program FOI ( Foodbank of Indonesia) yang bekerjasama dengan SUPERINDO, sejak tahun 2008 ikut mendukung pemerintah dalam hal memerangi kelaparan di sekolah-sekolah terkait gizi pada anak di Indonesia. Program ini dilakukan setiap minggu sekali. Ketiga, Ekspedisi seperti JNE juga menjadi alat penghubung kebahagiaan, baik itu berupa kiriman berupa hadiah, kejutan ataupun barang-barang yang sekiranya mempunyai value tinggi hingga sampai ke penerima dalam waktu tertentu, aman dan sampai ke penerima sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
JNE Bangkit Bersama, Melawan Pandemi Melalui Donasi
Masih ingat di kenangan paska pandemi Covid-19 yang sudah melanda dan merongrong nyawa manusia hingga telah mematikan ekonomi di Indonesia khususnya. JNE salah satu ekpedisi yang berani dan mau bangkit kembali dari kejatuhan. JNE maju bersama melawan Covid-19 hingga wabah ini dinyatakan turun persentasenya, JNE bangkit dengan semangat baru. Menggandeng penggiat UMKM yang mulai putus di tengah jalan. Mengobati kelumpuhan ekonomi pelan-pelan dengan mengadakan seminar yang harapannya bisa memberikan energi baru bagi mereka agar bisa bangkit bersama. Memberikan solusi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. JNE mulai hidup kembali dengan fokus dalam proyek digitalisasi melalui aplikasi MILE. MILE sendiri adalah sebuah media penghubung antara ekpedisi dengan para seller. Seller hanya dituntut agar bisa fokus untuk meningkatkan penjualan produknya sedangkan mereka akan disinergikan dengan JNE. Layanan jemput bola mulai dijalankan melalui aplikasi ini. Banyak pelaku UMKM yang menyambut baik dan merasa sangat tertolong dengan keberadaan aplikasi ini. Selain aplikasi bersifat mobile, tinggal klik dimana saja bisa, seller pun tidak perlu harus keluar rumah mengantarkan paket ke counter. Semua request baik marketplace atau non marketplace dari seller bisa langsung terhubung dan terlihat di aplikasi ini. Request akan langsung masuk di aplikasi mobile kurir dan selanjutnya dilakukan penjemputan kiriman ke lokasi seller.
JNE juga berusaha untuk bisa memberikan pelayanan dan pengalaman terbaik bagi customer melalui program percepatan. Harapannya setiap kiriman/paket akan diterima oleh penerima dengan waktu sesingkat-singkatnya. Mulai dari koordinasi antar cabang terkait pengadaan jumlah armada yang dipakai, penentuan COT (Cut Off Time) setiap daerah/regional kecil hingga jangkauan luas yang dimaping sedemikian rupa agar jalur transit kiriman semakin efisien dan cepat.
Satu kata buat JNE, bagi saya adalah luar biasa. Kenapa? Ditengah-tengah jatuhnya dunia bisnis yang terjadi di Indonesia khususnya. JNE selalu mengupayakan untuk selalu melakukan donasi besar-besaran ke berbagai pelosok negeri, berbagi dengan anak-anak yatim-piatu dan juga menyalurkan bantuan bagi korban bencana alam. Program CSR (Corporate Social Responsibility) adalah langkah dan pondasi utama yang diterapkan oleh JNE. Seperti yang terlaksana tempo lalu di ulang tahun JNE ke-32 tahun yang serentak secara Nasional, JNE mengadakan kegiatan sosial yaitu berbagi kepada 32 panti asuhan di setiap cabang. Saya sendiri yang juga ikut andil menjadi panitia penyelenggaranya ikut merasakan ruh spiritual yang begitu besar. JNE meyakini bahwa dengan kita berbagi, memberi dan menyantuni adalah pondasi untuk mempertahankan keeksistensian sebuah perusahaan. JNE disebut menjadi salah satu perusahaan ekpedisi yang mengutamakan spiritual karyawannya di tengah-tengah ujian dan cobaan yang mungkin juga dirasakan selama Pandemi. Dari pandemi kita belajar, dari pandemi kita bisa mengambil hikmah dan dari pendemi JNE bangkit bersama di tengah jatuhnya ekonomi bisnis dunia.