JNEWS – memang menggoda, terutama bagi mereka yang ingin mencoba peruntungan demi mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Meski tak lagi merupakan ibu kota negeri ini, Kota Jakarta tetap menawarkan berbagai peluang. Namun tak berhenti di situ. Tinggal di Jakarta juga menuntut pengelolaan keuangan yang cermat, mengingat biaya hidup di Jakarta cukup tinggi.
Biaya Hidup di Jakarta Tertinggi di Indonesia
Biaya hidup di Jakarta dikenal sebagai yang paling tinggi di Indonesia. Berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 dari Badan Pusat Statistik (BPS), seperti dikutip dari Indonesia.go.id, rata-rata pengeluaran rumah tangga di Jakarta mencapai Rp14,88 juta per bulan. Angka tersebut naik dari Rp13,45 juta per bulan pada tahun 2018. Tingginya biaya hidup ini bahkan jauh melampaui Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta tahun 2024 yang ditetapkan sebesar Rp5.067.381 per bulan.
Kebutuhan apa saja yang paling menyedot anggaran untuk biaya hidup di Jakarta yang fantastis ini?
1. Tempat Tinggal
Sewa tempat tinggal merupakan salah satu komponen biaya hidup di Jakarta yang terbesar. Pilihannya bervariasi, mulai dari kos sederhana hingga apartemen mewah. Harganya juga beragam, tergantung lokasi, fasilitas, dan ukuran.
Untuk kos-kosan, harga umumnya berkisar antara Rp1.000.000 hingga Rp4.000.000 per bulan, tergantung fasilitas seperti AC, kamar mandi dalam, dan akses Wi-Fi. Ada juga yang di bawah Rp1 juta, pastinya fasilitasnya lebih sederhana lagi. Seperti tidak ada AC dan kamar mandi luar. Sementara itu, untuk apartemen mulai dari Rp4.000.000 per bulan.
Lokasi sangat memengaruhi harga sewa. Wilayah pusat Jakarta atau dekat kawasan bisnis seperti Sudirman dan Kuningan cenderung lebih mahal. Selain itu, biaya tambahan seperti listrik, air, dan keamanan juga perlu diperhitungkan, terutama untuk apartemen.
Cara Mengurangi:
- Cari tempat tinggal di area yang sedikit lebih jauh dari pusat kota tetapi memiliki akses transportasi umum yang efisien, seperti KRL, MRT, atau TransJakarta.
- Berbagi kamar atau unit apartemen dengan teman, rekan kerja, atau anggota keluarga bisa dipertimbangkan untuk menekan biaya sewa dan utilitas.
Baca juga: Panduan Wisata Kuliner Gado-Gado: Tempat Makan Terbaik di Jakarta
2. Makan dan Minum
Pengeluaran untuk makan sehari-hari juga merupakan salah satu pos biaya hidup di Jakarta yang cukup besar. Terutama kalau punya kebiasaan makan di luar.
Makan di food court, misalnya, minimal akan menghabiskan Rp50.000 hingga Rp100.000 per sekali makan, per orang. Kalau mau yang lebih sederhana seperti warteg sekali makan sekitar Rp15.000 hingga Rp25.000 per orang.
Biaya ini akan semakin tinggi jika termasuk kebutuhan tersier, seperti kopi dari franchise coffee shop di lantai dasar gedung kantor, atau mungkin sambil brunch. Bisa jadi, ada tambahan Rp50.000-Rp100.000 per pembelian. Taruhlah dengan Rp200.000 per hari untuk makan dan jajan, maka sebulan akan butuh Rp6.000.000 untuk pos makan saja.
Cara Mengurangi:
- Memasak makanan di rumah adalah cara paling efektif untuk menghemat pengeluaran makan. Biaya rata-rata makan bisa ditekan mulai dari Rp10.000, bahkan hingga Rp50.000 per porsi.
- Membawa bekal dari rumah untuk makan siang di kantor atau kampus juga bisa memangkas pengeluaran makanan ini.
- Batasi kebiasaan nongkrong di kafe atau memesan makanan dan minuman yang mahal. Mungkin bukan dihilangkan sama sekali. Kurangi saja, misalnya dari 3 kali seminggu menjadi sekali seminggu, atau dua kali sebulan.
3. Transportasi
Transportasi ternyata juga menjadi salah satu pos biaya hidup di Jakarta yang cukup signifikan. Biaya transportasi harian dapat dengan cepat bertambah, terutama jika menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil atau motor.
Biasanya pengeluaran ini terdiri atas BBM, parkir, perawatan kendaraan, hingga pajak, yang jika diakumulasikan bisa mencapai jutaan rupiah setiap bulan.
Cara Mengurangi:
Sebagai alternatif, menggunakan transportasi umum dapat menjadi pilihan yang lebih ekonomis dan efisien. Beberapa opsi transportasi umum tersedia di Jakarta, dan kini semakin nyaman digunakan. Misalnya:
- Bus TransJakarta, tarif flat Rp3.500 per perjalanan.
- MRT Jakarta, tarif paling mahal Rp14.000 per perjalanan.
- KRL Commuter Line, tarif mulai dari Rp6.000.
- Angkutan online juga bisa jadi alternatif praktis untuk perjalanan jarak pendek, meskipun biayanya lebih tinggi dibandingkan transportasi umum tradisional.
4. Kebutuhan Komunikasi (Pulsa dan Internet)
Biaya komunikasi dan internet sudah jadi kebutuhan primer sekarang ini, dan pengeluarannya juga cukup signifikan dalam komponen biaya hidup di Jakarta.
Biaya bulanan untuk komunikasi dapat bervariasi, mulai dari Rp100.000 hingga Rp1.000.000, tergantung pada jenis layanan, kuota internet, kecepatan jaringan, dan penyedia layanan yang digunakan.
Selain kebutuhan dasar, banyak juga yang mengeluarkan biaya tambahan untuk layanan streaming, aplikasi berlangganan, atau kuota khusus untuk media sosial.
Cara Mengurangi Biaya Komunikasi:
- Evaluasi kebutuhan komunikasi dan internet. Pilih paket yang sesuai dengan kebutuhan, hindari membayar lebih untuk fitur yang jarang digunakan.
- Teliti berbagai penawaran dari penyedia layanan telekomunikasi. Jika ada promo menarik seperti kuota tambahan, diskon, atau langganan aplikasi gratis, tak ada salahnya dimanfaatkan.
- Maksimalkan penggunaan Wi-Fi gratis di tempat umum untuk mengurangi penggunaan data seluler.
- Batasi streaming video atau musik dalam kualitas tinggi menggunakan data seluler. Unduh konten saat terhubung ke Wi-Fi untuk konsumsi offline.
Baca juga: Rekreasi di Jakarta dengan Anggaran Terbatas: 6 Aktivitas Gratis atau Terjangkau yang Bisa Dilakukan
5. Gaya Hidup dan Hiburan
Pengeluaran untuk gaya hidup dan hiburan sering kali menjadi faktor yang membuat biaya hidup di Jakarta membengkak. Aktivitas seperti nongkrong di kafe, makan di restoran mewah, nonton film di bioskop, sampai nonton konser bisa menghabiskan anggaran cukup besar.
Contohnya, sekali nongkrong di kafe bisa menghabiskan Rp50.000 hingga Rp150.000 per orang, nonton bioskop sekitar Rp50.000 hingga Rp150.000 per tiket, sementara nonton tiket sampai jutaan, apalagi kalau artisnya kelas dunia.
Gaya hidup yang mengutamakan pengalaman juga kerap memunculkan pengeluaran tak terduga. Misalnya suka traveling ke tempat wisata premium. Meskipun aktivitas ini memberikan kesenangan, mengelola frekuensi dan prioritasnya dapat membantu menjaga keseimbangan keuangan.
Cara Mengurangi Pengeluaran Gaya Hidup dan Hiburan:
- Tentukan anggaran bulanan khusus untuk hiburan dan patuhi batas tersebut. Misalnya, setiap bulan hanya boleh menggunakan 20% dari penghasilan untuk gaya hidup dan hiburan ini.
- Pilih opsi hiburan yang lebih ekonomis, seperti menonton film di rumah melalui layanan streaming berlangganan atau gratis, membaca buku, atau mengunjungi taman kota. Streaming memang bisa bikin bengkak biaya kuota, tetapi setidaknya lebih murah daripada datang ke bioskop.
Biaya hidup di Jakarta memang tinggi. Namun, faktanya, justru di situlah menjadi hal yang menarik banyak orang untuk menguji peruntungan mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Biaya hidup yang tinggi sebanding dengan peluang besar yang ditawarkan kota ini.
Dengan perencanaan yang matang dan pengelolaan keuangan yang tepat, tantangan biaya hidup dapat diubah menjadi motivasi untuk mencapai kehidupan yang lebih stabil dan sejahtera.