JNEWS – Pagi itu cuaca cerah berawan. Dengan langkah perlahan, Linda Liunokas memasuki kantor JNE di Jalan Diponegoro nomor 30, Wetabua, Kecamatan Teluk Mutiara, Kabupaten Alor, Senin, (15/7/2024).
“Selamat pagi, selamat datang di Kantor JNE Cabang Wetabua, ” kata Puteri menyambut hangat kedatangan Linda. “Selamat pagi juga ibu, ” ujar Linda membalas sapaan Puteri. Linda tampak menjinjing sebuah kantong berisikan tiga botol hand body.
Suasana masih sepi. Linda merupakan pelanggan pertama yang berkunjung hari itu. Linda dipersilahkan duduk di sebuah kursi plastik. “Ada yang bisa kami bantu ibu ?,” tanya Puteri. Linda ingin mengirim pesanan hand body ke Kota Kupang.
Tanpa pikir panjang, Puteri menyodorkan sebuah kertas putih kosong serta pena sembari meminta Linda menulis alamat tujuan pengiriman. Sedangkan Puteri packing paket yang hendak dikirim Linda ke Kota Kupang. Beratnya paket Linda hari itu 1 (satu) Kilogram.
Beberapa menit berselang, Puteri memberikan data pengiriman barang kepada Linda. Harganya relatif murah, Rp 34.000 dengan lama pengiriman satu sampai dua hari. Karena Linda memilih paket COD atau pembayaran di tempat maka bukti itu cukup dibawa pulang. “Paket ibu beratnya kurang lebih satu Kilogram. Untuk pengiriman ke Kupang butuh satu sampai dua hari dengan harga Rp 34.000,” kata Puteri sambil menyodorkan slip pembayaran kepada Linda. Wanita asal Kota Kupang itu menatap Puteri dengan senyum sumringah.
Linda tampak bahagia lega lantaran bisnisnya tetap lancar walau baru saja pindah domisili pasca menikah pada 24 Mei 2024 lalu. Linda memilih untuk ikut suami, Ludji Togi ke tempat tugas di Kalabahi, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sebelum menikah, Linda tinggal di Kota Kupang sejak tahun 2017. Wanita kelahiran, Kefamenanu, 3 November 1997 itu menempuh pendidikan strata satu di Politeknik Negeri Kupang. Seperti mahasiswi pada umumnya, kehidupan Linda kala itu dibiayai penuh oleh keluarga.
Buah hati dari pasangan Simeon Liunokas dan Paulina Bangngu itu dikenal periang dan komunikatif. Setiap harinya Linda sibuk dengan aktivitas sebagai mahasiswi, tanpa memikirkan biaya hidup. Linda mendapat kiriman biaya kebutuhan hidup dari keluarga Rp 2.000.000/bulan. Itu sudah termasuk biaya sewa kos untuk dua orang.
Baca juga:Â Spot Diving Terbaik di Nusa Tenggara Barat untuk Menikmati Keindahan Bawah Laut
Untuk memenuhi kebutuhan hidup selama sebulan, Linda bersama saudarinya harus menghemat sedemikian rupa agar uang itu cukup. Biaya hidup yang diberikan keluarga benar-benar serba terbatas. Kondisi ini berjalan hampir tiga tahun atau enam semester. Jumlah kiriman keluarga yang jauh dari kata cukup itu membuat Linda harus memutar otak untuk mencari pendapatan tambahan agar memenuhi kebutuhan gaya hidup, seperti perawatan kulit agar tetap terlihat cantik dan menarik.
Suatu hari di musim semi, menjelang semester tujuh. Tanpa sengaja, Linda mencoba membuat sebuah racikan hand body untuk mencerahkan kulit yang kusam. Awalnya Linda cuman iseng. Namun, tak disangka, hasil racikan hand body yang dibuat Linda memberikan hasil yang memuaskan. Kulit kusam Linda berubah menjadi cerah dalam waktu yang tidak terlalu lama. Alhasil, wajah cerah Linda mengundang tanya dari rekan-rekannya.
“Saya waktu itu pakai hand body racikan sendiri tidak sampai satu bulan, wajah, dan kulit saya kelihatan cerah. Teman-teman semua tanya pakai apa, dan ada yang mau pesan,” kata Linda saat berbincang dengan VN.
Melihat animo yang begitu baik dari rekan-rekan seangkatan, muncullah ide bisnis di benak Linda untuk merintis usaha hand body yang kemudian diberi nama HB Glow. Linda merintis usaha HB Glow sejak awal Februari 2021. Linda meracik HB Glow dalam takaran yang sedang. Lantaran, menggunakan modal yang kecil. Modal yang digunakan Linda kala itu sekitar Rp 100.000. Itu adalah uang hasil tabungan dari pemberian orang tua.
Linda memakai cup kecil ukuran 250 Mililiter (ml) untuk menyimpan HB Glow. Lima cup pertama terjual habis dalam kurun waktu sehari. Satu cup kecil dipatok Rp 65.000. Linda kemudian meracik lagi dengan jumlah 10 cup. Lagi-lagi, produk racikan Linda menjadi rebutan pelanggan.
Semakin ramainya orderan HB Glow membuat Linda harus bertransformasi dari kemasan cup kecil ke dalam kemasan botol 250ml. Harganya pun disesuaikan dengan isi dompet mahasiswa. Satu botol HB Glow dipatok Rp 65.000. Harga yang cukup murah bagi kalangan mahasiswa-mahasiswi.
Omset Puluhan Juta
Bicara omset tentu sangat dinamis dalam sebuah usaha. Omset yang diperoleh Linda perbulan tidak menentu, namun sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sungguh bahagia. Gumam Linda.
Untuk menarik minat pelanggan, Linda sering memberlakukan promo penjualan. Jika menjual dengan harga normal, Linda berhasil menjual 50-60 botol HB Glow per bulan. Namun jika dia memberikan tawaran promo dengan harga Rp 50.000/botol maka bisa terjual 300-400 botol per bulan dengan omset puluhan juta.
“Saya biasanya sebulan itu mendapat omset penjualan sampai Rp 15.000.000. Hasil usaha HB Glow dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup, membantu ekonomi keluarga, dan ikut membiayai pendidikan adik yang masih duduk di bangku perguruan tinggi,” jelas Linda
Sungguh luar biasa. Sebuah hasil yang tidak mengkhianati proses. Alasan utama Linda merintis usaha HB Glow sejak duduk di bangku perguruan tinggi yakni bisa mandiri secara ekonomi, dan tidak terlalu membebankan orang tua.
Baca juga:Â Temukan Khasiat dari 5 Bahan Pangan Khas Nusa Tenggara Timur
Benar apa yang dikatakan Linda. Sejak semester tujuh hingga saat ini, Linda membiayai hidup sendiri dengan hasil usaha HB Glow. “Iya, saat semester tujuh itu dia tidak minta uang lagi. Dia bilang sudah bapak, saya ada uang. Saya bilang dapat beasiswa ? Dia bilang tidak. Tapi saya ada usaha kecil-kecilan,” kata Simeon Liunokas menirukan percakapan bersama Linda kala itu.
Usaha Linda berkembang begitu cepat. Dalam kurung waktu yang tidak terlalu lama, Linda bersama suaminya sudah bisa membeli rumah sendiri sebelum menikah. Linda percaya, Tuhan tidak pernah menutup mata untuk sebuah usaha yang selalu didoakan. Ia tidak pernah memaksa orang untuk membeli produknya, tetapi selalu menjadi pilihan pelanggan.
Saat ini, Linda memiliki ribuan pelanggan maupun reseller yang tersebar di seluruh Indonesia. Penyebarannya juga cukup luas, tidak hanya di dalam Provinsi, namun juga sampai luar NTT seperti, Jawa Tengah, Papua, Aceh, Maluku, Bali bahkan negara tetangga Timor Leste.
Pelanggan Luar NTT
Kesuksesan Linda dalam merintis usaha HB Glow hingga saat ini tidak terlepas dari peran JNE. Biasanya, Linda mengantar langsung orderan pelanggan yang berada di Kota Kupang. Namun, untuk melayani pelanggan yang berada di luar Kota Kupang bahkan luar pulau selalu menggunakan jasa pengiriman.
Dahulu, Linda menggunakan dua jasa pengiriman lain. Sayangnya, pelayanan dari dua jasa pengiriman ini tidak memenuhi kebutuhan Linda, sehingga beralih ke JNE, lantaran JNE bisa memberikan pelayanan yang sesuai kebutuhan. Jika di jasa pengiriman barang lain tidak bisa packing produk HB Glow, maka JNE bisa packing dengan harga yang murah. Pelayanan di JNE dinilai sungguh jauh lebih baik dibanding jasa pengiriman lain. JNE memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan berkualitas. “Saya tidak pakai Lion Parcel dan JNT lagi, karena pengalaman saya selama ini JNE punya pelayanan jauh lebih bagus, mereka bisa packing produk saya dengan baik,” kata Linda.
Kelebihan lain JNE, kata Linda, bisa berkoordinasi dan konsultasi sebelum melakukan pengiriman. Walaupun berada di luar Kota Kupang, Linda cukup meminta kurir JNE untuk mengambil produk HB Glow di rumah, dan mengantar ke kantor. Selanjutnya diproses, dan dikirim ke pelanggan. Menurut Linda, pelayanan JNE sudah sejalan dengan visi utama untuk menjadi perusahaan logistik terdepan di negeri sendiri yang berdaya saing Global.
Baca juga:Â Jejak Sejarah Nusa Penida: dari Kerajaan Kuno hingga Era Modern
Khusus untuk pelanggan di Timor Leste, biasanya Linda kirim melalui JNE di kawasan tapal batas Indonesia-Â Timor Lesta tepatnya Motaain, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu. Kemudian dikirim lagi ke Timor Leste menggunakan jasa angkutan lintas batas negara. “Saya sangat puas dengan pelayanan JNE, biaya packing pun sangat murah. Semoga terus dipertahankan, dan ditingkatkan. Saya pikir kalau ada Pertamina Indonesia cabang Timor Leste, maka JNE perlu buka cabang di Timor Leste juga,” pinta Linda.
Bagi Linda, kehadiran JNE tidak sekadar menjadi perusahaan jasa logistik, namun ikut membangun ekonomi masyarakat hingga pelosok Negeri. (Kekson Salukh).
*Artikel ini pertama kali tayang di media Victory News, Kupang, dan menjadi pemenang ketiga dalam JNE Content Kategori Writing untuk Media Cetak.