Biaya logistik yang tinggi di Batam menjadi perbincangan yang hangat di kalangan pengusaha di Tanah Air saat ini. Badan Pengusaha (BP) Batam pun menjanjikan adanya penurunan biaya logistik mulai bulan September 2020.
Sekadar informasi, biaya logistik di Batam ini bahkan melebihi biaya logistik yang ada di Jakarta. Pengiriman dari Jakarta ke Singapura pun disebut lebih murah ketimbang melalui Batam. Tingginya biaya logistik ini pun disebut menjadi kendala bagi investor untuk masuk ke Batam.
Melihat fenomena ini, Kepala Badan Pengusaha (BP) Batam Muhammad Rudi menjelaskan ada upaya dari pihaknya untuk meminimalisir kendala investor masuk ke Batam. Salah satu upaya yang utama adalah memastikan biaya keluar masuk logistik dari dan ke Singapura bisa lebih kompetitif dengan daerah sejenis.
Rudi pun meyakini bahwa permasalahan biaya logistik yang tinggi ini bisa diselesaikan hingga akhir September 2020. “Sejak saya menjabat sebagai Kepla BP September 2019 lalu, permintaan penurunan biaya logistik ini sudah diajukan, Insyaallah September 2020 akan kita buktikan,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Wali Kota Batam itu beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Biaya Logistik Tinggi di Batam Dikeluhkan Pengusaha
Seperti diketahui, saat ini untuk mengirim peti kemas 20 feet dari Batam ke Singapura, pengusaha harus mengeluarkan biaya sebesar USD 470 atau sekitar Rp6,8 jutaan (kurs Rp14.500) dengan perjalanan tiga jam. Berbeda dengan pengiriman barang dari Jakarta ke Singapura dengan ukuran yang sama hanya mengeluarkan biaya USD 250 atau senilai Rp3,6 jutaan dengan waktu perjalanan yang sama pula.
Problematika mengenai biaya logistik tinggi ini turut diamini oleh Presiden Direktur PT. Sat Nusapersada Abidin Hasibuan. Ia pun berpendapat bahwa hal ini turut mempengaruhi pilihan investor dalam berivenstasi. Karenanya upaya untuk membuatnya kompetitif dengan daerah perdagangan sejenis dengan Batam harus segera dilkukan.
“Investor banyak memiliki perbandingan, walaupun Batam punya FTZ yg memang menarik, tapi mereka tetap membandingkan dengan daerah lain. Mereka akan melihat faktor safety, kemudian cost. Biaya logistic kita sangat mahal tidak masuk akal, hal inilah yang perlu kita sikapi,” kata Abidin.
Baca Juga: Mampukah Eksosistem Logistik Nasional Tekan Biaya Logistik?
Pengembangan Kawasan BBKT
Turut berbicara mengenai tingginya biaya logistik, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono menyebut bahwa hal ini merupakan permasalahan klasik yang belum diuraikan. Ia berjanji akan segera menyelesaikan hambatan tersebut, agar investor bisa kembali ramai masuk ke Batam.
“Ini kami betul-betul diingatkan lagi masalah mendasar yang akan jadi pertimbangan investor ketika akan mulai melakukan investasi,” ujarnya.
Sebagai salah satu langkah, Susiwijono menyebut bahwa pemerintah tengah menyusun masterplan percepatan pengembangan Kawasan Batam, Bintan, Karimun, dan Tanjungpinang (BBKT). Tujuan dari master plan ini untuk mendorong pertumbuhan investasi salah satunya melalui Batam.
Disebut Susiwijono yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Teknis Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (KPBPB), pemerintah saat ini tengah mengembangkan kawasan BBKT sebagai hub logistik internasional untuk mendukung pengembangan industri, perdagangan, maritim, dan pariwisata Indonesia.
“Desainnya, masing-masing pulau memiliki core business (inti bisnis) yang terintegrasi dan saling mendukung untuk meningkatkan daya saing kawasan BBKT,” kata Susiwijono.
Menurutnya, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi kawasan BBKT sebesar 5,8 persen pada 2021-2025. Untuk mencapai target tersebut, maka dibutuhkan rata-rata investasi tahunan sebesar Rp75 triliun. Porsinya, Batam 73 persen, Bintan 13 persen, Tanjungpinang 11 persen, dan Karimun 3 persen.