Candi Ijo: Candi Tertinggi di Yogyakarta dengan Panorama Menakjubkan

JNEWS – Candi Ijo adalah salah satu tempat bersejarah di Yogyakarta yang mengagumkan pemandangannya. Lokasinya ada di perbukitan tinggi.

Meski sudah berusia ratusan tahun, bentuk dan detail arsitektur Candi Ijo masih bisa dinikmati sampai sekarang. Dari atas bukit, suasana sore hari di tempat ini sering jadi momen favorit pengunjung.

Sejarah Candi Ijo: Sejak Kerajaan Mataram Kuno

Candi Ijo merupakan peninggalan bersejarah dari masa Kerajaan Mataram Kuno. Letaknya berada di lereng perbukitan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dan menjadi candi tertinggi di antara candi-candi lain di daerah tersebut. Dari sini, pengunjung bisa melihat hamparan pemandangan hijau yang luas, dan kemudian menjadi cikal bakal nama “Ijo”.

Candi ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 850–900 Masehi, pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dan Rakai Kayuwangi. Fungsinya saat itu sebagai tempat pemujaan agama Hindu.

Nama “Ijo” sendiri sudah disebut dalam Prasasti Poh yang berangka tahun 906 Masehi. Dalam prasasti berbahasa Jawa Kuno itu tertulis “… anak wanua i wuang hijo …”, yang berarti “anak desa, orang Ijo”. Prasasti ini ditemukan di Desa Randusari, Kabupaten Klaten, terdiri dari dua lempeng tembaga dari masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung.

Selama berabad-abad, Candi Ijo terkubur dan terlupakan. Baru pada tahun 1886, seorang warga Belanda bernama H.E. Dorrepaal menemukannya secara tak sengaja. Saat mencari lahan untuk perkebunan tebu, ia melihat gundukan batu besar yang ternyata bagian dari reruntuhan candi.

Penemuan ini kemudian menarik perhatian para arkeolog untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian awal dilakukan oleh C.A. Rosemeir yang menemukan tiga arca batu, yakni arca Ganesha, arca Siwa, dan satu arca bertangan empat tanpa kepala yang memegang cakra.

Tata letak bangunan Candi Ijo kemudian digambar oleh H.L. Heidjie Melville. Setelah itu, penelitian lanjutan dilakukan oleh Dinas Purbakala pada tahun 1958. Pemugaran besar dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta, dan baru selesai pada tahun 1997.

Kini, Candi Ijo menjadi salah satu situs bersejarah penting di Yogyakarta. Lokasinya tidak jauh dari Candi Ratu Boko dan Candi Prambanan, membuatnya kerap menjadi bagian dari jalur wisata sejarah Mataram Kuno. Selain nilai sejarahnya, pemandangan alam di sekitarnya juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.

Baca juga: Candi Ratu Boko di Yogyakarta: Destinasi Wisata Sejarah dengan Sunset Terbaik

Arsitektur dan Bagian-Bagian Candi Ijo

Candi Ijo Yogyakarta dengan Panorama Menakjubkan

Candi Ijo berada di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Lokasinya ada di atas bukit dengan ketinggian sekitar 425 meter di atas permukaan laut, dan luasnya sekitar 0,8 hektare.

Struktur dan Tata Ruang Kompleks Candi

Candi Ijo memiliki 17 struktur bangunan yang tersebar di 11 teras. Semakin ke atas, terasnya dianggap semakin suci. Puncaknya adalah teras paling tinggi, tempat candi utama berdiri.

Pola tata ruang seperti ini disebut punden berundak. Bentuk struktur ini sebenarnya sudah diperkenalkan sejak masa Megalitikum, jauh sebelum pengaruh Hindu-Buddha masuk ke Nusantara. Bagi masyarakat kuno, bentuk punden berundak merupakan simbol penghormatan pada leluhur atau kekuatan spiritual yang lebih tinggi.

Candi Utama dan Candi Perwara

Di teras tertinggi, berdiri candi utama yang menjadi pusat kegiatan pemujaan. Tepat di depannya berjajar tiga candi kecil yang disebut candi perwara. Para ahli menduga, ketiga candi kecil ini dibangun untuk menghormati tiga dewa utama dalam agama Hindu, yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa.

Masing-masing candi perwara punya ruang di dalamnya dengan jendela berbentuk belah ketupat. Atapnya bertingkat tiga dan dihiasi deretan ratna, ornamen khas candi Hindu. Di candi perwara bagian tengah, terdapat arca Lembu Nandini, kendaraan Dewa Siwa.

Detail Arsitektur Candi Utama

Bangunan utama Candi Ijo berbentuk persegi dengan pintu masuk di sisi barat. Di kedua sisi pintu terdapat relung berbentuk jendela, sementara di dinding utara, timur, dan selatan terdapat tiga relung di setiap sisi. Relung-relung ini dulunya berisi arca para dewa, tetapi kini sudah kosong.

Pintu masuk candi berada sekitar 1,2 meter di atas tanah. Jadi kalau ingin masuk, pengunjung perlu menaiki beberapa anak tangga lebih dulu.

Bagian atas pintu dihiasi ukiran Kala Makara, yang merupakan motif khas candi-candi kuno di Jawa. Uniknya, kepala Kala di sini tidak memiliki rahang bawah, ciri khas yang juga ditemukan di Candi Prambanan dan candi-candi lain di Jawa Tengah. Simbol Kala Makara ini melambangkan dua kekuatan alam. Kala sebagai kekuatan matahari dan Makara sebagai kekuatan bumi.

Makna Simbolik di dalam Candi

Di dalam ruangan utama terdapat lingga dan yoni, simbol penyatuan suci antara Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Lingga melambangkan energi maskulin, sedangkan yoni melambangkan energi feminin.

Keduanya diletakkan di atas figur ular sendok, makhluk mitologi yang dipercaya sebagai penyangga bumi. Ruangan ini merupakan yang terbesar di antara seluruh bangunan di kompleks Candi Ijo.

Bahan Bangunan Candi

Candi Ijo dibangun menggunakan batu andesit, jenis batuan beku yang juga digunakan dalam pembangunan Candi Prambanan. Batu ini dipilih karena kuat dan tahan lama terhadap cuaca.

Penggunaan material yang sama menunjukkan bahwa kedua candi ini berasal dari masa dan tradisi arsitektur yang serupa pada masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno.

Panduan Berkunjung ke Candi Ijo Yogyakarta

Dikutip dari situs resmi Pemkab Sleman, Candi Ijo berada di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dari pusat Kota Yogyakarta, jaraknya sekitar 18 kilometer atau sekitar 45 menit perjalanan.

Rute paling mudah adalah lewat arah Candi Prambanan, kemudian lanjut menuju Candi Ratu Boko, dan ikuti jalan menanjak ke arah bukit hingga sampai di Candi Ijo. Meski jalannya agak berliku dan menanjak, pemandangannya cantik banget, terutama menjelang sampai di lokasi.

Candi Ijo buka setiap hari, mulai dari pukul 07.00 hingga 17.00 WIB. Waktu terbaik untuk datang biasanya sore hari, karena banyak pengunjung yang ingin menikmati matahari terbenam di halaman candi. Pemandangannya benar-benar keren dari ketinggian sekitar 425 meter di atas permukaan laut.

Untuk tiket masuk, harganya masih sangat terjangkau:

Selain itu, ada biaya parkir tambahan, motor dan mobil dikenakan tarif berbeda, tergantung jenis kendaraan.

Kalau mau lebih nyaman, sebaiknya datang di hari biasa. Saat akhir pekan atau musim liburan, tempat ini bisa cukup ramai. Gunakan alas kaki yang nyaman karena sebagian jalan menuju candi sedikit menanjak. Bawa air minum sendiri, karena warung di sekitar lokasi tidak terlalu banyak.

Jangan lupa juga untuk tetap menjaga kebersihan dan bersikap sopan selama di area candi. Selain jadi tempat wisata, Candi Ijo juga merupakan situs bersejarah dan tempat sakral bagi sebagian orang.

Selain nilai sejarahnya yang tinggi, Candi Ijo juga dikenal karena suasananya yang tenang dan pemandangan hijau yang luas. Dari atas bukit, pengunjung bisa melihat hamparan sawah, perbukitan, bahkan landasan Bandara YIA di kejauhan saat cuaca cerah.

Baca juga: Menelusuri Candi Prambanan dan Candi-Candi di Sekitarnya

Tempat ini cocok banget buat yang ingin menikmati sisi Yogyakarta yang lebih tenang. Jauh dari keramaian, tapi tetap penuh cerita masa lalu.

Exit mobile version