JNEWS – Candi Kedulan adalah salah satu situs bersejarah yang menarik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya berada di Dusun Kedulan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman.
Candi ini merupakan peninggalan bercorak Hindu yang dibangun sekitar abad ke-8 hingga ke-9, pada masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno. Jika dilihat dari gaya arsitekturnya, Candi Kedulan memiliki kemiripan dengan beberapa candi lain di sekitar Prambanan, yang juga menjadi saksi sejarah berkembangnya agama Hindu di Jawa pada masa itu. Meski kini terlihat kokoh setelah melalui proses pemugaran, dulunya candi ini tertimbun di bawah tanah selama berabad-abad lho.
Sejarah Candi Kedulan

Sebelumnya, posisi Candi Kedulan berada sekitar tiga hingga tujuh meter di bawah permukaan tanah, mirip seperti Candi Sambisari yang lokasinya tidak terlalu jauh. Para ahli menduga, candi ini tertimbun akibat letusan besar Gunung Merapi sekitar awal abad ke-11, kemungkinan sekitar tahun 1006 Masehi.
Letusan itu begitu dahsyat hingga menutupi kawasan luas dengan material vulkanik. Dari hasil penelitian, tanah di sekitar candi memiliki 13 lapisan berbeda, yang menunjukkan bahwa wilayah ini beberapa kali tertimpa letusan besar Merapi. Jadi, bisa dibayangkan betapa panjang proses alam yang membuat candi ini sempat “hilang” dari permukaan bumi.
Penemuan kembali Candi Kedulan terjadi secara tidak sengaja. Pada 24 November 1993, beberapa penambang pasir di Desa Tirtomartani menemukan batu-batu kuno di lahan gersang yang merupakan tanah bengkok milik desa.
Setelah diperiksa oleh tim dari SPSP Prambanan (sekarang Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY), diketahui bahwa sekitar 85 persen batu asli candi masih utuh, meskipun posisinya sudah tercerai-berai. Temuan ini dianggap sangat berharga, sehingga pemerintah memutuskan untuk segera melakukan proses pemugaran agar candi dapat berdiri kembali seperti semula.
Baca juga: Candi Sambisari: Permata Sejarah yang Terkubur dan Ditemukan Kembali
Beberapa Prasasti Ditemukan
Selama proses penggalian, para arkeolog menemukan sejumlah benda penting yang memperkaya informasi tentang sejarah candi ini.
Pada tahun 2003, ditemukan dua prasasti yang ditulis dengan aksara dan bahasa Jawa Kuno. Kedua prasasti itu diberi nama Prasasti Pananggaran dan Prasasti Sumundul, yang bertanggal 15 Agustus 868 Masehi.
Isinya menceritakan tentang pembebasan pajak tanah di dua wilayah, yaitu Desa Pananggaran dan Desa Parhyangan. Tanah itu dibebaskan untuk mendukung pembangunan bendungan, irigasi, serta pendirian bangunan suci bernama “Tigaharyyan.” Informasi ini memberi gambaran bahwa kawasan sekitar Candi Kedulan dulunya merupakan wilayah penting bagi kehidupan masyarakat agraris pada masa Kerajaan Mataram Kuno.
Berlanjut tahun 2015 ditemukan lagi satu prasasti baru yang disebut Prasasti Tlu Ron, bertanggal 30 Maret 900 Masehi. Isi prasasti tersebut berkaitan dengan perbaikan bendungan serta penetapan tanah perdikan untuk bangunan suci “Tiga Ron”.
Berdasarkan isi kedua prasasti sebelumnya, kemungkinan besar nama asli candi ini dahulu adalah Parhyanan i Tigaharyyan atau Parahyanan Haji i Tlu Ron, yang berarti “tempat suci di Tigadaun”. Nama tersebut menggambarkan fungsi candi sebagai tempat pemujaan dan pusat kegiatan spiritual kerajaan.
Setelah Pemugaran
Setelah melalui proses panjang, akhirnya pemugaran candi utama selesai pada 1 November 2019. Pekerjaan ini memakan biaya sekitar 1,5 miliar rupiah dan diresmikan dengan upacara peletakan kemuncak candi.
Setahun setelah itu, pada tahun 2020, pemugaran dilanjutkan ke bagian candi perwara yang berada di sekitar bangunan utama. Kini, Candi Kedulan menjadi salah satu destinasi sejarah yang menarik untuk dikunjungi.
Arsitektur Candi Kedulan
Arsitektur Candi Kedulan memiliki kemiripan yang cukup jelas dengan Candi Sambisari. Keduanya sama-sama menunjukkan ciri khas gaya bangunan Hindu dari masa Mataram Kuno.
Bentuk bangunan yang kokoh, relief yang halus, dan tata letaknya yang teratur menjadi bukti bahwa masyarakat pada masa itu sudah memiliki kemampuan teknik dan seni yang tinggi. Namun, meski mirip, Candi Kedulan punya ciri khas tersendiri yang membuatnya unik dan berbeda dari candi-candi lain di sekitarnya.
Ciri khas yang menonjol dari Candi Kedulan adalah adanya hiasan relief berbentuk mulut kala atau wajah raksasa. Dalam kepercayaan Hindu, sosok kala biasanya melambangkan penjaga atau pelindung dari kekuatan jahat. Hiasan seperti ini umumnya ditempatkan di bagian atas pintu masuk candi. Keberadaan relief kala di Candi Kedulan menunjukkan bahwa bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tapi juga dipercaya memiliki kekuatan spiritual untuk melindungi area di sekitarnya.
Dikutip juga dari Jogjacagar, berbeda dengan Candi Sambisari yang menghadap ke barat, Candi Kedulan menghadap ke arah timur. Arah ini memiliki makna simbolis yang penting dalam ajaran Hindu, karena timur dianggap sebagai arah matahari terbit dan lambang kehidupan baru.
Dugaan arah hadap ini diperkuat oleh penemuan arca Ganesha yang berada di sisi barat bilik utama candi. Dalam struktur candi Hindu, posisi arca Ganesha biasanya memang diletakkan di sisi barat ruang utama, sehingga hal ini memperkuat dugaan orientasi bangunannya.
Bentuk denah Candi Kedulan sendiri cukup sederhana, yaitu berbentuk persegi dengan ukuran sekitar 4 x 4 meter. Dari hasil rekonstruksi, diketahui bahwa kompleks Candi Kedulan terdiri dari satu candi induk dan tiga candi perwara yang berada di sisi timurnya. Tata letak seperti ini umum ditemukan pada candi-candi Hindu. Meskipun ukurannya tidak terlalu besar, susunan arsitekturnya menunjukkan keseimbangan dan ketepatan perhitungan yang luar biasa.
Selain bangunan utama, para arkeolog juga menemukan berbagai benda peninggalan penting di sekitar lokasi penggalian. Beberapa di antaranya adalah Lingga-Yoni yang menjadi simbol penyatuan antara Dewa Siwa dan Dewi Parwati, lambang keseimbangan antara laki-laki dan perempuan dalam kosmologi Hindu.
Ada juga arca Durga Mahisasuramardini yang menggambarkan Dewi Durga sedang membunuh raksasa bertubuh kerbau, simbol kemenangan kebaikan atas kejahatan. Selain itu, ditemukan pula arca Nandiswara, Makara, Ganesha, dan Agastya. Semua temuan ini semakin menegaskan bahwa Candi Kedulan merupakan candi bercorak Hindu yang kemungkinan besar dipersembahkan untuk Dewa Siwa.
Baca juga: Menelusuri Candi Prambanan dan Candi-Candi di Sekitarnya
Candi Kedulan sekarang jadi salah satu bukti nyata sejarah yang masih bisa kita lihat dari dekat. Setelah lama tertimbun lahar, candi ini akhirnya bisa dipulihkan dan berdiri kembali seperti dulu.
Tempat ini bukan hanya penting bagi penelitian, tapi juga menarik untuk dikunjungi siapa pun yang ingin mengenal peninggalan masa Kerajaan Mataram Kuno. Lewat Candi Kedulan, kita bisa belajar bahwa warisan sejarah tetap bisa hidup kalau dijaga dengan baik.