JNEWS – Berjalan-jalan ke Candi Muncar rasanya seperti kembali ke alam yang sebenarnya. Nama tempat ini mungkin belum sepopuler destinasi wisata lain, tapi justru itu yang membuatnya terasa lebih istimewa. Ada nuansa sakral dan alami yang jarang ditemukan di tempat lain.
Berada di sini, waktu seakan berjalan lebih lambat. Suara gemericik air, semilir angin, dan aroma tanah basah jadi teman perjalanan.
Tidak ada gedung tinggi, tidak ada suara klakson. Yang ada hanya bentang alam yang masih asli, dipadu dengan sisa-sisa peninggalan yang memantik rasa ingin tahu.
Asal Usul Candi Muncar
Asal-usul Candi Muncar menyimpan banyak cerita yang sampai sekarang masih sering diperdebatkan para ahli. Ada yang meyakini bahwa kawasan ini dulunya merupakan bagian dari sebuah kerajaan kuno.
Kata candi sendiri diyakini merujuk pada bangunan suci atau tempat pemujaan yang telah lama hilang, entah karena runtuh dimakan waktu atau terkubur bencana alam. Jejaknya sulit ditemukan, namun namanya tetap bertahan di ingatan masyarakat setempat.
Menurut cerita lokal, Candi Muncar dulu dipakai sebagai tempat pemujaan atau meditasi para raja dan pemuka agama. Tempat ini dianggap sakral dan dipercaya memiliki hubungan erat dengan kekuatan spiritual di masa lalu. Cerita-cerita turun-temurun tentang doa dan tapa di tempat ini masih sering terdengar sampai sekarang.
Sebagian besar bangunannya memang sudah hancur dimakan waktu. Tapi, jejak sejarah dan keindahannya masih terasa sampai sekarang. Peninggalan ini diperkirakan berasal dari masa klasik Hindu-Buddha, sekitar abad ke-9 hingga ke-10. Hal ini menunjukkan bahwa daerah ini punya peran penting di zamannya.
Yang paling menarik dari Candi Muncar adalah ukiran-ukiran batu yang masih bertahan di beberapa bagian. Di dindingnya, kita bisa melihat relief dengan motif khas Hindu, seperti naga, teratai, dan tokoh-tokoh mitologi. Meski banyak yang sudah lapuk, detail ukirannya tetap memikat. Tak heran kalau tempat ini sering jadi bahan penelitian para arkeolog dan juga menarik perhatian pecinta sejarah.
Baca juga: Misteri Telaga Sarangan: Legenda dan Kisah Menarik di Balik Keindahannya
Telaga dengan Alam yang Masih Asli

Yang kini ada adalah sebuah telaga tenang di ketinggian sekitar 1.170 meter di atas permukaan laut. Telaga ini terbentuk dari sebuah bendungan yang menahan aliran sungai berhulu di pegunungan Lawu bagian selatan. Karena itu, banyak orang lebih mengenalnya dengan sebutan Bendungan Candi Muncar.
Kisah tentang bendungan ini berawal dari kebutuhan masyarakat dan pemerintah setempat untuk menyediakan air irigasi bagi sawah-sawah di sekitarnya. Pada awal tahun 1970-an, muncul gagasan untuk membangun sebuah bendungan di lembah Desa Bubakan, yang juga dikenal dengan nama Candi Muncar. Setelah melalui serangkaian pertimbangan teknis dan survei lokasi, akhirnya diputuskan bahwa lembah ini paling cocok untuk proyek tersebut.
Pembangunan dimulai, dan tepat satu tahun kemudian bendungan selesai dibangun, pada 31 Maret 1977. Beberapa bulan setelahnya, tepatnya pada 8 Agustus 1977, bendungan ini diresmikan oleh Bupati Wonogiri saat itu, KRMH Soemoharmoyo. Sejak saat itu, bendungan Candi Muncar menjadi salah satu sumber irigasi penting bagi warga sekitar, sekaligus destinasi yang menyimpan cerita masa lalu dan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
Daya Tarik dan Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Candi Muncar
Perjalanan menuju Candi Muncar memang cukup menantang, tapi sebanding dengan pengalaman yang didapat. Untuk sampai ke sana, wisatawan harus melewati jalan berliku khas pegunungan. Beberapa jalur bahkan berupa trek kecil yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.
Meski sedikit melelahkan, pemandangan sepanjang jalan benar-benar memanjakan mata. Hamparan sawah terasering, pepohonan yang rimbun, dan udara segar membuat perjalanan terasa menyenangkan.
Setibanya di lokasi, suasana yang tenang langsung menyambut. Bagi pencinta sejarah, Candi Muncar menawarkan nilai budaya yang kental. Sementara bagi yang suka fotografi, tempat ini juga punya daya tarik tersendiri. Latar pegunungan hijau dipadukan dengan sisa-sisa struktur candi menciptakan pemandangan yang eksotis dan sangat fotogenik.
Waktu terbaik untuk datang adalah pagi hari, ketika sinar matahari masih lembut dan kabut tipis kadang masih menyelimuti area candi. Cahaya pagi memberi kesan magis yang sulit didapat di waktu lain.
Fasilitas di sekitar candi memang masih sederhana, namun sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar wisatawan. Ada beberapa bangku untuk beristirahat, papan informasi tentang sejarah candi, dan warung kecil yang menjual makanan ringan serta minuman. Pengelola setempat juga terus berbenah, memperbaiki akses jalan dan menambah fasilitas supaya pengunjung semakin nyaman.
Di area telaga, wisatawan bisa memberi makan ikan emas yang ada. Pakan ikan bisa dibeli di warung-warung yang berjajar di tepi telaga. Suasana di sekitar telaga terasa sejuk, asri, dan menenangkan. Duduk di pinggirnya sambil menikmati udara segar jadi cara yang tepat untuk menutup kunjungan ke Candi Muncar dengan rasa puas.
Panduan Berkunjung ke Candi Muncar
Candi Muncar berada di Dusun Siroto, Desa Bubakan, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Dari pusat Kota Wonogiri, jaraknya sekitar satu jam perjalanan. Jalannya cukup bagus, tapi kalau membawa mobil, sebaiknya lebih hati-hati karena jalurnya sempit di beberapa bagian.
Objek wisata ini buka setiap hari, mulai pukul 08.00 sampai 17.00 WIB. Harga tiket masuknya juga terjangkau, hanya Rp5.000 per orang. Kalau ingin menyewa sampan untuk berkeliling telaga, biayanya Rp10.000 untuk sampan saja, atau Rp15.000 sudah termasuk pengemudinya. Parkir kendaraan mulai dari Rp3.000, dan pakan ikan bisa dibeli mulai Rp2.000.
Waktu yang paling pas untuk berkunjung ke sini adalah pagi sampai siang hari saat cuaca cerah. Karena lokasinya di pegunungan, suasananya bisa jadi kurang nyaman kalau hujan atau mendung, jalannya juga jadi licin.
Di sekitar candi ada beberapa warung makan, tapi menunya sederhana. Biasanya hanya ada gorengan, mie instan, kopi, atau teh hangat. Kalau butuh makanan yang lebih mengenyangkan, ada baiknya membawa bekal dari rumah.
Jangan lupa juga bawa kamera. Pemandangan di sini benar-benar indah dan menenangkan, sayang kalau tidak diabadikan. Baik untuk foto maupun video, setiap sudutnya punya daya tarik sendiri yang memanjakan mata.
Baca juga: Menelusuri Candi Prambanan dan Candi-Candi di Sekitarnya
Mengunjungi Candi Muncar bukan hanya tentang melihat telaga jernih atau sisa-sisa petilasan yang bersejarah. Lebih dari itu, tempat ini mengajarkan kita untuk sejenak berhenti dan menikmati alam yang masih asli.
Kalau ingin merasakan ketenangan di tengah alam sambil menyelami sedikit sejarah, tempat ini layak untuk didatangi tanpa terburu-buru.