JNEWS – Candi Penataran jadi salah satu destinasi yang sayang banget kalau dilewatkan saat berkunjung ke Blitar. Berdiri megah di kaki Gunung Kelud, kompleks candi ini dikenal sebagai yang terbesar di Jawa Timur.
Banyak orang datang ke sini bukan cuma untuk lihat arsitekturnya yang keren, tapi juga untuk merasakan suasana sejarah yang masih begitu kental.
Jejak Panjang Candi Penataran
Candi Penataran pertama kali ditemukan oleh Raffles pada tahun 1815. Meski begitu, sampai sekitar tahun 1850, kompleks candi ini belum banyak dikenal masyarakat.
Dalam Prasasti Palah, candi ini disebut sebagai Candi Palah. Dibangun pada tahun 1194 M, candi ini didirikan pada masa Raja Syrengga, yang memerintah Kerajaan Kediri antara tahun 1190 – 1200 M. Candi ini dipercaya sebagai tempat pemujaan dan sarana keagamaan untuk melindungi kerajaan dari letusan Gunung Kelud yang sering terjadi.
Kalau melihat kemegahannya, Candi Penataran jelas punya peran penting bagi beberapa kerajaan besar di masa lalu. Raja-raja dari Kediri, Singasari, sampai Majapahit pernah berkunjung ke sini.
Dalam Kitab Negarakertagama, Mpu Prapanca bahkan mencatat bahwa Hayam Wuruk juga pernah datang ke Candi Palah. Saat itu, beliau mengunjungi beberapa candi di kaki Gunung Kelud untuk memuja Hyang Acalapat, perwujudan Dewa Syiwa yang dipercaya sebagai penguasa gunung.
Dalam kitab tersebut juga disebut sosok penguasa gunung dengan nama Girindra atau Giri Indra. Nama ini ternyata mirip dengan salah satu nama Ken Arok, yaitu Girindra atau Girinatha. Karena kemiripan ini, banyak ahli menduga bahwa Candi Palah mungkin juga menjadi tempat perabuan Ken Arok.
Candi Penataran juga dipercaya sebagai tempat perabuan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit. Banyak yang meyakini candi ini juga dipakai untuk upacara pengangkatan raja-raja di masa lalu. Selain itu, ada cerita yang berkembang dari mulut ke mulut. Konon, candi ini adalah tempat Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang terkenal itu.
Sejak masa Kediri, Singasari, sampai Majapahit, Candi Penataran selalu mendapat perhatian. Dimulai dari pembangunan di masa Raja Syrengga pada 1194 M, kemudian diteruskan pada masa Kertanegara dari Singasari pada 1208. Setelah itu, perhatian juga datang dari raja-raja Majapahit seperti Jayanegara, Tribhuwanatunggadewi, Hayam Wuruk, hingga akhirnya diresmikan oleh Wikramawardhana pada tahun 1415.
Baca juga: 10 Tempat Wisata di Blitar yang Cocok untuk Keluarga dan Solo Traveling
Mengenal Bagian-Bagian Candi Penataran
Kalau berkunjung ke Candi Penataran, kita tak cuma disuguhi bangunan kuno yang megah, tapi juga susunan kompleks yang penuh cerita. Mari, kita lihat lebih dekat bagaimana sebenarnya struktur candi ini terbagi dan apa saja yang bisa ditemui di dalamnya.
1. Halaman Depan
Begitu sampai di halaman depan, kita langsung disambut dua arca dwarapala yang berdiri gagah di pintu masuk. Di arca ini ada angka tahun 1320 Masehi yang menunjukkan usianya.
2. Bale Agung
Setelah melewati pintu, kita akan menemukan Bale Agung. Bangunan ini luasnya sekitar 37 x 18,84 meter dengan tinggi 1,44 meter. Bentuknya mirip pendopo, dengan tiang kayu dan atap sirap. Bale Agung dulu dipakai sebagai tempat berkumpul dan bermusyawarah para tetua.
3. Pendopo Teras
Di sebelah tenggara Bale Agung ada Pendopo Teras. Ukurannya lebih kecil, sekitar 29 x 9 meter dengan tinggi 1,5 meter. Ada angka tahun 1375 M pada bangunan ini. Pendopo Teras diperkirakan dulu dipakai untuk meletakkan sesaji.
4. Candi Angka Tahun
Di halaman depan juga ada sebuah candi kecil bernama Candi Angka Tahun, atau dikenal juga sebagai Candi Brawijaya. Angka tahunnya 1369 M. Di tengahnya ada arca Ganesha.
5. Halaman Tengah
Sebelum masuk ke halaman tengah, lagi-lagi kita disambut dua arca dwarapala. Kali ini ukurannya lebih kecil, dengan angka tahun 1319 M.
6. Candi Naga
Di tengah halaman tengah, ada Candi Naga. Sekarang hanya tersisa bagian kakinya saja. Ukurannya sekitar 4,8 x 6,5 meter dengan tinggi 4,7 meter. Yang unik, tubuh candi ini dililit ular besar dan disangga oleh sembilan orang yang berpakaian seperti raja.
7. Halaman Belakang
Bagian belakang adalah area yang paling sakral di kompleks ini. Di sini ada sembilan bangunan dari batu bata, meski sekarang bentuknya sudah tidak utuh lagi.
8. Candi Induk
Candi Induk tingginya sekitar 7,19 meter dan punya tiga teras. Di sisi-sisinya ada tangga dengan patung Mahakala bertahun 1347 M. Di dinding candi ada relief cerita Ramayana yang masih terlihat.
Di sudut barat daya juga ada sisa dua bangunan kecil. Salah satunya kemungkinan dibangun bersamaan dengan Prasasti Palah, sedangkan satunya lagi berupa fondasi bata. Tak jauh dari situ ada kolam dengan angka tahun 1415 M.
9. Prasasti Palah
Prasasti Palah dibuat oleh Mpu Amogeswara atau Mpu Taluluh. Isinya adalah ungkapan syukur Raja Kertajaya karena terhindar dari bencana.
Prasasti ini juga menjelaskan fungsi bangunan untuk memuja Bathara Palah. Tertulis kalimat “Sdangnira Cri Maharaja sanityangken pratidina i sira paduka bhatara palah” yang artinya kurang lebih, “Ketika beliau Sri Maharaja setiap hari berada di tempat Bathara Palah.”
Panduan Berkunjung ke Candi Penataran
Dikutip dari situs Pemkab Blitar, wisata Candi Penataran ikut membantu perekonomian warga sekitar. Banyak kios yang menjual oleh-oleh, jadi pengunjung tak perlu repot cari buah tangan. Untuk menarik lebih banyak wisatawan, pemerintah juga membangun fasilitas lain, seperti kolam renang yang lokasinya tidak jauh dari kawasan candi.
Candi Penataran sendiri berada di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Letaknya strategis dan mudah dijangkau dari pusat kota Blitar. Jaraknya sekitar 12 kilometer, bisa ditempuh pakai kendaraan pribadi atau angkutan umum.
Tiket masuk ke Candi Penataran cukup ramah di kantong, yakni mulai dari Rp5.000, tergantung hari dan jam kunjungan. Kalau bawa kendaraan, ada juga biaya parkir yang terpisah.
Candi ini buka setiap hari, dari pukul 08.00 sampai 17.00 WIB. Sebaiknya datang lebih pagi supaya bisa menikmati suasana lebih tenang dan tidak terlalu ramai.
Baca juga: Candi Cetho: Sejarah, Misteri, Makna, dan Panduan Wisata
Candi Penataran merupakan bukti betapa kaya budaya dan kepercayaan nenek moyang kita. Dengan segala keindahan dan cerita yang dimilikinya, candi ini selalu punya cara sendiri untuk membuat siapa pun terpesona. Kalau ingin merasakan nuansa masa lalu yang masih terasa hidup, tempat ini jelas layak untuk dikunjungi.