JNEWS ONLINE
  • JONI
    • Aksi JONI
    • Inspirasi JONI
    • Hobi JONI
    • Lokasi JNE
    • Loker JNE
    • Program JNEWS Online
      • Fun Writing
      • Kuis JNEWS Online
      • Kuis Kalender JNE
    • Video
  • Logistik & Kurir
  • Infografik
  • e-Commerce
  • UKM
    • Komunitas
    • Golaborasi 2023
  • Lifestyle
    • Tekno
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • 34 Tahun JNE
    • JNE Content Competition
      • Content Competition 2024
      • Content Competition 2025
      • Pemenang Content Competition 2023
      • Pemenang Content Competition 2024
    • Cosmo JNE FC
    • Gelitik
    • JNE x Slank
    • Pekan Kartini
No Result
View All Result
  • JONI
    • Aksi JONI
    • Inspirasi JONI
    • Hobi JONI
    • Lokasi JNE
    • Loker JNE
    • Program JNEWS Online
      • Fun Writing
      • Kuis JNEWS Online
      • Kuis Kalender JNE
    • Video
  • Logistik & Kurir
  • Infografik
  • e-Commerce
  • UKM
    • Komunitas
    • Golaborasi 2023
  • Lifestyle
    • Tekno
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • 34 Tahun JNE
    • JNE Content Competition
      • Content Competition 2024
      • Content Competition 2025
      • Pemenang Content Competition 2023
      • Pemenang Content Competition 2024
    • Cosmo JNE FC
    • Gelitik
    • JNE x Slank
    • Pekan Kartini
No Result
View All Result
JNEWS Online
No Result
View All Result
Home Traveling

Candi Sewu: Cerita, Keunikan, dan Keindahan di Balik Batu-batunya

by Penulis Konten
23 July 2025
Candi Sewu di Klaten: Sejarah dan Keindahannya
Share on FacebookShare on Twitter

JNEWS – Candi Sewu berdiri megah dengan ratusan bangunan batu yang menyimpan banyak cerita dan misteri. Kompleks candi Buddha terbesar kedua di Indonesia ini begitu memikat. Ada banyak kisah yang melekat di balik setiap sudutnya. Banyak orang datang bukan sekadar untuk melihat, tapi juga merasakan suasana sakral yang masih terasa hingga sekarang.

Jejak-Jejak Candi Sewu

Candi Sewu di Klaten: Sejarah dan Keindahannya

Nama Candi Sewu punya kaitan erat dengan kisah legendaris Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Ceritanya, Bandung Bondowoso ingin meminang Roro Jonggrang. Namun, sang putri memberi syarat yang hampir mustahil. Ia hanya mau dinikahi jika Bandung mampu membangun seribu candi dalam semalam.

Kisah inilah yang membuat candi ini dinamai Sewu, yang berarti seribu dalam bahasa Jawa. Walaupun jumlah candinya tidak benar-benar seribu, kisah ini begitu melekat di masyarakat hingga kini.

Pembangunan Candi

Candi Sewu sendiri diperkirakan berdiri pada abad ke-8 Masehi, di wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno. Menariknya, usia candi ini diduga lebih tua dibandingkan dua candi besar lain yang lebih populer, yaitu Borobudur dan Prambanan. Hal ini karena catatan sejarah menunjukkan bahwa pembangunannya sudah dimulai pada masa generasi kedua penguasa Kerajaan Medang, yang merupakan nama lain dari Mataram Kuno. Tepatnya, saat kekuasaan baru mulai mapan.

Berdasarkan penelitian, pembangunan Candi Sewu dimulai pada akhir masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Ia adalah raja kedua Mataram Kuno yang memerintah antara tahun 746–784 Masehi. Rakai Panangkaran merupakan putra dari Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, pendiri Kerajaan Medang.

Ada hal menarik tentang perbedaan keyakinan antara ayah dan anak ini. Dari berbagai prasasti yang ditemukan, diketahui bahwa Ratu Sanjaya memeluk agama Siwa (Hindu), sementara putranya, Rakai Panangkaran, justru berpindah keyakinan ke Buddha aliran Mahayana. Perubahan keyakinan ini pula yang menjadi latar belakang berdirinya Candi Sewu sebagai kompleks candi Buddha dengan banyak simbol ajaran Mahayana yang kental.

Perkembangan Candi Sewu

Selanjutnya, para peneliti meyakini bahwa kompleks candi ini sempat diperluas dan dirampungkan di masa Rakai Pikatan. Prasasti Siwagrha menyebutkan bahwa Rakai Pikatan juga merupakan penguasa Dinasti Sanjaya yang kemudian membangun Candi Prambanan pada sekitar tahun 850 Masehi, yang lokasinya tidak jauh dari lokasi ini.

Beberapa abad kemudian, keberadaan Candi Sewu menarik perhatian para peneliti Barat. Penelitian awal dilakukan oleh H.C. Cornelius pada tahun 1807. Stamford Raffles pun sempat menuliskan tentang candi ini dalam bukunya History of Java (1817). Tak lama setelah itu, N.J. Krom juga membahasnya secara lebih detail dalam karyanya Inleiding tot de Hindoe-Javaansche Kunst (1923). Catatan-catatan inilah yang kemudian membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut tentang Candi Sewu.

Sayangnya, ketika pertama kali diteliti pada tahun 1807, kondisi Candi Sewu sudah rusak cukup parah. Kerusakan semakin memburuk ketika terjadi Perang Jawa atau Perang Diponegoro pada 1825–1830. Menurut beberapa catatan, batu-batu dari kompleks candi ini dan candi-candi lain di sekitarnya  digunakan sebagai bahan bangunan untuk membuat benteng pertahanan selama perang.

Kerusakan candi tidak hanya disebabkan oleh tangan manusia, tetapi juga oleh bencana alam. Gempa bumi besar yang melanda Yogyakarta pada tahun 1867 memperparah kondisi candi yang sudah rapuh. Saat itu banyak bagian candi runtuh, dan sebagian besar struktur utamanya hancur.

Pada tahun 1981, pemerintah Indonesia memulai pemugaran secara serius. Proses pemugaran ini berlangsung lama karena kerusakan yang begitu parah dan kompleksnya struktur bangunan. Hingga sekarang pun, pemugaran dan perawatannya masih terus dilakukan.

Baca juga: Menelusuri Candi Prambanan dan Candi-Candi di Sekitarnya

Bagian-Bagian Candi Sewu

Candi Sewu di Klaten: Sejarah dan Keindahannya

Kompleks Candi Sewu memiliki ukuran yang cukup luas dan megah untuk ukuran bangunan abad ke-8. Panjang kompleks ini mencapai sekitar 185 meter jika diukur dari utara ke selatan. Sementara lebarnya terbentang sejauh 165 meter dari timur ke barat. Tinggi bangunan utamanya pun cukup mengesankan, sekitar 30 meter dari permukaan tanah.

Candi ini dibangun seluruhnya dari batuan andesit. Batu jenis ini cukup keras dan tahan lama sehingga banyak dipilih untuk konstruksi candi-candi di Jawa.

Salah satu hal menarik dari Candi Sewu adalah pintu masuknya yang tidak hanya satu arah. Ada empat pintu masuk yang mengarah ke empat penjuru mata angin, yakni utara, selatan, timur, dan barat. Hal ini memberi kesan bahwa kompleks ini memang dirancang terbuka dan bisa diakses dari berbagai arah, selaras dengan filosofi Buddhis yang inklusif.

Di dalam kompleks ini, jumlah bangunannya benar-benar mencengangkan. Tercatat ada 249 candi yang berdiri di sini, lengkap dengan delapan arca Dwarapala. Patung-patung Dwarapala ini ditempatkan sebagai penjaga gerbang, dengan ekspresi garang dan membawa gada.

Dari total 249 bangunan, hanya satu yang menjadi candi induk. Di samping itu ada delapan candi apit, yaitu candi yang berada di posisi strategis di dekat bangunan utama. Sisanya, sebanyak 240 candi disebut sebagai candi perwara, atau candi pendamping, yang mengelilingi area pusat dengan formasi rapi.

Jumlah bangunan yang begitu banyak ini membuat Candi Sewu tercatat sebagai kompleks candi Buddha terbesar kedua di Indonesia setelah Candi Borobudur. Meski tak setenar Borobudur, kehadiran ratusan candi di sini memberikan pengalaman yang berbeda. Jika di Borobudur pengunjung berfokus pada satu struktur besar, di Sewu orang akan menyusuri banyak bangunan kecil yang tersebar, memberi sensasi seperti berjalan di sebuah kota suci kuno.

Namun, banyaknya jumlah candi juga membawa tantangan besar dalam hal perawatan dan pemugaran. Proses pemugaran Candi Sewu tidak bisa selesai dalam waktu singkat. Setiap bangunan harus dibongkar dengan hati-hati, lalu disusun kembali dengan memperhatikan posisinya yang tepat. Batu-batu yang hilang atau rusak juga harus diganti dengan material yang mirip. Itulah sebabnya, sampai sekarang pun upaya pemugaran masih terus berjalan. Perlahan tapi pasti, Candi Sewu kembali menunjukkan keanggunan aslinya.

Panduan Berkunjung ke Candi Sewu

Menelusuri Candi Prambanan dan Candi-Candi di Sekitarnya

Dikutip dari situs Visiting Jogja, secara administratif, Candi Sewu berada di Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Letaknya tidak jauh dari Candi Prambanan, hanya sekitar 800 meter saja. Jadi, kalau sudah sampai Prambanan, tinggal jalan sedikit untuk sampai ke sini.

Tiket masuk Candi Sewu sudah jadi satu dengan tiket kawasan Candi Prambanan. Harga tiket untuk dewasa Rp40.000, sementara untuk anak-anak Rp20.000. Jam bukanya juga sama, mulai pukul 08.00 sampai 17.00.

Baca juga: 8 Fakta Candi Borobudur yang Belum Banyak Diketahui

Kalau berencana ke sini, lebih baik pilih hari biasa supaya tidak terlalu ramai. Apalagi saat akhir pekan, biasanya pengunjung membludak. Datang lebih pagi juga lebih nyaman karena cuaca masih sejuk. Jangan lupa bawa topi atau payung ya, karena area candi ini cukup panas kalau sudah siang.

Tags: candi buddhacandi buddha terbesarcandi di Jawa Tengahcandi di KlatenCandi PrambananKerajaan Mataram KunoKlatenpeninggalan Kerajaan Mataram
Share187Tweet117
Next Post
Kepala cabang jne di surabaya

Tekad Adhitya Bawa JNE Surabaya Makin Melesat di Kota Pahlawan

TERKINI

Kepala cabang jne di surabaya

Tekad Adhitya Bawa JNE Surabaya Makin Melesat di Kota Pahlawan

23 July 2025
Candi Sewu di Klaten: Sejarah dan Keindahannya

Candi Sewu: Cerita, Keunikan, dan Keindahan di Balik Batu-batunya

23 July 2025
sekarang tiket kereta bisa dipesan 2 jam sebelum berangkat

Tiket Bisa Dipesan 2 Jam sebelum Berangkat, Ini Layanan Baru KAI

23 July 2025
Tips Membawa Anak saat Bepergian dengan Nyaman

7 Tips Membawa Anak Saat Bepergian agar Tetap Nyaman dan Tenang

23 July 2025
Hari Anak Nasional: Ide Kegiatan Seru untuk Merayakannya

20 Ide Kegiatan Seru untuk Meriahkan Hari Anak Nasional di Sekolah dan di Rumah

23 July 2025
Istana Cipanas: Sejarah dan Arsitekturnya

Istana Cipanas: Keindahan dan Sejarah di Kaki Gunung Gede

22 July 2025

POPULER

Kerja di Luar Negeri, Cocok untuk Pemula

8 Jenis Kerja di Luar Negeri yang Cocok untuk Pemula dan Negara Tujuannya

by Penulis Konten
2 July 2025

Tips Packing Bagasi dan Kabin Pesawat

Tips Packing Bagasi dan Kabin untuk Liburan ke Luar Negeri

by Penulis Konten
4 July 2025

Makanan Khas Palembang Selain Pempek

10 Makanan Khas Palembang yang Wajib Dicoba Selain Pempek

by Penulis Konten
8 July 2025

Upacara Tumpek Landep: Prosesi dan Filosofinya

Mengintip Prosesi Upacara Tumpek Landep dan Filosofinya

by Penulis Konten
30 June 2025

Soft Saving: Cara Menabung Fleksibel ala Gen Z

Mengenal Soft Saving: Menabung dengan Cara yang Lebih Fleksibel untuk Gen Z

by Penulis Konten
10 July 2025

JNEWS Online

©2020 - Your Trusted Logistic Portal

Navigate Site

  • About
  • Privacy & Policy
  • Contact

Follow Us

No Result
View All Result
  • JONI
    • Aksi JONI
    • Inspirasi JONI
    • Hobi JONI
    • Lokasi JNE
    • Loker JNE
    • Program JNEWS Online
      • Fun Writing
      • Kuis JNEWS Online
      • Kuis Kalender JNE
    • Video
  • Logistik & Kurir
  • Infografik
  • e-Commerce
  • UKM
    • Komunitas
    • Golaborasi 2023
  • Lifestyle
    • Tekno
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • 34 Tahun JNE
    • JNE Content Competition
      • Content Competition 2024
      • Content Competition 2025
      • Pemenang Content Competition 2023
      • Pemenang Content Competition 2024
    • Cosmo JNE FC
    • Gelitik
    • JNE x Slank
    • Pekan Kartini

©2020 - Your Trusted Logistic Portal