JNEWS – Candi Surowono mungkin bukan nama yang sering terdengar saat membicarakan wisata sejarah di Jawa Timur. Padahal, candi ini menyimpan banyak cerita lama yang menarik dan masih bisa dinikmati sampai sekarang.
Letaknya yang nyempil di tengah desa membuat suasananya terasa berbeda, jauh dari keramaian kota. Dari kejauhan saja, sisa-sisa bangunannya sudah memunculkan rasa penasaran bagi siapa pun yang melihat.
Sejarah Candi Surowono
Candi Surowono menyimpan kisah menarik tentang Raja Wengker, salah satu penguasa bawahan pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dari Majapahit. Raja Wengker dikenal sebagai Bhre Wengker, dan cukup punya pengaruh di wilayahnya.
Candi ini dibangun sebagai bentuk pendharmaan atau pemujaan untuk mengenang Bhre Wengker. Dalam tradisi Majapahit, pendharmaan biasanya dilakukan setelah raja yang wafat menjalani upacara Sraddha dan telah meninggal selama 12 tahun. Raja Wengker diketahui wafat pada tahun 1388 Masehi. Tepat 12 tahun kemudian, sekitar tahun 1400 Masehi, Candi Surowono didirikan sebagai tempat suci untuk menghormati arwahnya.
Baca juga: 10 Tempat Wisata di Mojokerto dengan Jejak Sejarah Kerajaan Majapahit
Struktur Candi Surowono
Ukuran Candi Surowono terbilang kecil jika dibandingkan dengan candi-candi peninggalan Majapahit lainnya. Bangunannya hanya berdimensi sekitar 8 x 8 meter. Meski beberapa catatan juga menyebut dimensinya sedikit lebih kecil, yaitu 7,8 x 7,8 meter dengan tinggi sekitar 4,7 meter.
Seluruh bagian candi ini dulu disusun dari batu andesit, batu vulkanik yang banyak dipakai untuk bangunan suci di Jawa. Candi ini merupakan candi Siwa, atau tempat pemujaan kepada Dewa Siwa, salah satu dewa utama dalam agama Hindu.
Kini, kondisinya sudah jauh dari utuh. Tubuh dan atapnya sudah runtuh dan tidak tersisa sama sekali. Hanya bagian kaki candi yang masih berdiri kokoh, dengan ketinggian sekitar tiga meter.
Untuk naik ke bagian selasar di atas kaki candi, ada sebuah tangga kecil yang berada di sisi barat. Tangga ini cukup sempit dan sederhana, hanya berupa susunan batu yang masih bisa dinaiki sampai sekarang. Dari letak tangga ini, para peneliti menyimpulkan bahwa candi ini menghadap ke arah barat. Hal ini juga diperkuat oleh penampilan sisi barat candi yang terlihat lebih menonjol dibandingkan sisi lainnya. Bentuknya sedikit memanjang ke arah depan sehingga jika dilihat sekilas, denah bangunan ini seolah-olah tidak benar-benar bujur sangkar.
Salah satu daya tarik utama Candi Surowono ada pada relief-relief yang menghiasi dindingnya. Cerita-cerita yang digambarkan di sana bukan hanya sekadar ornamen, tetapi juga sarat makna dan nilai moral.
Cerita Arjuna Wiwaha, yang berkisah tentang perjalanan spiritual Arjuna, mendominasi hampir seluruh panel relief. Selain itu, ada juga kisah-kisah lain seperti Bubhuksah, Gagang Aking, dan Sri Tanjung.
Panel reliefnya cukup unik karena kadang cerita-cerita ini saling bersinggungan di sudut-sudut tertentu. Penelitian terhadap relief-relief ini sendiri sudah dilakukan sejak lama, dan panel-panel awal dari cerita utama baru diidentifikasi pada tahun 1939.
Banyak adegan kehidupan sehari-hari tergambar pada relief tersebut. Beberapa adegan bahkan terkesan jenaka, menunjukkan sisi ringan dari budaya Majapahit pada masa itu. Selain itu, ada juga relief yang menggambarkan cerita binatang atau fabel yang dikenal sebagai Tantri. Binatang-binatang ini digambarkan dengan ekspresi lucu dan detail yang menarik. Yang membuat relief di sini lebih istimewa, setiap adegan selalu dipahat di dalam bingkai. Jadi setiap cerita terlihat seperti gambar-gambar komik yang berdiri sendiri, rapi, dan mudah diikuti.
Di sekitar area candi, ada dua elemen lain yang tak kalah menarik, yakni kolam dan terowongan. Konon, kolam itu dulunya menjadi tempat pemandian para selir kerajaan, sedangkan terowongan dipercaya sebagai jalan rahasia yang menghubungkan candi dengan kolam tersebut.
Panduan Berwisata ke Candi Surowono
Kalau ingin berkunjung ke Candi Surowono, tak perlu repot memikirkan hari atau jam tertentu. Objek wisata ini buka setiap hari, mulai pukul 08.00 sampai 17.00 WIB. Lokasinya berada di Desa Surowono, Kecamatan Canggu, Kabupaten Badas, Kediri, Jawa Timur.
Letaknya cukup strategis sehingga mudah diakses baik dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Dari pusat Kota Kediri, jaraknya kurang lebih 26 kilometer. Kalau memakai mobil sewaan atau kendaraan sendiri, rute tercepat bisa lewat Jalan Pare–Wates. Jalannya mulus dan mudah diikuti. Sebagai alternatif, bisa juga lewat Jalan Panglima Polim atau melalui jalur Pare–Wates lalu Cisadane. Kedua jalur ini nyaman dilalui, hanya beda sedikit waktu tempuhnya.
Kalau memilih naik transportasi umum, caranya juga tidak terlalu sulit. Cukup turun di pemberhentian paling dekat dengan kawasan Candi Surowono. Dari situ, perjalanan dilanjutkan dengan ojek online atau kalau jaraknya tidak terlalu jauh, bisa juga berjalan kaki sambil menikmati suasana desa.
Biaya masuk ke kawasan candi cukup terjangkau. Tiket masuk hanya sekitar Rp5.000 per orang, dan untuk parkir motor dikenakan tarif Rp2.000 saja.
Pengelola candi juga sudah menyediakan berbagai fasilitas dasar untuk kenyamanan pengunjung. Di sekitar area candi tersedia toilet yang bersih, taman kecil untuk duduk santai, pos jaga, serta tempat duduk untuk beristirahat. Ada juga musala bagi yang ingin beribadah, dan warung makan sederhana untuk mengisi perut setelah berkeliling. Jadi tak perlu khawatir soal kebutuhan selama berada di lokasi.
Baca juga: Candi Cetho: Sejarah, Misteri, Makna, dan Panduan Wisata
Candi Surowono memang sederhana, tapi tetap menarik untuk dikunjungi. Suasana sejarahnya masih terasa hingga sekarang, lagi pula belum terlalu populer sehingga malah lebih enak dinikmati. Tempat ini bisa jadi pilihan jika ingin melihat sisi lain Kediri sambil menikmati cerita masa lalu yang masih terjaga.