Catatan Kecil Perjalanan dari Singkawang ke Tapal Batas Malaysia

JNEWS – Menjelajahi Provinsi Kalimantan Barat, dari mulai Kota Pontianak, Singkawang hingga ke Entikong di tapal batas Malaysia, memberikan pengalaman dan sensasi yang tidak ada duanya. Terlebih di kawasan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang kini menjadi destinasi wisata favorit warga Indonesia dan Malaysia.

Siang itu, cuaca sedang cerah saat pesawat yang JNEWS tumpangi mendarat mulus di Bandara Internasional Supadio, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Ada kerinduan yang mendalam setelah sekian lama tidak berkunjung ke provinsi yang dikelilingi sungai Kapuas bersama ratusan anak sungainya itu, sehingga begitu sampai langsung terpesona oleh keindahan alam dan keramahtamahan penduduknya.

Kami pun langsung menuju Singkawang yang butuh waktu sekitar 5 jam perjalanan. Singkawang sejak lama dikenal sebagai kota yang menjunjung tinggi toleransi di Indonesia, karena berbagai etnis hidup berdampingan dengan damai. Etnis Tionghoa yang merupakan etnis terbesar di kota ini. Berbagai tradisi dan budaya khas Tionghoa seperti perayaan Tahun Baru Imlek, Cap Gomeh dan event lainnya, menjadikan Singkawang selalu banyak dikunjungi para wisatawan.

Meski jarak yang ditempuh lumayan jauh, namun di sepanjang perjalanan yang menyajikan pemandangan indah, seperti saat melewati Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Bengkayang Pesisir. Menjelang senja, akhirnya kami sampai di Kota Singkawang. Dari balik jendela hotel keindahan malam kota Singkawang sudah mulai nampak, kerlap kerlip lampu di berbagai sudut kota dan lalu lalang para wisatawan menambah suasana malam lebih berwarna.Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, JNEWS pun langsung menuju kawasan kuliner yang berlokasi di jantung kota untuk santap malam, menikmati kuliner khas Singkawang, seperti mie tiauw sambil ditemani minuman hangat  teh tarik dan juga menu-menu lainnya.

Keesokan harinya, sekitar pukul 07.00 pagi perjalanan berlanjut ke Entikong, dengan melintasi Jalan Lintas Malindo yang kondisi jalannya lebar dan aspalnya mulus, serta di sisi kiri – kanan jalan tersaji pemandangan hamparan kebun kelapa sawit. Sesekali kami juga melintasi perkampungan khas Suku Dayak. Untuk sampai ke Entikong ada beberapa kabupaten yang harus dilalui, yaitu Kabupetan Sambas, Landak, Bengkayang hingga Kabupaten Sanggau.

Baca juga: Mengenal Orangutan Kalimantan, Jenis Spesies, Habitat, hingga Perilakunya yang Unik

Sekitar pukul 16.00 WIB sampailah kami di kawasan PLBN (Pos Lintas Batas Negara) Entikong. Sebelum melakukan aktivitas lainnya, terlebih dahulu kami makan sore di sebuah restoran Padang yang lokasinya tidak begitu jauh dari PLBN.

Uda, sang pemilik restoran mengaku senang dan bangga bisa membuka usaha di kawasan  perbatasan dan menu makanan yang disajikannya bisa dinikmati oleh masyarakat dua negara. “Kalau akhir pekan banyak rombongan dari Malaysia yang sengaja makan di sini, menu favoritnya nasi rendang. Kami di sini menerima pembayaran dengan uang Rupiah maupun Ringgit,” ujarnya.

Menjelang malam hari, JNEWS menginap di Wisma PLBN. Di komplek PLBN juga hanya ada beberapa kedai makanan yang buka. Dari kamar tempat menginap, bangunan PLBN yang berdiri megah, pagar kawat pembatas antara dua negara hingga kawasan Tebedu, Serawak di Malaysia nampak dengan jelas.

Malam pun semakin larut dan tak terasa sudah berganti pagi hari. Seiring berjalannya waktu aktivitas kesibukan PLBN mulai menggeliat. Tampak beberapa rombongan Pekerja Migran Iindonesia (PMI) yang akan masuk ke Malaysia.

Sejumlah bus dan mobil berbaris di depan pintu gerbang yang sebentar lagi akan dibuka. Ini adalah gambaran bagaimana situasi yang terjadi setiap pagi di PLBN Entikong. Aktivitas di pos perbatasan ini dibuka sejak pukul 05.00 WIB hingga 17.00 WIB. Saat akhir pekan, kendaraan yang mengantri di depan gerbang akan lebih banyak dari hari-hari biasa.

Baca juga: Eksplorasi Wisata Pulau Tidung: Panduan Lengkap untuk Petualangan Memorable

Setelah pintu dibuka, kendaraan yang didominasi bus itu akan melintasi pos dengan melalui beberapa tahap pemeriksaan yang telah ditetapkan. Di hari libur, banyak masyarakat yang datang ke PLBN Entikong di pagi hari untuk berlibur dan berfoto-foto di Tugu Garuda, ikon dari pos perbatasan ini. Tidak hanya masyarakat dari Entikong, pagi hari di akhir pekan juga diramaikan dengan kedatangan para pelintas yang datang dari negeri tetangga.

Biasanya mereka melintas untuk berwisata kuliner ke Pontianak atau Singkawang. Tetapi begitu tiba di pos perbatasan, kebanyakan dari mereka akan mengeluarkan ponsel dan mengambil gambar di depan gedung PLBN Entikong lebih dulu. Tentu saja untuk mengabadikan momen dengan latar belakang gedung berornamen unik tersebut.

Kini PLBN Entikong bukan hanya sebatas pintu penyeberangan menuju Malaysia maupun sebaliknya, namun sudah menjadi salah satu destinasi wisata alternatif yang kian diminati baik masyarakat Indonesia maupun negara serumpun Malaysia. *

 

Exit mobile version