Cerita rakyat pendek dari berbagai provinsi di Indonesia bisa dijadikan sebagai bahan bacaan sebelum tidur untuk anak-anak. Kegiatan ini bisa membangun bonding antara anak dan orang tua. Selain itu, membacakan cerita sebelum tidur bisa membantu perkembangan kognitif si kecil, menambah kosakata dan tentunya menyisipkan berbagai pesan kebaikan bagi mereka.
Dikutip dari Direktorat Jendral (Ditjen) Kebudayaan Kemendikbud, ada 945 cerita rakyat yang datang dari 34 provinsi di Indonesia. Jumlah tersebut terdiri dari 465 dongeng, 385 legenda dan 95 mite (cerita dengan latar belakang sejarah).
Umumnya, cerita rakyat yang beredar secara turun temurun bersifat anonim atau pengarangnya tidak diketahui. Cerita-cerita tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budaya Indonesia sendiri.
Berikut ini cerita rakyat pendek dari berbagai provinsi di Indonesia yang sarat akan pesan kebaikan, yang bisa dijadikan sebagai referensi untuk bacaan read aloud dan dongeng sebelum tidur.
3 Cerita Rakyat Pendek yang Penuh Pesan Kebaikan
1. Parakeet dari Aceh
Di sebuah hutan di wilayah Aceh, hiduplah seekor burung parkit yang adalah raja bagi burung-burung lain yang menghuni hutan tersebut. Raja burung tersebut memiliki gelar yaitu Raja Parakeet.
Alkisah, Raja Parakeet adalah raja yang bijaksana dan dicintai oleh rakyatnya. Mereka pun hidup rukun, damai dan tentram.
Namun, satu ketika, ketenangan hutan terganggu oleh kedatangan para pemburu. Singkat cerita, para pemburu berhasil meletakkan perekat di sekitar tempat tinggal burung. Hingga akhirnya, banyak burung yang terjebak dalam perekat tersebut.
Para burung berusaha melepaskan sayap dan badan dari perekat, sayang usaha mereka gagal. Semuanya panik tapi tidak dengan raja. Lantas, ia berkata, “Kalian tenanglah. Saat pemburu datang, kalian mesti berpura-pura mati. Para pemburu ingin menangkap kita hidup-hidup. Apabila si Pemburu melihat kita mati, mereka tidak akan senang dan melepaskan kita. Nantinya, pada hitungan ke sepuluh setelah burung terakhir dilepaskan, saat itulah kita terbang bersama-sama sekencang-kencangnya!”
Tidak lama berselang, Pemburu datang. Burung-burung pun segera berpura-pura mati sehingga pemburu merasa kecewa. Akhirnya, burung-burung pun dilepaskan dari tangkapan. Sayangnya, ketika giliran Raja Parakeet dilepaskan, si pemburu jatuh terpeleset. Teriakan jatuh si Pemburu membuat burung-burung kaget dan terbang.
Pemburu sangat kesal karena merasa telah tertipu, lalu ia memegang erat Raja Parakeet. Raja Parakeet meminta pada pemburu itu untuk tidak dibunuh. Sebagai imbalannya, ia akan selalu menghibur si Pemburu. Hampir setiap hari ia bernyanyi untuk Pemburu.
Suara Raja Parakeet indah dan merdu. Keindahan suaranya akhirnya sampai ke telinga Sang Raja. Raja pun tertarik memiliki Raja Parakeet dan mengutus pengawal pergi ke rumah si Pemburu untuk membelinya dengan harga yang sangat mahal. Si Pemburu pun tidak menolak kesempatan ini, Raja Parakeet dijual pada Sang Raja.
Raja Parakeet dibawa ke kerajaan. Ia diberikan sangkar emas serta makanan dan minuman yang enak. Sayangnya, tak ada satu pun kebaikan Raja yang bisa membuatnya senang. Raja Parakeet hanya ingin pulang dan hidup bersama rakyatnya di hutan. Ia terus mencari akal agar bisa pergi kembali ke hutan. Akhirnya, ia pun menemukan cara dengan pura-pura mati.
Sang Raja sangat sedih melihat burung kesayangannya mati. Ia pun memerintahkan penguburan dengan upacara besar-besaran laiknya anggota kerajaan yang meninggal. Raja Parakeet dikeluarkan dari sangkar dan diarak dalam tandu kebesaran. Ketika tandu tengah berjalan, Raja Parakeet mengintip ke luar. Merasa keadaannya aman, Raja Parakeet pun menyelinap keluar dan terbang tinggi menuju hutan tempat tinggalnya. Akhirnya, Raja Parakeet bisa berkumpul dengan rakyatnya dan hidup bahagia.
Baca juga: Rumah Adat Aceh: Keunikan dan Makna dalam Arsitekturnya
2. Alue Naga dari Riau
Rakyat Sultan Meurah mengeluh karena banyak hewan ternak mereka hilang tak berjejak di Bukit Lamnyong. Juga, bencana alam gempa sering terjadi di daerah tersebut tanpa adanya tanda-tanda.
Melihat kerisauan rakyatnya, Sultan Meurah pun memerintahkan sahabatnya, Renggali, putra Raja Linge, untuk pergi menyelidiki bukit tersebut. Renggali pun berangkat untuk menyelidiki bukit Lamnyong. Setelah menelusuri seluruh bukit tersebut, Renggali merasakan ada yang aneh. Ia pun menaiki bagian tertinggi dan tiba-tiba muncullah air hangat dari permukaan tanah yang diinjaknya. Renggali pun kaget dan turun bukit sambil berguling.
Lalu, terdengar suara meminta maaf yang datangnya entah dari mana. Renggali berkeliling mencari asal suara tersebut. Akhirnya, ia menemukan bahwa suara tersebut berasal dari bukit yang dipijaknya. Bukit tersebut ternyata adalah seekor naga.
Si Naga Hijau kemudian memperkenalkan diri dan mengatakan bahwa ia adalah sahabat dari ayah Renggali. Selama ini keberadaan Raja Linge tidak diketahui, padahal Raja Linge terakhir bersama dengan Si Naga Hijau. Ketika Renggali bertanya keberadaan ayahnya, Si Naga Hijau memintanya untuk memanggil Sultan Meurah.
Renggali pun kembali ke istana dan menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Sultan Meurah. Sang Sultan pun akhirnya setuju untuk menemui Si Naga Hijau di bukit.
Tiba di sana, Si Naga Hijau menceritakan kisah sebenarnya. Ternyata Si Naga Hijau telah membunuh Raja Linge dan jasad sang raja berada di bawah tubuhnya. Si Naga Hijau tidak bisa menggerakkan tubuhnya karena pedang sang raja terhunus di tubuhnya.
Lantas, Renggali pun menarik pedang tersebut. Walaupun sedih, Renggali tidak mau menghukum Naga Hijau. Ia meminta Si Naga untuk kembali ke kampung halamannya.
Bukit bekas tubuh naga tersebut kemudian terbentuk sebuah sungai kecil yang dipenuhi rawa-rawa dengan genangan air. Kemudian oleh Sultan Meurah memberi nama wilayah tersebut Alue Naga.
3. Keong Mas dari Jawa Timur
Alkisah, hiduplah seorang raja di Kerajaan Daha yang bernama Kertamarta. Sang Raja memiliki dua orang putri yang cantik, yaitu Dewi Galuh dan Candra Kirana.
Suatu ketika, Pangeran Inu Kertapati datang ke istana untuk melamar Candra Kirana. Tanpa sepengetahuan Candra Kirana, ternyata saudaranya Dewi Galuh pun menaruh hati kepada Pangeran Inu Kertapati. Dewi Galuh berusaha menyingkirkan saudaranya dari kerajaan dengan bantuan dari seorang penyihir.
Candra Kirana difitnah kemudian dikeluarkan dari kerajaan. Lebih menyedihkan lagi, Candra Kirana diubah menjadi seekor keong oleh si penyihir jahat. Kata penyihir, kutukan tersebut akan hilang apabila Candra Kirana bertemu dengan Raden Inu Kertapati. Sang Pangeran bingung dan sedih akan hilangnya Candra Kirana. Ia yakin bahwa Candra Kirana belum meninggal. Pergilah Pangeran untuk mencari Candra Kirana.
Akhirnya pada suatu ketika, Pangeran dan Candra Kirana bertemu. Candra Kirana pun kembali ke wujud aslinya. Mereka berdua kembali ke istana dan menceritakan kisah yang sebenarnya kepada raja. Dewi Galuh, karena takut, akhirnya melarikan diri ke hutan. Candra Kirana dan Pangeran Inu Kertapati hidup bahagia.
Baca juga: 5 Wisata Gunung di Pulau Jawa untuk Keluarga
Masih ada banyak cerita rakyat lainnya dari berbagai provinsi yang sangat menarik untuk dibaca dan dijadikan bahan dongeng sebelum tidur. Apalagi ada pesan moral tentang kebaikan yang ada di dalamnya dan cocok untuk anak-anak ketahui. Jangan pernah lelah untuk membacakannya bagi mereka.
Selamat membaca.