Kapan bencana alam akan datang menerjang? Tidak ada yang tahu. Seringkali bencana datang tiba-tiba, tidak terduga dan menyisakan banyak penderitaan. Seperti banjir bandang yang menerjang sebagian wilayah NTT, Minggu (4/4/2021).
Bencana ini menyisakan kisah pilu dan banyak menimbulkan korban jiwa serta harta benda. Ketika banjir bandang menerjang beberapa wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagian rider (kurir) JNE tengah bertugas mengantar paket kiriman seperti hari-hari biasanya.
Gabriel, salah satu petugas delivery JNE di NTT, area delivery-nya termasuk dalam kawasan yang terdampak banjir bandang, yaitu Kecamatan Malaka Barat dan Kecamatan Weliman. Setiap hari ia mengemban amanah kiriman paket untuk pelanggan disana.
Menurut Gabriel, hujan sudah mengguyur di Kecamatan Malaka Barat dan Weliman sejak Sabtu (3/4/2021) pagi, saat dirinya tengah delivery paket kiriman ke customer. Sepintas saat melintas di jembatan, Gabriel sudah melihat air sungai mulai meluap dan arusnya kencang.
Baca juga : Tangguh Terhadap Segala Kondisi Demi Keluarga
“Pada Sabtu pagi kebetulan saya delivery di Malaka Barat. Hujan sudah mulai lebat. Saya putuskan untuk secepatnya bisa menyelesaikan semua kiriman. Setelah paket ter-delivery semua, hujan semakin lebat saja”, ungkap Gabriel saat berbincang dengan JNEWS, Kamis (8/4/2021)..
“Kebetulan rumah saya tidak jauh dari jembatan sungai, saya putuskan pulang ke rumah sebentar untuk berteduh, karena tugas sudah selesai”, tambahnya mengingat momen menyedihkan di mana detik-detik sebelum bencana terjadi yang tidak bisa ia lupakan itu.
Ia melanjutkan, intensitas hujan lebat terus mengguyur tanpa henti. Perasaannya mulai cemas, ia ingat sewaktu melintas di jembatan sungai yang biasa dilaluinya air sudah tinggi dan cukup deras. Benar saja, pada Minggu dini hari, ia mendapat kabar jika di Malaka Barat telah terjadi banjir bandang, dan jembatan yang biasa dilaluinya miring tersapu air tanpa bisa dilalui lagi.
Baca juga : Safri Windana ‘Best Rider’ JNE Medan yang Ramah dan Suka Membantu Rekan
“Saya langsung kaget dan tidak menyangka akan terjadi banjir bandang, di mana banyak warga yang hilang terbawa air dan tertimbun lumpur. Satu sisi saya bersyukur kepada Tuhan pada saat delivery tidak terjadi apa-apa”, tutur Ksatria yang mulai bergabung di JNE sejak 2011 ini.
Gabriel pun mengatakan bahwa rumah dan keluarganya tidak terkena banjir. “Namun, sisi lain saya sangat sedih melihat bencana di depan mata, dimana banyak masyarakat yang menjadi korban tersapu banjir. Banyak juga rumah dan bangunan yang rusak parah”, ungkapnya.
Kabar banjir bandang di NTT langsung menyebar luas, sampai Presiden Joko Widodo langsung ikut meninjau lokasi bencana ke NTT. “Sekarang ini air sudah surut, namun masih banyak warga yang tinggal di tempat-tempat pengungsian, terutama mereka yang rumahnya rusak parah atau bahkan hilang tersapu banjir bandang”, terang Gabriel.
Gabriel juga mengatakan, “Sekarang proses evakuasi pencarian korban hilang terus dilakukan, baik oleh aparat berwenang dibantu relawan dan warga. Begitu juga bantuan untuk para pengungsi terus berdatangan dari berbagai pihak”.
“Doa dan harapan kami, semoga kondisinya kembali pulih, supaya proses delivery kiriman kembali baik dan lancar dan warga bisa melanjutkan kehidupan normal seperti saat bencana belum terjadi,” pinta Grabriel penuh harap.
Sebagai tambahan, area delivery Gabriel mencakup 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Malaka Barat, Weliman dan Kecamatan Wewiku. Dalam sehari ia sukses delivery puluhan paket, hal itu tergantung banyak barang yang masuk ke kantor perwakilan JNE Betun. *
Baca juga : Kasih Tulus Keluarga Paulus Madur untuk Anak Kolong Jakarta
Peristiwa ini menggugah JNE untuk turut berkontribusi dalam memberikan bantuan, sesuai dengan kapabilitas yang dimiliki, melalui Program JNE Peduli Bencana NTT. Pada program ini JNE memberikan kemudahan pengiriman barang-barang bantuan untuk korban bencana NTT dengan mengratiskan biaya kirim.
Adapun ketentuan pengiriman bantuan tersebut, yaitu: berat kiriman maksimal 10 kg per kiriman, maksimal 5 kiriman per pengirim, tidak berlaku untuk pengiriman makanan basah, mudah busuk, cairan dan pakaian. Pengiriman bantuan ini dapat disalurkan melalui Posko Bencana Kantor Cabang Utama JNE Kupang (tidak dapat dikirim ke alamat pribadi). Program ini berlaku 8-22 April 2021 di seluruh Kantor Cabang Utama JNE di Indonesia.
Eri Palgunadi, VP of Marketing JNE, mengatakan, “Program JNE Peduli Bencana merupakan wujud komitmen JNE untuk terus berkontribusi dalam memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, sesuai dengan semangat “Connecting Happiness” yang menjadi tagline JNE. Harapannya melalui program ini dapat meringankan saudara-saudara kita yang saat ini menjadi korban bencana di NTT.”
Sejak bencana melanda sebagain wilayah Nusa Tenggara Timur, JNE Kupang langsung bergerak untuk memberikan bantuan kepada masyarakat. Salah satunya adalah memberikan bantuan bagi lima tempat ibadah di berbagai wilayah terdampak. Diantaranya adalah Gereja Katedral Kristus Raja, Gereja GMIT Talitakumi, Gereja GMIT Galed, Masjid Nurul Hidayah, dan Masjid Al Muttaqien. Kelima tempat ibadah ini berada di daerah Kupang.
Sementara itu Ketua Perhimpunan Tionghoa (INTI) Jawa Tengah, Gouw Andy Siswanto menyampaikan apreasiasi kepada JNE atas kepeduliannya terhadap masyarakat yang terkena musibah. Pada Kamis 8/4 pihaknya mengirimkan bantuan berupa masker dan kebutuhan pokok bagi anggota INTI di Lembata Nusa Tenggara Timur. ”Salah satu anggota kami bahkan rumahnya hancur sehingga kami tergerak untuk turut meringankan beban sesama anggota INTI” ujar Andy.
Eri menambahkan bahwa bantuan akan terus berlanjut mengingat kondisi korban yang masih memprihatinkan di beberapa wilayah Provinsi NTT. “Jalinan yang baik, dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak dan lembaga-lembaga lainnya akan sangat membantu dalam penyaluran bantuan dengan cepat untuk para korban yang tekena dampak bencana alam saat ini”, pungkasnya.