JNEWS – Bir pletok adalah minuman khas masyarakat Betawi yang sudah diakui sebagai warisan budaya tak benda Indonesia pada tahun 2014 silam. Meski ada embel-embel “bir”, bir pletok tidak mengandung alkohol. Sebut saja itu bir khas masyarakat Betawi.
Terbuat dari campuran 13 jenis rempah, seperti jahe, serai, kayu manis, daun pandan hingga kulit secang, bir pletok enak diminum hangat atau pun dingin. Pun berkhasiat untuk menghangatkan tubuh dan bagus untuk melancarkan peredaran darah.
Ada beberapa versi mengenai kemunculan nama “pletok”. Pertama karena bunyi pletok yang keluar saat membuka botolnya, ada juga yang menyebut akibat bunyi pletok yang berasal dari kulit secang yang merupakan salah satu bahan minuman ini.
Tidak sekedar menghangatkan tubuh, minuman ini seperti jamu yang memiliki banyak manfaat kesehatan, seperti meningkatkan stamina tubuh, memperlancar peredaran darah, meredakan nyeri, mengatasi gangguan pencernaan dan meredakan sakit kepala.
Pada masa kolonial, minuman ini sering dikonsumsi malam hari, mengingat cuaca Jakarta yang panas di siang hari dan dingin di malam hari saat itu. Tapi kini bir pletok diminum kapan saja, sebagai penghangat di malam hari, atau sebagai penyegar tubuh di siang hari dengan campuran es batu. Minuman ini juga sering disajikan dalam pesta pernikahan atau khitanan orang Betawi atau datanglah ke kawasan wisata Setu Babakan dan Pekan Raya Jakarta maka mudah ditemui jenis minuman ini.
Tidak ada catatan sejarah secara pasti kapan bir pletok pertama kali muncul, walaupun tampaknya minuman ini sudah ada setidaknya sejak jaman kolonial Belanda. Namun sejarawan JJ Rizal menyebut bahwa bir pletok mulanya diciptakan oleh masyarakat Betawi sebagai tiruan sekaligus tandingan bagi bir khas Barat yang mengandung alkohol.
Baca juga: Infused Water: Minuman Sehat yang Populer untuk Detoksifikasi
Pada masa kolonial, menurutnya, masyarakat Betawi mengamati bahwa orang-orang Belanda seringkali meminum bir untuk menghangatkan tubuhnya, terlebih kemeriahan pesta yang diadakan oleh orang Belanda pada saat itu sering kali diukur dari seberapa banyak minuman beralkohol yang terhidang.
Paparan dari kebiasaan orang Belanda ini membuat orang Betawi tidak mau kalah. Mereka ingin pula memiliki minuman serupa yang dapat disajikan untuk memeriahkan perayaan. Hanya saja, bagi masyarakat Betawi yang mayoritas beragama Islam, minuman memabukkan adalah hal yang terlarang. Maka terciptalah bir pletok, sebuah minuman penghangat badan yang berwarna merah kecokelatan serupa campuran bir dan anggur, tetapi tidak mengandung alkohol sama sekali.
Berdasarkan hal di atas maka bisa dikatakan bahwa minuman ini merupakan hasil perkawinan dari budaya minum bangsa Eropa dengan penggunaan bahan baku rempah khas Nusantara, sehingga terciptalah bir pletok. *