Pandemi Covid-19 tidak hanya menyebabkan seluruh dunia mengalami krisis kesehatan, tetapi juga memukul perekonomian. Pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor yang terdampak, selain pelaku wisata, dan lainnya.
Namun, disaat banyaknya UMKM yang terpukul akibat pandemi Covid-19, pelaku UMKM di Kabupaten Agam, Sumatra Barat (Sumbar) ini justru tetap eksis memasarkan produknya dan melakukan pengembangan bisnis.
Ditengah sapuan badai pandemi Covid-19, UMKM dendeng rinuak dengan merek dagang ‘Bagonjong’ ini mampu mengolah sekitar 5 kilogram dendeng rinuak setiap hari.
Bisnis yang bergerak dalam olahan hewan endemik Danau Maninjau itu tetap eksis memenuhi kebutuhan pasar bisnis kuliner di dalam dan luar Sumatera Barat.
“Kalau dibilang tidak terdampak, tentunya terdampak. Tapi secara keseluruhan kami masih bisa berproduksi setiap hari dan memenuhi permintaan pasar,” ujar pemilik UMKM Bagonjong, Fitria Amrina di Sumatra Barat.
BACA JUGA: Pasarkan Secara Online, Cara Ida Nursanti Tembus Pasar Internasional
Pasarkan Secara Online dan Offline
Fitria selalu owner tidak hanya memasarkan Dendeng Rinuak Bagonjong secara offline di warung-warung sekitar Maninjau ataupun minimarket, tetapi juga secara online.
Fitria mengakui promosi secara online sangat member dampak pada peningkatan penjualan, terutama pada masa pandemi, dimana masyarakat beralih pada kebiasaan belanja online. Promosi dan pemasaran dilakukan melalui media sosial seperti Facebook, Instagram, dan media pesan WhatApp.
Untuk permintaan, saat ini permintaan pasar terhadap dendeng rinuak masih terbilang tinggi. Hal itu dapat diketahui dari selalu habisnya stok dendeng rinuak yang tersedia di rumah produksi miliknya.
“Alhamdulillah-nya, meski kami memproduksi setiap hari, tidak ada produk yang macet, selalu kehabisan stok,” ungkapnya.
Dalam sehari, rata-rata Fitria mampu memproduksi 40 pcs dendeng rinuak berat 100 gram, dari olahan 5 kilogram rinuak yang memakan waktu kurang lebih 8 jam.
“Karena usaha ini masih berskala kecil, belum menyerap tenaga kerja, jumlah produksi tersebut terbilang kecil di banding usaha sejenis yang lebih dulu eksis,” tutur ibu empat anak tersebut.
BACA JUGA: Obati Kerinduan Masakan Minang dengan Gurihnya Bilih Goreng Dapua Amakami