Menjelajahi Desa Batubulan yang Menjadi Jantung Seni Pahat Bali

Belum lengkap rasanya jika liburan ke Bali tanpa mengunjungi Desa Batubulan di Gianyar. Desa yang dijuluki sebagai desa seni ini memiliki lokasi strategis sehingga mudah ditemukan dan dijelajahi wisatawan. Penasaran, seberapa cantik pesona Batu Bulan?

Popularitas Desa Batubulan tak perlu diragukan. Desa yang terletak di gerbang barat Kabupaten Gianyar ini dikenal sebagai jantung seni pahat dan ukiran di Bali. Karya seni Batu Bulan bahkan sudah sangat terkenal hingga ke mancanegara.

Di sisi lain, desa ini tak hanya menghadirkan pesona cantik ukiran atau pahatan patung saja, namun Batubulan juga menyuguhkan pengunjung dengan pertunjukkan seni tari khas Bali, seperti Tari Kecak, Tari Legong hingga Tari Barong.

Bagaimana Cara ke Desa Batu Bulan?

Desa Batu Bulan yang Menjadi Jantung Seni Pahat Bali

Desa Batubulan berada di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali. Luas wilayah desa ini diketahui sekitar 6.422 kilometer persegi yang terbagi menjadi tiga desa adat, yaitu Desa Adat Tegaltamu, Desa Adat Jero Kuta, dan Desa Adat Dlod Tukad.

Letak Desa Batubulan dekat dengan pusat Kota Denpasar, tepatnya yaitu hanya sekitar 11 kilometer atau sekitar 30 menit perjalanan. Jika berangkat dari Bandara Internasional Ngurah Rai maka jaraknya sekitar 25 kilometer dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam 10 menit melalui Tol Bali Mandara atau sekitar 1 jam 30 menit jika kamu memilih untuk tidak menggunakan tol.

Desa Batubulan terletak strategis di antara Denpasar dan Kota Gianyar, sehingga setiap perjalanan menuju Kintamani pasti akan melewati desa ini. Itulah sebabnya, desa ini selalu menjadi tujuan wisatawan yang ingin mengagumi seni yang khas di sini.

Masuk ke dalam wilayah desa ini tidak memerlukan biaya, tetapi jika kamu berencana menyaksikan pertunjukan tari, biasanya jadwal dan tarifnya telah diatur oleh agen perjalanan yang menyelenggarakan kunjungan ke Desa Batubulan.

Baca juga: Liburan Hemat: Tip dan Trik Berburu Tiket Pesawat ke Bali dan Mendapatkan Akomodasi Terjangkau

Sejarah Desa Batubulan

Dahulu, wilayah Batubulan adalah hutan belantara yang menjadi bagian paling timur dari Kerajaan Badung pada abad ke-17. Kala itu, Raja Badung, yaitu I Gusti Ngurah Jambe Pule, memiliki seorang anak angkat bernama Dewa Agung Kalesan.

Ketika Dewa Agung Kalesan mencapai usia dewasa, Raja Badung memberikannya wilayah timur Kerajaan Badung untuk dibangun sebagai istana. Dewa Agung Kalesan dan para pengikutnya berangkat menuju wilayah tersebut, yang pada saat itu masih berupa hutan belantara.

Saat perjalanan melintasi hutan, Dewa Agung Kalesan menemukan sebuah batu yang bersinar seperti sinar bulan. Penemuan batu ini menjadi asal usul penamaan wilayah tersebut sebagai Batu Bulan.

Dewa Agung Kalesan dan pengikutnya kemudian menetap di Batubulan dan memerintah wilayah tersebut, bahkan memperluas kekuasaan mereka hingga mencakup Batuyang dan Batuaji di sebelah timur Batubulan. Batu bercahaya yang ditemukan oleh Dewa Agung Kalesan masih disimpan di Merajan Agung Batubulan hingga hari ini.

Daya Tarik Desa Batubulan

Lantas apa saja daya tarik atau hal-hal menarik yang dapat dijumpai di Desa Batubulan? Berikut penjelasannya.

Jantung Seni Pahatan dan Ukiran

Desa Batubulan memiliki banyak pengrajin patung kayu yang mahir. Mereka menciptakan beragam patung kayu dengan berbagai gaya dan desain, mulai dari patung dewa dan makhluk mitologi Bali hingga patung-patung modern.

Selain patung kayu, kamu juga dapat menemukan patung batu yang diukir dengan indah di Batu Bulan. Patung-patung ini sering menggambarkan tokoh-tokoh mitos atau karakter dari cerita-cerita epik Bali.

Di sisi lain, desa ini menyuguhkan karya ukiran relief yang merupakan seni memahat gambar-gambar dan pola-pola yang rumit pada permukaan batu atau kayu. Relief-relief ini sering digunakan untuk menghiasi pura-pura dan bangunan-bangunan tradisional di Bali.

Selain patung-patung dan relief-relief,  kamu juga dapat menemukan ukiran tradisional Bali yang menghiasi berbagai elemen arsitektur dan barang-barang sehari-hari. Ini mencakup ukiran pada pintu, jendela, dan perabotan rumah tangga.

Penampilan Tari

Tari Barong dan Keris adalah salah satu pertunjukan tari paling terkenal di Desa Batubulan. Tarian ini adalah tari drama yang menceritakan pertarungan antara Barong (simbol kebaikan) dan Rangda (simbol kejahatan), dengan penggunaan keris sebagai elemen penting dalam cerita.

Selain itu, ada penampilan Tari Topeng  yang melibatkan penari yang mengenakan topeng tradisional Bali yang menggambarkan berbagai karakter seperti dewa, raja, atau makhluk mitos. Setiap topeng memiliki gerakan tarian yang khas.

Tarian lainnya yang disuguhkan yaitu Tari Pendet, sebuah tarian penyambutan yang sering dipentaskan dalam upacara adat dan ritual di Bali. Penari membawa bakul (keranjang) yang berisi berbagai bunga dan menari dengan gerakan yang anggun.

Meskipun Tari Kecak lebih sering dikaitkan dengan desa lain di Bali (seperti Desa Ubud), terkadang kamu juga dapat menemukan pertunjukan Tari Kecak di Desa Batubulan. Tari Kecak terkenal dengan suara “cak-cak” yang dihasilkan oleh sekelompok pria yang duduk beriringan.

Baca juga: 9 Rekomendasi Toko Oleh-Oleh Khas Bali yang Besar dan Terkenal Murah

Tradisi Mepantigan

Desa Batubulan adalah salah satu lokasi di Bali di mana kamu dapat menemukan pertunjukan Mepantigan. Wisatawan yang tertarik untuk mengenal tradisi seni bela diri Bali yang lebih khas dan kurang terkenal dapat mengunjungi desa ini untuk menyaksikan pertunjukan Mepantigan atau bahkan berpartisipasi dalam sesi latihan atau pelatihan Mepantigan yang diselenggarakan oleh komunitas setempat.

Mepantigan adalah seni bela diri tradisional yang memadukan aspek fisik, mental, dan spiritual. Ini tidak hanya berfokus pada keterampilan bela diri, tetapi juga pada moralitas, etika, dan nilai-nilai budaya Bali. Selain itu, Mepantigan juga digunakan sebagai sarana pembelajaran dan pengembangan diri, terutama bagi generasi muda di Bali.

Desa seni Batu Bulan merupakan tempat yang penting dalam melestarikan seni dan budaya Bali. Tempat ini juga menjadi contoh nyata bagaimana tradisi dan kebudayaan Bali terus hidup dan berkembang di era modern.

Exit mobile version