Di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, digitalisasi menjadi kunci keberhasilan bagi setiap sektor, tidak ketinggalan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang notabene digadang menjadi roda penggerak ekonomi bangsa. Tanpa digitalisasi, tentu nasib UMKM akan terombang-ambing dan sulit untuk berkembang.
Heri Andrian, seorang pengusaha pemilik dari brand oleh-oleh keripik pisang Puttei dan Magnaroka Coffee menyadari betapa pentingnya digitalisasi di masa sekarang. Kepada peserta webinar JNE Ngajak Online 2021 Kota Lampung yang diadakan beberapa waktu lalu, Andrian membagikan kisah-kisah dan pengalamannya dalam menjalankan strategi bisnis yang mengedepankan digitalisasi.
Baca Juga: UMKM Ini Sukses Populerkan Sulam Usus Hingga ke Kancah Global
Menurutnya, ketika pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia pada awal 2020 lalu membuat usahanya sangat terdampak. Dirinya sangat kaget karena tidak adanya kesiapan mental dalam menghadapi pandemi dan diberlakukannya pembatasan pergerakan manusia pada saat itu. Alhasil, usahanya diklaim berdarah-darah selama berbulan-bulan.
Namun, seiring berjalannya waktu, dirinya mulai mencari solusi dan melakukan pergerakan yang antisipatif agar tidak terulang kembali kejadian di awal pandemi. Solusi yang dimaksud menurut Adrian tak lain tak bukan adalah dengan digitalisasi.
Tapi memang disadari kemudian di masa pandemi ini, bahwa digitalisasi ini kan sesuatu yang tidak bisa kita hindari dan harus disiapkan ke depan. Digitalisasi adalah masa depan, mau tidak mau harus belajar digitalisasi, digital marketing, dan sebagainya. Karena jangkauan digital ini sangat jauh,” ujarnya.
Adapun strategi digitalisasi yang sejauh ini sudah dijalankan oleh Adrian adalah dengan mempercantik konten media sosial dengan foto-foto yang bagus, copy writer, dan konten-konten lainnya. “Tanpa itu rasanya market kita akan di situ-situ saja. Kalau kita inigin besar, kita harus membuat konten-konten yang baik, sehingga bisa dicapai oleh setiap orang,” tambahnya.
Keripik Pisang Puttei
Ketika bicara mengenai Lampung, provinsi ini memang tengah berkembang pesat dari sektor pariwisata. Sebelum pandemi, banyak dari wisatawan lokal dan manca negara yang mulai melirik Lampung sebagai destinasi wisata. Di samping destinasi wisata, tentu oleh-oleh menjadi produk yang dicari.
Salah satu produk yang laris di Lampung adalah keripik pisang. Menyadari potensi tersebut Adrian pun membuat produk UMKM oleh-oleh keripik pisang yang diberi nama Puttei. Meski demikian, oleh-oleh keripik pisang buatannya ini sengaja disiapkan untuk menyasar segmen yang berbeda dari keripik pisang lainnya, yakni menengah ke atas.
“Dari data yang kami punya, produk yang paling dicari ketika wisatawan datang ke Lampung adalah keripik. Itulah yang menyebabkan kamo berusaha membuat suatu produk yang unik. Puttei bahasa Lampung yang artinya pisang,” ujarnya.
Baca Juga: Aceh Punya Koperasi Wanita Gayo yang Mendunia
Meskipun memiliki produk keripik pisang sendiri, Adrian pun mempersilahkan UMKM keripik pisang lainnya untuk menitipkan produknya di tempat pusat oleh-oleh yang Ia bangun, yakni Damarian Shop. Di Damarian Shop, lanjut Adrian, total ada sekitar 30 lebih UMKM keripik pisang. Namun, hanya Puttei yang dijual dengan harga cukup mahal, yakni sekitar Rp 20 ribuan.
“Jadi memang uniknya kalau orang yang datang beli untuk sendiri akan beli produk yang ini (Puttei). Tapi kalau sebagai oleh-oleh beli yang harganya di bawah. Kami pun tengah menyiapkan produk di kelas tersebut (bawah), tapi nanti akan berbeda brand. Karena kami tidak mau nantinya bertabrakan. Jadi, untuk sekarang Puttei ini posisinya middle up, secara harga di posisi yang paling tinggi,” terangnya.
Baca Juga: Ingat, Tak Selamanya Bisnis Online Itu Menguntungkan